webnovel

Me is me

rannaya · Urbano
Classificações insuficientes
108 Chs

pengertian dan perhatian

pagi ini Zhi han menandatangani kesepakatan perjanjian kontrak kerja dengan park ji woo dan james. james yang tak melihat riri nampak kebingungan mengapa ia tak muncul. tak lama uncle lee menampakkan dirinya bersama dengan pengawalnya. " unclee...mana riri.." ucap james yang menoleh begitu melihat uncle lee dengan pengawalnya datang tanpa seorang riri. " maaf, Agassi tak bisa hadir hari ini, ada keperluan mendadak yang harus di selesaikan, jadi..aku yang akan mewakili nya" ucap uncle lee meraih selembar isi perjanjian yang sudah di sepakati.

"tuan..apa dalam tiga hari akan segera selesai pemotretan ini, bukankah kita memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan semuanya." tanya park ji woo pada uncle lee.

dengan senyuman simple uncle menjawab pertanyaan itu

"percayalah pada majikan saya, ia tak pernah melesat sedikitpun apabila sudah menentukan waktu dalam pekerjaannya"

jawaban tersebut membuat park ji woo sedikit heran, bagaimana mungkin ... tiga hari akan menjadi waktu yang singkat baginya bersama riri.

Zhi han yang melihat raut wajah tak nyaman dengan sosok lelaki di hadapannya sangat membuatnya penasaran, kenapa lelaki ini bersikeras membuat riri berlama lama di shanghai.

perjanjian kontrak kerja yang mereka sepakati akhirnya selesai. yang membuat james memberi pertanyaan pada mereka " kapan bisa di mulai " ucap james membuat yang ada di ruangan saling memandang.

" besok!" sebuah suara sedikit serak menjawab langsung pertanyaan james membuat semua kembali menoleh ke arah sumber suara, nampak di depan pintu wanita dengan rambut tergerai ,kacamata hitam dan topi hitam dengan pakaian casualnya. zhi han terkejut begitu tau itu suara istrinya.

"wooww...kejutan..baby..mengapa harus besok" ucap james.

riri mendekati mereka.." sudah aku bilang hanya tiga hari, untuk apa berlarut larut apalagi menunda nunda..besok persiapkan ruangan, costum, dan bukankah ada produk dari perusahaan anda tuan...chichikoo"ucap riri memandangi park ji woo dengan tatapan yang tajam. membuat semua yang ada di sana terheran heran. " chichikoo...bukankah..huu..baby kau mengingatnya...kau ingat dia" ucap james menunjuk park ji woo yang terkesima dengan ucapan riri, sedang Zhi han sangat heran dengan apa yang terjadi di hadapannya saat ini.

"tentu...aku ingat..bukankah kau yang senang menyamai koleksi topi saya..dengan membeli topi yang sama bahkan kau sering memberiku coklat, coffe latte, dan gigitan apel..kau tau...aku tak menyukai caramu.." ucap riri sambil tersenyum simple.

park ji woo yang di suguhi kalimat riri barusan tersenyum bahagia mendengarnya..akhirnya ia di kenali juga. satu langkah menuju jenjang selanjutnya fikir park ji woo. " kalau begitu saya pamit,,mari uncle... dan...my Be'candy " ucap riri meraih tangan Zhi han membuat karyawan yang ada di sana pun terkejut. karena tak mengetahui suami CEO mereka adalah investor baru.

"Be' candy...maksudmu.." ucap james dengan nada agak sedikit tinggi. riri yang berjalan hampir di depan pintu berbalik sambil mengedipkan matanya " be' candy..my hubby candy..." ucap riri sambil tersenyum kembali meraih tangan Zhi han yang sedikit tersenyum dengan kejutan barusan. kemudian mereka beranjak pergi meninggalkan ruangan. james yang melongo tak percaya dengan sebutan genit riri pada suaminya barusan. " ji woo..bukankah riri tak pernah seperti itu.." ucap james.

park ji woo hanya diam ada sedikit bahagia namun bercampur kekesalan melihat tingkah riri barusan.

****

"ya...kau..." ucap Zhi han sambil memegang pundak riri dengan untaian senyum di wajahnya.

