Entah bagaimana caranya, pokoknya Pakdhe harus bisa.
Haduh Pakdhe, buruan pulang dong. Amaira sudah nggak tahan pengen buang air kecil.
"Buk, Buk." Aku mendengar suara Pakdhe, benar kan apa yang aku bilang. Pakdhe pasti bisa mendengar panggilan batinku.
Telinga Pakdhe memang benar - benar ajaib.
Aku melihat Pakdhe sedang berjalan terburu - buru masuk kedalam kebun.
"Buk, Amaira dimana? Bapak bisa mendengar suara Amaira sedang memanggil - manggil Bapak." Yang kelihatan sangat khawatir denganku.
Budhe dan Arkan tak menjawab, mereka berdua hanya menunjuk kearahku.
"La ladah, Nduk. Ngapain kamu main ayunan disitu?" Tanya Pakdhe yang membuatku menggerutu.
Masa Pakdhe nggak tahu kalau aku benar - benar ketakutan, takut kalau jatuh.
Malah dibilang main ayunan.
"Amaira nyangkut Pakdhe, tadi tertiup angin karena Amaira terlalu kecil." Ucapku shok manja.
"Walah, Nduk, Nduk. Makanya makan yang banyak." Ucap Pakdhe.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com