webnovel

Me is me

rannaya · Urbano
Classificações insuficientes
108 Chs

Lily dan Chamomile...

" apa aku tak kalian ajak makan juga.. " ucap seorang perempuan berambut pirang. yang kemudian tersenyum menyapa kedatangan riri dan suaminya.

" cathrine... tentu..tentu kamu boleh gabung, kamu kan saudariku,, kayak sama oranglain az, mana bunda sama john,,, aku ingin kita berkumpul semua di meja makan... " ucap riri senang.

" trus ... aku gak di ajak jeng... " ucap seorang perempuan lagi yang sangat di kenal suaranya oleh riri. seketika riri beranjak dari tempat duduknya menghampiri wanita yang memanggilnya dengan mulut yang belepotan.

" Rimaaa... kapan kamu datang, kenapa gak kabarin aku,,, terlalu banget kamu ini.." ucap riri sambil bergantian memeluk cathrine lebih dulu kemudian sahabatnya erat sambil berbisik

" tuh..orang yang kamu cari selama ini ada di meja makan " ucap riri membuat rima penasaran seperti apa suami riri sebenarnya.

ia pun melepaskan pelukan riri dan melihat mulutnya yang belepotan.

" aduh jeng,, kayak bayi az mulut kamu ini...busyeet...bukan kamu banget " ucap rima sambil mengelap mulut sahabat karibnya ini kemudian duduk berbarengan dengan cathrine tepat di seberang riri dan zhi han. membuat mulutnya ternganga waktu tahu siapa lelaki ini. lelaki yang pernah di kenalkan zian tunangannya, beberapa tahun yang lalu. lalu rima menoleh ke mami riri. mami riri hanya melirik sebentar. kemudian melanjutkan makannya.

" yach... tadi katanya pingin nimbrung makan, kenapa melongo gitu memandangi suami aku rimaa.." ucap riri dengan cueknya.

zhi han yang tak menyadari wajahnya di kenal oleh rima hanya tersenyum tanda menyapa sahabat istrinya di meja makan. ia memang lupa dengan wanita yang ada di seberangnya ini.

sedang rima hanya tersenyum senang melihatnya, entah lelaki ini ingat apa tidak dengannya karena mereka memang hanya sekali di pertemukan. namun rima yang cerdas sangat mudah mengingat setiap orang yang di kenalkan zian padanya.

suasana hangat tersaji lengkap di meja makan, di mana sebuah keluarga besar sedang berkumpul bersama, sesekali celoteh satria yang menggemaskan terdengar imut dan lucu, membuat suasana semakin menyenangkan.

****

"sweety..keluargamu sangat ramai..." ucap zhi han sambil merebahkan tubuhnya di samping riri ditempat tidur mereka saat ini.

"mmmm... begitulah keluargaku.." ucap riri yang menyisir rambutnya sehabis mandi dengan jemarinya.

membuat aroma wangi menusuk indra penciuman zhi han.

iapun memandangi wajah istrinya dengan manja. sambil mengelus perut riri yang sudah mulai membuncit. ia mendaratkan bertubi tubi ciuman di tekuk leher istrinya.

" apaan sih...geli tau... " ucap riri yang mengerti maksud suaminya.

" tenang, saat ini aku tak meminta yang itu sweety..." ucap zhi han.

" terus..." ucap riri heran.

zhi han kemudian menaruh telinganya ke perut istrinya.

" aku hanya penasaran, kapan si bayi ini mulai bergerak menendang-nendang " ucap zhi han.

riri tersenyum mendengarnya.

" sweetheart...ini baru tiga bulan lebih.. nanti kalau sudah membesar baru deh kedengaran tingkah bayi nya selama di dalam perut. " ucap riri menjelaskan.

" hmmm...membuat penasaran saja " ucap zhi han yang memang penasaran bagaimana rasanya mengandung dua bayi sekaligus, apa kedua bayinya akan saling menendang nanti di dalam sana.

" sweetheart, dokter sarah bilang apa tentang kehamilanku, tak ada masalahkan " ucap riri yang terkadang heran setiap memeriksakan kehamilannya, zhi han hanya berdua dengan dokter sarah waktu konsultasi.

" kan sudah di bilang kamu harus istirahat total no job apapun " ucap zhi han yang mengerti rasa penasaran istrinya perihal kedua bayinya.

" sweety...nanti kalau bayi ini sudah berumur tiga tahun, kita bikin lagi yaa.." ucap zhi han membuat mata riri melotot.

" kamu kerasukan apa sih... belum juga nongol mau nambah lagi " ucap riri tak percaya.