" kau memberiku gelar imut barusan...Be' candy.." ucap Zhi han tak percaya.

"why..kamu gak suka Be'candy...dari pada mr.Zhi...bukankah kamu bilang aku mesti membuka perasaanku padamu..kalau kau tak sukaaa..." ucap riri terpotong.

"i like...so much...my hubby candy, itu kalimat yang menggemaskan sweety...thanks ..." ucap Zhi han menciumi pipi riri. membuat deheman keras dari uncle lee sambil berlalu di samping mereka dan mengejek mereka " bakal ada uncle lee junior nih" ucapnya sambil memainkan telunjuknya dan berlalu begitu saja.

riri tersenyum..mendengarnya.membuat Zhi han terpana dengan senyuman indah dari istrinya barusan.ia tak pernah melihat senyuman tulus yang terpancar dari wajah riri selama mereka dekat.walaupun dengan wajah yang masih sedikit pucat.

"tunggu..kamu kenapa keluar dari rumah sakit..." ucap Zhi han sambil memperhatikan wajah riri yang masih terlihat pucat.

"aku tak mau menunda tambahan pekerjaan disini, aku ingin menyelesaikannya tepat waktu dan kembali ke indonesia" ucap riri sambil menatap wajah suaminya.

"ok...tapi seharusnya kau bilang mau keluar dari rumah sakit..aku terkejut kamu datang tiba tiba tadi" ucap Zhi han menggenggam jemari riri sambil berjalan santai meninggalkan ruangan perusahaan yang tanpa mereka sadari karyawan di sana sedang memperhatikan mereka sambil terkagum kagum menyaksikan pemandangan dua sejoli yang lagi mesra mesranya.

di mobil riri yang masih lemas bersandar di bahu Zhi han. sambil sesekali ia memandangi pemandangan kota shanghai lewat jendela mobil. " apa tak sebaiknya kacanya di tutup sweety"

"jangan..aku masih menikmati anginnya"..ucap riri

"angin..." ucap Zhi han tak mengerti hingga istrinya terlelap tidur di bahunya.

"paman apa tak sebaiknya kita bawa saja riri kembali ke rumah sakit," ucap Zhi han setelah melihat istrinya yang terlelap di bahunya.

"sebaiknya tak usah,,agassi hanya perlu istirahat, aku akan mengantar kalian ke vila" ucap uncle lee.

"vila..memangnya riri punya vila di sini" ucapnya zhi han yang tak mengerti maksud uncle lee.

"itu bukan vila nona, tapi vila tuan muda punya kakak nona"

"Paman apa tak apa apa kita membawanya ke sana"

"tentu..tak apa apa, walaupun banyak kenangan di vila itu, tapi bukankah kau bilang istrimu harus melawan ketakutannya"

Zhi han hanya meangguk angguk mendengar penjelasan paman nya. sesampainya di sebuah villa dengan bangunan bergaya khas eropa klasik. Zhi han yang menggendong istrinya langsung menuju sebuah kamar besar yang sudah di persiapkan. iapun meletakkan tubuh istrinya di pembaringan. riri yang sangat terlelap tak tau bahwa ia di bawa ke sebuah villa milik kakaknya sendiri. villa yang lama tak ia kunjungi.

Zhi han menyelimuti istrinya dan mendaratkan kecupan di pipi riri ia pun segera beranjak ke lantai bawah sambil menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan. uncle lee yang sedari tadi duduk bersama pengawalnya memandang kedatangan Zhi han dengan santai nya.

"paman..sebenarnya chichiko itu siapa.." tanya Zhi han sambil mencomot cemilan di depannya.

"maksudmu park ji woo..ia sahabat tuan james." ucap uncle lee.

"kenapa..kau penasaran..apa perlu kita selidiki..sebenarnya aku juga tak tau kalau mereka pernah saling kenal. Zhi han..istrimu banyak menghabiskan waktu di sini setelah perceraiannya, tentu banyak kenangan yang masih di simpannya, hanya saja yang membuat aku tak mengerti mengapa istrimu menerima tawaran pemotretan dari tuan james." ucap uncle lee bingung.

