Malah tertawa, apanya yang lucu coba.
Kurang ajar memang nih Arkan.
"Aku nggak akan melakukan itu kali, Ra." Ucap Arkan yang masih tertawa.
"Itu, tadi kamu mau cium aku" Ucapku sebel.
"Cium doang nggak bakal bikin kamu hamil kali, Ra" Ucap Arkan enteng.
Enteng banget ngomongnya, ingin kutampol saja tuh mulutnya.
"Pokoknya nggak boleh, aku akan menjadi milik kamu kalau kamu sudah menikahi ku" Ucapku dengan melototkan kedua mataku.
Enak saja sih Arkan, belum menikahi sudah main cium-cium saja. Kalau aku gak jadi dinikahi kan malah aku yang rugi.
"Cium sekali doang masa nggak boleh." Ucap Arkan sambil mendekat kearahku.
Aku berlari keluar kamar untuk mengindari Arkan hingga aku menabrak Budhe yang sedang memasak didapur.
Aku nggak sadar kalau hari sudah pagi soalnya aku nggak lihat jam, dalam kamar yang aku tempati juga gak ada jendelanya.
"Kamu kenapa, cantik. Kayak lagi dikejar hantu saja, lari-lari begitu?" Tanya Budhe heran.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com