webnovel

. 3

Tik... tik.. setetes demi setetes air dari langit jatuh membasahi halaman depan rumahku. Dengan segera aku memakai sepatu dan berpamitan dengan ibu.

"Ibu..! aku pamit ya..! " seruku setengah berteriak.

"Iya sayang..! ibu lagi di dapur..! hati-hati ya..! " serunya.

"Ayo ayah cepat..! " kataku mulai panik.

"Iya sebentar.. ayah habiskan dulu sarapannya..! " kata ayah, lalu berpamitan dengan ibu.

"Assalamualaikum " seru kami bersamaan.

Brum.. mobil pun berjalan dengan kecepatan sedang. Tampak setelah keluar dari gerbang perumahan jalanan semakin macet. Dikarenakan kondisi hujan, semua pengendara memilih menggunakan mobil untuk beraktivitas hari ini.

"Sudahku duga ini akan terjadi " seruku sedikit kesal.

"Ohh.. jadi karena ini kamu menyuruh ayah buru - buru dari tadi?" tanya ayah.

"Ayah kaya gak tau aja, kalau hujan kaya gini pasti pada pakai mobil.. gimana sihh..! " gerutuku.

"Iya.. iya.. sorry ayah lupa.. " kata ayah seraya berakting memohon maaf.

Hampir setengah jam kami berada di mobil dalam kemacetan. Perjalanan yang biasanya memakan waktu sekitar lima belas menit, kini mendadak menjadi setengah jam.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.10 dari waktu seharusnya aku masuk pukul 07.00.

"aku sudah terlambat..! " bathinku.

"Ingat hati-hati! jangan lari-lari! licin..! " pesan ayah.

Aku segera membuka pintu mobil dan setengah berlari. Baru beberapa centimeter dari mobil, tiba-tiba ayah memanggilku.

"Nissa.. kok belum pamitan ke ayah.. ?" seru ayah dari dalam mobil.

Aku segera berbalik arah menuju mobil, lalu berpamitan dengan ayah dan pergi lagi.

"Eit.. ada yang ketinggalan lagi.. apa coba..? "tebak ayah.

Aku segera membalikkan tubuhku lagi.

"Ini jangan lupa...! " pesan ayah sambil menyodorkan bekal makan siangku.

Aku hanya nyengir kuda.

"Hehe.. makasih ya.. yah.. Assalamualaikum.. ! " kataku dan segera pergi.

Ayah hanya tersenyum melihat tingkahku, lalu berangsur pergi.

Dengan hati-hati aku sedikit berlari, dan tiba di kelas. Aku segera mencari bangkuku dan menaruh tak yang beratnya hampir 1 kg itu. Aku melihat ke samping kananku, tetapi orang yang ku tuju tidak ada ditempatnya. Akhirnya ku putuskan untuk bertanya kepada Dinda.

"Din lihat Risa gak..! " tanyaku.

"Enggak tuh..! dari pagi aku belum lihat dia" jawabnya.

"Kalau mau tahu, tanya aja ke Novi. Dia kan sekretaris disini. " saran Dinda.

"Oke.. makasih infonya " seruku

Aku pun akhirnya kembali ke tempat duduk. "mau tanya Novi tapi mager.." bathibku. "yau dah lah nanti aja pas istirahat, mungkin Risa lagi kecapean, jadi hari ini dia gak masuk." bathinku lagi.

Kresak.. kresuk.. suara tanganku mengambil beberapa alat tulis dari dalam tasku, lalu ku taruh di kolong meja agar mudah mengambilnya nanti. Tiba-tiba aku menemukan secarik amplop. "gak salah nih ada di meja aku" bathinku sambil menatap amplop itu heran. Lalu aku membalikkan amplop tersebut, dan di situ tertulis 'untuk Nissa dari Rifki' . "hmm ngapain dia ngasih aku ini" bathinku lagi. Saat aku ingin membukanya, tiba-tiba bu Sri guru Bahasa Indonesia masuk ke dalam kelasku. Akhirnya ku urungkan niatku untuk membuka amplop tadi. "nanti aja saat istirahat ku buka amplopnya " bathinku.