"tunggu..ada hubungan apa riri dan james paman.." tanya Zhi han.

uncle lee melirik pengawalnya yang bingung mendengar pertanyaan Zhi han.

"mmmm...maaf..aku tak bisa menjawab, cobalah kau tanyakan langsung pada istrimu." ucap uncle lee yang tak mau membuka skandal percintaan riri dan james di masa lalu. Zhi han yang mendengar jawaban kosong dari pamannya semakin penasaran. apa yang di sembunyikan paman nya darinya. tentu saja paman nya tak akan cerita kepadanya mengingat paman nya bekerja untuk istrinya,dan pasti atas permintaan istrinya lah pamannya tak akan bercerita tentang istrinya dan james.

sebuah sinar menggelayut di wajah halus riri dengan angin ringan yang menembus tirai jendela kamar besar. riri membuka matanya, mengusapnya dan menutupi wajahnya dengan tangannya, kemudian bangun dari pembaringan, dan memandang di sekitarnya. " dimana ini, surgakah..atau.." bisiknya dalam hati tak menyadari keberadaannya saat ini. walau dengan penglihatan yang samar samar. ia membuka jendela besar yang ada didepannya,memandang sekeliling dengan pemandangan yang indah. kemudian ia beranjak membuka sebuah pintu yang terhubung ke belakang kebun villa. dengan pemandangan yang maha luas dengan kebun yang di taburi tanaman strawberry dan anggur hijau. kemudian ada kolam ikan yang di sampingnya ada tempat duduk dari bebatuan. riri menempatkan tubuhnya duduk santai sambil memandangi sekeliling bangunan yang bergaya khas eropa klasik. "bukankah..aku seperti mengenali tempat ini" gumam riri mengingat ngingat kembali keberadaannya sekarang. ia pun beranjak dari tempat duduknya menyusuri tepi jalan kebun hingga sampai ke sebuah ayunan yang bertuliskan namanya. ia mendekati dan meraba rangkaian namanya yang berabjad vietnam. itu adalah papan nama ukiran yang di ukir kakak lelakinya dengan nama Meyri, nama riri sendiri. ia pun duduk di ayunan itu yang terbuat dari kayu yang tak mudah lapuk. ia berayun pelan sambil menikmati udara sore. dan mengingat masa kecilnya bersama kakaknya.

dulu sekali apabila mereka libur sekolah mereka pasti diajak berlibur ke kota ini, menghabiskan waktu yang panjang. tawa riang sebuah keluarga bahagia. ia ingat sewaktu sang kakak mengukir namanya,,,kemudian papinya yang membuatkan ayunan khusus untuknya. itu adalah hadiah ulang tahunnya,sekali seumur hidupnya yang tak ia lupakan. gurauan canda mami papinya di waktu ia kecil,tawa ejekan dari kakaknya untuknya dan ada tepuk tangan dari uncle lee yang selalu membelanya bila ia di ejek kakaknya. riri terenyuh mengenang nya, ada jiwa sesak dan perih yang ia rasakan. ia pun beranjak menjauh dari tempat itu. kemudian berjalan santai hingga sampai ke sebuah halaman luas, ia menyandarkan dirinya di dinding tanpa menyadari sosok Zhi han yang mengikutinya dari tadi. dari jauh zhi han melihat wanita yang sangat rapuh memandangi sebuah lonceng kecil yang tergantung di depan teras. tak lama ada senyuman sekilas di wajah wanita itu. Zhi han yang menyaksikan terpana betapa sulitnya menjadi seorang riri, fikirnya. ia tak mau menganggu waktu santai riri mengenang kehidupannya yang lewat. Zhi han beranjak masuk dan menunggu nya di kamar. sedikit demi sedikit Zhi han mulai mengerti sisi lemah istrinya. ia pun menyadari semua yang dilewati istrinya pasti sangat berat. terlebih ia pernah sendirian melewatinya. Zhi han jadi kagum, andai ia yang jadi riri tentu belum mampu ia melewati ini sendirian.

"uncle lee kau tak salah memilih tempat ini" gumam Zhi han dalam hati sambil merebahkan tubuhnya di kasur.