webnovel

Melawan Ibu Tiri : Dibeli Suami Tampan Tak Tertandingi

Siapa yang mau tidur dengan om-om umur 50tahun yang bahkan kepalanya hampir botak? Dengan dalih membantu ayah tercintanya, ibu tiri Kiki terus memaksa Kiki untuk menjual tubuhnya ke pria tua kaya raya. Apakah hanya sebatas itu harga dirinya, sampai dia hanya dianggap seperti barang dagangan biasa? Tapi pada malam yang sudah ditentukan itu, keperawanan Kiki justru diambil oleh seorang pria tampan saat dirinya sedang melarikan diri. Siapa sangka bahwa pria itu adalah Ezra? Pria muda nan tampan yang merupakan presiden direktur perusahaan terkenal ini “membeli” Kiki sebagai kekasihnya!

Peilia_Astharea · Adolescente
Classificações insuficientes
420 Chs

Mengemas Barang

Ezra... seharusnya tidak tahu kalau pekerja paruh waktu barusan itu tadi dia, 'kan?

Kiki terus membagikan dokumen hingga pukul 5 sore. Lebih tragis dari kemarin, kakinya semakin gemetaran. Dia telah berganti pakaian dan berdiri di peron halte bus.

Ezra duduk di dalam mobil dan memandang ke arah Kiki.

Saat ini, kacamata berbingkai tebal yang konyol telah dilepas, dan lipstiknya juga telah dihapus. Tetapi rambut Kiki masih dikuncir, sangat indah.

Gilang yang mengemudi lantas berusaha bercanda, "Apa Anda ingin meminta Nona Kiki untuk masuk ke mobil?"

"Tidak, jangan beritahu siapapun tentang masalah ini untuk sementara waktu!" Ezra menanggapi dengan tak acuh, lalu menunduk dan mulai membaca dokumen...

Gilang mungkin berpikir. Apa maksud Ezra dengan 'untuk sementara waktu'?

Mobil melaju perlahan, tetapi Kiki masih berdiri di sana sendirian.

Setelah menunggu lama, bus belum juga datang. Jadi Kiki mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor yang dikenalnya tapi sebenarnya tidak ingin dihubunginya.

Mai mengangkat telepon, dan dia berkata dengan nada lembut yang belum pernah didengar Kiki sebelumnya, "Siapa ini?"

Mendengar suara itu, Kiki merasa sedikit linglung, dan sinar matahari di sekitarnya sangat menyilaukan. Dia menarik napas dalam-dalam, "Bibi, ini aku!"

Suara Mai langsung menjadi dingin, "Kiki, apa ada sesuatu yang terjadi? Ayahmu masih di rumah sakit!"

Kiki mengerutkan bibir bawahnya, "Aku ingin kembali untuk mengambil sesuatu, apa bisa?"

Mai awalnya ingin mempermalukannya, tetapi ketika dia melihat Linda di sisi lain, dia tiba-tiba mengubah kata-katanya, "Kapan kau akan kembali? Aku akan menyiapkan makan malam juga!"

"Tidak perlu, Bibi!" Kiki tidak mengira kalau Mai akan bersikap baik, "Aku akan pergi setelah mengambil barangku!"

Suara Mai agak masam, "Benar juga. Kau kan sekarang sudah bersama Bos besar. Makanya kau tidak mau makan di rumah lagi."

Kiki merasa gendang telinganya akan diremukkan oleh Mai, "Bibi, menurutku kita tidak perlu mengatakan soal ini dengan begitu jelas..." Dia hanya ingin mendapatkan kembali barang-barangnya.

Mai merespon dengan nada bicara yang terdengar sedikit membosankan. Suaranya menjadi lebih keras, "Kau sekarang memiliki sayap yang besar dan tidak ada yang bisa menahannya lagi. Aku sudah mengemasi semua barang untukmu. Ngomong-ngomong, ruangan itu juga sudah dikosongkan. Aku punya sanak-saudara yang rumahnya jauh. Keponakanku akan datang untuk belajar di Kota B dan tidak punya tempat tinggal."

Kiki tidak peduli apakah informasi itu memang benar atau palsu... Sekarang, dia benar-benar tidak punya rumah.

Kiki tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menutup ponselnya tanpa berkomentar, dan naik bus.

Satu jam kemudian, dia kembali ke rumah aslinya. Rumah itu sekarang sangat dingin karena tidak ada Gandhi.

Segera setelah Kiki tiba di rumah, dia melihat koper dan tas travel di ruang tamu.

Mai duduk di sofa dengan tangan disilangkan di depan dada, ekspresinya sangat tak acuh, "Kiki, semua barangmu ada di sana, apakah kau mau mengeceknya?"

Kiki berjalan perlahan, mengambil tas travel dan menaruhnya di koper, lalu menatap lurus ke arah Mai, matanya sangat dingin, "Bibi, apakah kamu bisa memesankan makanan untukku?"

Mai tercekik. Dia hendak berbicara, 'Gadis ini apa ingin mati? Apa dia mengira kalau dia bisa memerintahnya semau dia?'

Tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, Linda berdiri di tangga dan tersenyum dingin, "Kiki, selama bertahun-tahun, ibuku membesarkanmu dan memberimu makan. Bagian mananya dari Ibuku yang tidak mencerminkan bagian dari keluarga? Apa kau tidak ingin makan di luar saja?"

Kiki menatap ke arah Linda. Tapi, nafasnya seketika terasa tercekat.

Prambudi berdiri di samping Linda.

Mungkin dia menyadari tatapannya, dan cara pandang Linda bahkan lebih jahat.

Suara Linda tiba-tiba menjadi sangat lembut, "Kiki, Ibu dan aku tidak ingin kau pindah. Tetapi kau bersikeras ingin pindah dan tinggal bersama seorang pria. Jika suatu hari kau ditinggalkan oleh pria itu, kau harus kembali!"

Mungkin itu adalah kutukan paling kejam.

Kiki telah lama terbiasa dengan episode antara ibu dan anak itu. Satu-satunya hal yang dia tidak terbiasa adalah kehadiran Prambudi.

Baginya, itu sangat memalukan.

Pada saat ini, dia mengerti maksud dari Mai dan Linda. Terlebih lagi, dia ingin mengerti mengapa Mai ingin memberikannya kepada Tuan Amir saat ayahnya berada di rumah sakit. Semua itu karena Linda menyukai Prambudi.

Kiki tersenyum, menatap lurus ke arah Linda, "Linda, kau juga!"

Linda sangat marah sampai dia menggertakkan gigi. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun karena ada Prambudi di sana.

Di saat-saat biasa, Linda pasti sudah merobek mulut Kiki sejak lama.

Kiki selalu mengatakan bahwa Linda bisa berpura-pura. Tapi dalam pandangan Linda, Kiki adalah orang yang paling ahli bersandiwara. Di permukaan, Kiki terlihat suci dan bersih, tapi dia malah berani menaiki tempat tidur orang kaya?

Linda ingin mengejeknya, tetapi Prambudi meraih pergelangan tangannya, "Linda, cukup!"

Linda menoleh untuk menatapnya, tetapi mata Prambudi tertuju pada wajah Kiki.

"Prambudi!" Linda merajuk seperti bayi.

Prambudi melepaskannya, tanpa bergeming. Dia berkata dengan suara dingin, "Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, aku akan kembali dulu!"

Linda menghentak-hentakkan kakinya, tapi tidak bisa menghentikan Prambudi.

Ketika Prambudi keluar, dia hanya mengangguk pada Mai, sedangkan Kiki tidak melihatnya lagi.

Mai merasa tidak puas. Dia selalu merasa kalau Prambudi tidak cukup menghormatinya, tetapi ketika memikirkan latar belakang keluarga pemuda itu, Mai dapat menahannya.

Setelah semua orang pergi, wajah Linda menjadi keji dan menatap Kiki, "Apa kau merasa tidak nyaman melihat kami? Kiki, biar kuberitahu. Prambudi dan aku sudah tidur bersama. Jadi kau tidak akan bisa merebut Prambudi dariku!"

Kiki mengambil kopernya dan menyeretnya keluar. Dia menanggapi dengan suara lemah, "Tidak ada yang akan merebutnya darimu."

Linda hampir berteriak, "Berhenti!"

Kiki berbalik dan memandang Linda, "Linda, kalau kau marah-marah begini, apa yang kaudapatkan akan hilang, cepat atau lambat!"

Selesai berbicara, dia pergi tanpa melihat ke belakang.

Linda duduk di samping ibunya dengan marah. Gadis itu masih menunjukkan amarahnya, "Bu, aku hanya... sedikit khawatir. Lagipula... aku memberikan obat pada Prambudi, dan dia bersedia bertanggung jawab. Tetapi selalu ada di Kiki di dalam hatinya. Aku lebih suka kalau Kiki miskin tidak punya uang!"

Mai duduk di sana dan menanggapi dengan suara pelan, "Apa yang kau takuti? Prambudi kan tidak tahu! Selain itu, keperawanan Kiki telah direnggut oleh pria lain. Pria itu dan Prambudi masih saudara. Apa menurutmu mereka masih mungkin berhubungan?"

Linda tersenyum. Ya, dia akan dianggap sebagai anggota muda Keluarga Prambudi di masa depan, dan Kiki hanyalah wanita kecil simpanan Ezra, dan identitasnya jauh dari itu!

Mai berbicara dengan nada bersungguh-sungguh, "Di masa depan, kau akan menikah dengan keluarga kaya. Jangan berteriak terus-menerus, agar Prambudi tidak mengira keluarga kita tak berpendidikan!"

Linda menjawab sambil mengerucutkan bibirnya. Tetapi dia berpikir di dalam hatinya, 'Padahal pada kenyataannya, Ibu kan juga sama saja?'

Mai melihat keluar lagi dan mencibir, "Kiki, gadis kecil jahat itu tidak bisa membalikkan langit!"

Jangankan keluarga Ezra, bahkan istri ayah Ezra saat ini... juga tidak bisa mentolerir Kiki kalau gadis itu menikah dengan keluarga Ezra. Keputusan itu akan menjadi lelucon di kelas atas.

Tetapi Mai tidak memberi tahu Linda karena Linda masih muda dan tidak bisa menahan amarahnya, dan Mai takut dia akan menderita.