webnovel

Maura

"Terima kasih," kataku

Dia hadir lagi kedalam mimpi. Kali ini mimpi indah.

Sepertinya dia sedang menghiburku dari tekanan berat siang tadi.

"Tak apa," sahutnya dengan senyum manis. Senyumnya manis sekali, bahkan jika bintangbintang terang. Senyumnya lebih terang dari itu.

Aku masih terkesiap, "Kamu?"

"Iya aku bisa bicara," katanya seakan bisa membaca fikiranku.

"Kamu siapa?" pertanyaan yang tidak pernah dia jawab. Bahkan aku tidak tau apakah kali ini dia jawab atau tidak.

"Namaku Maura, aku teman kecilmu,"

"Jadi kelak?"

"Ya... Kelak ketika dewasa kau akan melupakanku,"

Aku memeluknya erat.

"Aku tidak ingin dewasa,"kataku

.

Dimimpiku, kami bermain dibawah pohon Lo dikampung Mojo.

Namun semuanya berbeda. Jika sebelumnya pohon Lo rimbun dan menakutkan.

Dalam mimpiku dahandahan seperti tangan yang mendatangkan ketenangan. Seperti pelukan ibu.

Sementara sulur2 membentuk ayunan, ya.. Sebuah rumah besar dengan latar belakang sungai yang jernih.

.

"Apa ini rumahmu?" tanyaku. Banyak sekali pertanyaanku yang hanya dia jawab dengan senyuman. Jadi aku tidak berharap banyak.

"Bukan, ini rumah kesedihan," Sahutnya murung.

"Rumah kesedihan?"

Dia menunjuk kerumunan anakanak kecil sedang asik bermain,tadinya mereka tidak ada.

"Mereka ingin pulang, tapi tak pernah bisa. Raga mereka sudah hancur dimakan tanah. Sedang airmata dari orang tua mereka terus menjadi aliran sungai ini,"

Aku mundur selangkah. Wajahku menjadi pias.

"Jadi? mereka mati? dan kau?"

"Aku bukan bagian dari mereka,"

"Lalu aku?"

Fikiranku menjadi gelap.

Dia tertawa.

"Jangan banyak berpikir, kau masih hidup. Roh leluhurmu menjaga,"

Aku terdiam.

Subuh datang. Aku terbangun.

Aku merasa subuh terlalu cepat datang.

.