" aku pingin punya banyak anak, biar rumah kita ramai seperti tadi " ucapnya yang memang sedikit iri melihat kehangatan keluarga istrinya. tak sepertinya yang kesepian.

riri hanya menghela nafasnya, pasrah mendengar permintaan suaminya.

malam ini riri masih belum mampu memejamkan matanya, sedang suaminya sudah tertidur lelap dengan tangan yang masih berada di perut buncitnya. fikiran riri masih melayang dengan kabar persidangan yang ia terima sore tadi selepas ia sampai di rumah orangtuanya. bagaimanapun riri tak ingkar janji dengan mantan suaminya untuk mengirimkan pengacara handal selama persidangan, semoga saja semua berjalan lancar pinta riri. semua riri lakukan bukan berdasarkan rasa iba, tapi semua ia lakukan demi putranya seorang. jika bukan ayah dari putranya tentu saja riri akan menjebloskan ke penjara untuk seumur hidup. riri pun menghela nafas panjang, entah mengapa waktu yang larut malam ini tak mampu membuatnya tertidur sedikitpun. ia pun pelan pelan beranjak dari pembaringan setelah menyelimuti suaminya yang sudah terlelap sedari tadi.

riri berjalan membuka pintu sedikit lebar, membiarkan angin malam berhembus, sudah lama riri tak merasakan ketenangan seperti ini, lelah..itu pasti namun semenjak kehadiran zhi han, semuanya serasa hilang.

" nona,, semua info sudah saya dapatkan, ternyata aksi penyerangan di shanghai bukan hanya terjadi pada anda tetapi juga terjadi pada suami anda, tepat sebelum adanya sehari sesudah pemotretan di majalah tuan james. dan itu adalah ibu dari park ji woo yang melakukannya. saya akan mencari lebih jauh siapa ibu park ji woo " massenge pengawal ali pada riri malam ini, membuat alisnya terangkat dengan wajah masam.

" ibu hamil, wajahnya harus ceria gadis nakal " ucap mami riri yang sedari tadi menangkap kegelisahan dan kesal di wajah anak gadisnya.

riri pun berbalik dan menguraikan senyumnya kepada maminya yang begitu ia rindukan. segera riri beranjak dan menghampiri maminya kemudian meraih ganggang dorongan kursi roda. setelah itu mereka duduk berdampingan di balkon kamar riri yang menjorok ke arah pantai.

" apa mami ingin jalan jalan " ucap riri sambil membenarkan sweater maminya.

" yakin... kamu gak apa apa ini sudah malam chamomile sayang " ucap mami riri sambil mengusap punggung tangan putrinya. iapun sangat merindukan putrinya.

" aku kuat kok mi.. lagian sudah lama kita tak jalan jalan berduaan.. " ucap riri yang menjalankan kursi roda perlahan kemudian membuka pintu teras kamarnya yang terhubung langsung ka arah pantai, karena memang kamar riri dan orang tuanya saat ini berdekatan. mami riri sengaja menyiapkan kamar khusus di dekatnya agar bisa berdekatan dengan putrinya yang sedang hamil. riri mendorong pelan kursi roda yang sekarang dipakai maminya.

" apa kamu sebahagia itu dengannya chamomile " ucap mami riri membuka percakapan.

" yes..lily.." ucap riri menyebut julukan untuk maminya, dan julukan itu khusus ia berikan kepada maminya apabila mereka sedang berduaan. maminya memang bersifat jutek apabila sedang berkumpul di keramaian dengan putrinya. pantas saja sifat itu menurun ke putrinya, riri. namun di balik itu, mereka sangat dekat bagai sahabat, hanya saja mami riri terkadang gengsi bila mengakui hal ini di hadapan suaminya dan orang banyak. entahlah kenapa bisa seperti itu.

sedang chamomile adalah julukan kesayangan mami riri pada putrinya. ia meanggap putrinya bagai bunga yang selalu memberi bau wangi setiap saat, bila berada di sampingnya.

" menurut mami, apa ia lelaki yang baik dan pantas untukku " ucap riri bertanya.

" mmm...ku rasa kali ini kau memilih lelaki yang tepat, bahagiakan dia chamomile... " ucap mami riri membuat riri heran.

" gak ke balik nih, lily... apa ada yang kau sembunyikan dariku, kenapa kau tak mengkhawatirkanku, apa aku bahagia nantinya atau tidak " ucap riri yang menghentikan jalannya kursi roda maminya dan memandangi langit langit malam.

" bukankah kau bilang tadi kau bahagia, untuk apa aku khawatir, aku percaya putriku " ucap mami riri jelas.

" mmmm...ada yang perlu aku tanyakan padamu chamomile " ucap mami riri dengan wajah yang mulai serius.

" apa itu lily sayang... " ucap riri penasaran.