Selesai pelajaran B. Indonesia...

"hmm.. aku makin penasaran.. " bathinku. Lalu ku buka amplop tersebut, isinya..

_Hai Nissa. Tentunya kamu sudah tau siapa si pengirim surat ini. Aku mau ngajak kamu ketemuan di taman belakang sekolah, hari ini. See you_

Itu isi suratnya. Dalam kepalaku, terdapat banyak tanda tanya. "mengapa Rifki ingin bertemu aku di taman sekolah? " gumamku pelan.

Karena waktu istirahat telah tiba, ku putuskan untuk mengajak Novi pergi ke kanti.

"Nov mau pesan apa? biar aku yang pesanin.. " tawarku.

"Mm.. bakso satu sama jus mangga aja.." katanya.

Aku pun segera menuju kantin tempat memesan makanan.

"Bu.. bakso satu, bakso goreng satu, jus mangganya dua. " seruku.

Lalu kembali ke mejaku. Tadi aku tak sengaja melihat Rifki dan dia juga terlihat menatapku terus. Aku pun menunduk. "duh lama bener si ibu.. " bathinku.

Suasana disini mulai tidak enak karena Rifki melihat ke arahku terus.

Tak lama pesanan kami pun datang. Dengan cepat aku menghabiskan bakso dan jusku.

"Nov cepat yuk.. aku pengen ke toilet nih.. " rengekku.

"Yaahh entar dong masih ada setengah lagi nih.." serunya.

Setelah Novi menghabiskan baksonya, kami pun segera membayar dan pergi menjauhi kantin.

"Kenapa sih tumben pengen cepat-cepat ke kelas.. " tanya Novi.

"Oh ya.. tadi katanya kamu mau ke kamar mandi ? " Novi mengingatkan.

"Oh yaa.. nanti aku ceritain.. " seruku seraya menarik tangan Novi menuju toilet.

Aku memutar kepala ke kanan-kiri, untuk memastikan tidak ada orang di toilet kecuali kami.

"Jadi.. tadi tuh.. si Rifki ngeliatin aku mulu.. "

"Aku risih jadinya.. " tambahku.

"Kenapa..? tumben dia ngeliatin kamu mulu.. " tanyanya.

"Engg gimana yaa.." aku ragu untuk bercerita.

"Udah cerita aja.. aku gak ember kok..! " katanya.

Memang Novi ini orangnya bisa di percaya, apalagi kalau nyimpan rahasia. Tapi hatiku masih ragu untuk memberitahukannya.

"Hmm... oke deh! " seruku.

"Jadi.. tadi setelah aku ke meja Dinda, tiba-tiba dibawah kolong mejaku ada surat, dan dibalik suratnya tertuju untuk ku dari Rifki. " kataku.

"Terus dia ngajak aku ketemuan di taman belakang sekolah, selesai sekolah hari ini.. " jelasku.

Novi mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Terus kamu mau ke sana..? " tanyanya. "Hmm.. gak tau juga sih, aku masih ragu.. " kataku.

"Ya udah.. kalau kamu mau ke sana, gak apa-apa nanti aku temani " katanya.

Aku mengangguk setuju.

"Oke.. kita selesai sholat dzuhur aja ke sananya.. " seruku.

Novi lalu melingkarkan ibu jari serta jari telunjuknya membentuk huruf ' O '. Kami pun segera kembali ke kelas karena waktu istirahat sebentar lagi berakhir.

Aku melihat arlojiku. Sekarang sudah pukul 12.45. Selesai sholat dzuhur, aku segera membereskan peralatan sekolahku dan memasukkannya ke dalam tas. Sambil menunggu Novi, aku memainkan pensilku sambil mencoret-coret kertas tak terpakai yang tak sengaja ku temukan di kolong mejaku.

"Sudah, yuk! " ajak Novi.

Entah mengapa sekarang hati begitu aneh. Ada perasaan tak biasa yang aku rasakan.

Dari kejauhan terlihat Rifki sedang menunggu di kursi taman sambil sesekali melihat arlojinya.

"Hai.. Rifki udah lama nunggu.." sapa Novi.

"Eh Novi. Kok kamu ada disini juga?" tanya Rifki.

"Emangnya gak boleh! " tanya Novi.

"Eh.. nggak gitu.. oh ya Nissa aku mau..." tiba-tiba Rifki tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ada apa? " tanyaku.

"Eh nggak.. mungkin lain waktu aja.. duluan yaa.. " serunya. Lalu pergi setengah berlari.

"Ada apa sih dia? aku gak ngerti.. " tanyaku.

"Kalau kata aku sih.. dia.. " Novi menghentikan perkataannya.

"Ada apa..? " aku tambah penasaran.

"Hmm.. nanti aku kasih tahu kamu..!" katanya sambil menyambar tasnya.

"Nanti aku kasih tau kamu lewat chatting..! "

"Duluan yaa.. " katanya sambil melambaikan tangan dan langsung pergi.

Di bangku taman aku hanya terdiam. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar masih tidak mengerti. Tiba-tiba dari belakang ada yang memegang pundakku.

"Astagfirullah.. " seruku kaget.

"Eh.. sorry.. sorry.. aku gak maksud ngagetin kok..! " seru seseorang dari belakang.

Suara itu sudah tak asing di telingaku. Seorang laki-laki dengan tinggi semapai juga rambut yang dibiarkan berantakan sepertinya ia habis wudhu.

"Kak Alan.. " seruku seperti baru bertemu orang yang sudah lama tidak bertemu.

"Iya.. ini aku. Kamu ngapain disini..? " tanyanya heran.

"Kakak sendiri...?" tanyaku balik.

"Aku kan emang sering lewat sini.. " jawabnya.

Aku hanya ber-ohh panjang.

Kak Alan ini sebenarnya adalah kakak kelasku sekaligus tetanggaku. Nama sebenarnya adalah Fadlan, tapi aku biasa memanggilnya kak Alan atau a Alan. Sebenarnya usia kami sama, hanya saja kak Alan lebih tua tiga bulan dariku. Aku juga seharusnya sekelas dengannya. Dikarenakan aku telat masuk SD jadi aku menjadi adik kelasnya.

Setelah lama berfikir dari tadi. Ku putuskan untuk pergi pulang.

"Hei.. mau kemana ?" tanya Kak Alan lagi.

"Yaa. mau pulanglah.. masa mau nginep disini.. " seruku.

"Emang udah dijemput? " tanyanya.

"Udah dari tadi.. " jawabku ngasal.

"Kakak sendiri, emang belum mau pulang? " tanyaku.

"Aku ada eskul dulu.. udah sana pulang..! " anak itu malah mengusirku.

Dengan bete aku pun melangkahkan kaki menuju parkiran sekolah. Di parkiran, sudah sepi tak ada satu pun mobil atau motor terparkir disana.

Sudah satu jam aku menunggu dan mang Ateng belum juga datang. Tak lama Bu Irnis, wali kelasku datang.

"Teh Nissa tadi ibu baru dapat pesan, katanya Nissa pulangnya pakai angkot karena ojeknya sedang sakit. " seru bu Irnis ramah.

"Oh ya.. gak apa-apa bu. Makasih ya buu.. " seru seraya menyalami bu Irnis.

"Ya udah ibu duluan yaa.. hati-hati naik angkotnya. " seru bu Irnis lagi.

Aku mengangguk . Tak lama kak Alan pun datang dari arah lapang bola.

"Nissa.. bukannya kamu udah pulang? " tanyanya.

"Menurut kakak.. " tanyaku.

"Terus kamu pulang pakai apa?" tanyanya.

"Pakai angkot " kataku cepat.

"Tumben.. biasanya kan pakai ojek. " katanya.

"Udah biasa kali! kakaknya aja yang gak tau..! " kataku.

"mau bareng gak..? " tanyanya tiba-tiba.

"Sebenarnya aku ragu sih..! " kataku sambil pura-pura berfikir.

"Ya udah aku duluan..! " serunya seraya berjalan keluar parkiran.

"Ehh.. tunggu dong..! " kataku setengah berlari menyusul kak Alan.