" bagaimana kabar papa satria, " ucap mami riri yang penasaran dengan mantan menantunya itu, apa yang menyebabkan mereka bercerai, banyak sekali yang ingin ia tanyakan pada putrinya, karena suaminya hanya menceritakan sedikit padanya.

" dia...dia baik saja lily, tak usah khawatir, mungkin sebentar lagi satria juga akan memperoleh adik dari papanya. " ucap riri yang teringat saat ini istri mantan suaminya sedang hamil dan pasti ini sudah memasuki usia yang ketujuh kehamilan.

mendengar hal itu, bagai sayatan di hati mami riri.

" benarkah... jadi dia sudah menikah lagi. " ucap mami riri.

" mmmm.... sudah sangat lama " ucap riri.

" kenapa kau tak cerita denganku chamomile " ucap mami riri nanar.

" sudahlah lily...kita lupakan kisah yang lalu, aku juga tak mau mengingatnya lagi " ucap riri setengah memohon pada maminya.

" oke...oke...aku tak akan bertanya lagi tentang hal ini, tapi apapun itu seharusnya kau ceritakan padaku, jangan membuatku penasaran lagi " balas mami riri yang setengah memohon pula pada putrinya.

" lalu bagaimana kau bertemu dengan suamimu si ten trom (pencuri) ituu.." ucap mami riri sambil tersenyum dan menatap hamparan pantai yang bagai mutiara di hadapannya, karena terlihat jelas hempasan ombak kecil di kakinya terlebih cuaca malam yang ditemani rembulan malam ini.

riri pun duduk di pasir pantai dekat dengan pinggiran kursi roda maminya, dan ia luruskan kakinya, membiarkan ombak kecil menggelitik telapak kakinya.

"mmmm...lewat kompetensi.." ucap riri dengan cueknya.

" apaa... kau fikir pernikaha itu sebuah perlombaan " ucap mami riri yang menjewer telinga putrinya, ia sangat tahu watak putrinya bila usil.

" aww... sakit lily... itu memang benar, karena sebuah kompetensi kami di pertemukan " ucap riri yang membelai telinganya sehabis di jewer maminya tadi.

" kau ini...isshh...selalu saja usil, lalu benarkah selama kehamilan mu sekarang kau sangat sangat usil pada suamimu.." ucap mami riri lagi.

" mmm... entahlah...aku sangat ingin saja usil, mungkin ini bawaan si bayi lily.." ucap riri sambil tersenyum.

" apa ia marah bila kau usili.." ucap mami riri yang membayangkan keusilan putrinya ini.

" tidak, ia tidak pernah marah, malah ia hanya tersenyum padaku, pria sedingin zhi han kadang kehilangan jati dirinya di hadapanku, sifat aslinya keluar, ia pria yang sangaat...saangaat menyenangkan, ..." ucap riri sambil tersenyum bahagia.

" kau beruntung, sangat beruntung,,, aku pun harus berlaku sebaik mungkin dengannya yang sudah membahagiakan si chamomile usil ini, apa kau mencintainya..." ucap mami riri lagi yang sedari tadi putrinya selalu sumringah bila menceritakan suaminya.

" lily...kau tau aku, kau kenal aku mulai di dalam perutmu sampai saat ini, kau pasti tahu jawabannya..." ucap riri berbinar memandangi sang mami.

" mmmm... aku pasti tahu kau sangat mencintainya, kalau begitu aku juga harus belajar mencintai suamimu..." ucap mami riri yang ingin menjahili putrinya.

" whaatt..No...gak boleh lily hanya boleh mencintai si Capung mr. Zein Prasetyo Armana." ucap riri sewot dengan bibir yang manyun sambil menyebut nama papinya yang ia gelari si Capung.

" heyy... sebegitunyakah kau pada Si Ten trom ( pencuri ) itu..." ucap mami riri tersenyum jahil pada putrinya.

" lily..." ucap riri menahan malu.

" chamomile... kau ini..dasar gadis nakalku yaa..." ucap mami riri sambil menunduk dan tangannya meraih air pantai yang mengenai kakinya kemudian menyiramkan ke wajah putrinya.

" lily... ternyata sifat usilku adalah keturunan dari sifatmu ya... " ucap riri yang membalas kelakuan maminya.

" tentu saja... karena kau terlahir di keluarga Truc.." ucap mami riri menimpali kata kata putrinya.

hingga mereka tertawa bersama. tanpa menghiraukan ada dua lelaki yang memandangi mereka di kejauhan. tentu saja para suami mereka yang terbangun di tengah malam tanpa mendapati sang istri di pembaringan.

" huuhh...mereka itu..." ucap papi riri dan zhi han bersamaan kemudian mereka saling melirik satu sama lain dan tersenyum memandangi kelakuan riri dan maminya.