webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · História
Classificações insuficientes
74 Chs

Tiga

Kami tiba di Kost-an Susan. Disana sudah ada petugas polisi dan juga mobil Ambulans. Susan di masukan dalam mobil itu di dampingi Nita.

Susan tampak ingin menangis melihat ku yang menghambur kearah nya.

" Kamu baik baik saja kan San? nit??" Tanya ku beralih alih pada Susan dan Nita yang agak bingung melihat J ada disana. Tampak juga rasa kagum nya pada sosok J yang tanpa segaram OB. Nita masih sempat sempat saja ngecengin cowok.

" Entahlah Len.. Perut ku sakit banged" Ujar Susan dengan sorot menyedihkan.

" Hanya satu orang, cepat!!" Seru petugas medis di belakang. Aku mundur dengan memberi kekuatan pada Susan.

Nit, aku akan menyusul kalian, kata ku sebelum pintu Ambulan itu di tutup.

Sebelum aku menyusul mobil ambulan yang sudah melaju itu petugas polisi menghampiri ku, aku rasa aku benar benar akan melaporkan Hendra! Ya walau bajingan itu sekarang tidak ada di tempat! Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan nya.

Selesai memberi keterangan pada petugas polisi aku kembali menghampiri J yang menunggu ku sambil mengesap rokok. Ia segera menginjak putung rokok saat aku datang.

" Aku akan memberi keterangan pada polisi di kantor nya. Pulang saja J, terimakasih sudah banyk membantu" Kata ku.

" Sama-sama, Alena! Apa perlu aku temani ke sana?" Tawar nya lagi.

" Ga perlu! Aku akan ikut mereka! "

J melihat kebelajang seolah memastikan. Ia lalu mengangguk.

"Baiklah. Bisa pinjam ponsel kamu?

Aku yang bingung hanya bisa menurut. Ku taruh ponsel ku ke tangan nya

" Hubungi aku kalau apa apa" Kata nya setelah memasukan nomornya.

Aku mengangguk sembari menerima panggilan dengan keterangan Jordan! Saat itu ia menempelkan ponsel nya ke telinga nya.

Itu nomor ku.. Ucapnya menjelaskan sambil tersenyum.

Aku mengangguk dan menyelami tatapan nya yang sambil berlalu menghilang dengan motor yang ia pakai. Rasanya hati ku dibawa juga oleh nya!!!

J.. Jadi nama nya Jordan?

Jordan.. Nama nya seperti sama dengan seseorang..

Aku mengendik mengabaikan firasat yang sempat muncul.

***

Di kantor polisi!!

Aku kaget melihat ada Hendra di sana dengan seorang pria berstelan jas eksekutif. Seperti pengacara. Apa yang ia lakukan!! Pikir ku menebak nebak.

" Nah ini dia wanita yang menyerang saya..." Tiba tiba ia menunjuk ku arah ku.

What!! Aku merasa terpojok disana.

" Pak.. Dia laki laki yang tadi menyakiti teman saya pak!! Cecar ku tak kalah brutal dengan serangan Hendra.

" Apa! Hey.. Nona.. Lihat wajah ku baik baik!!! Ini ulah kamu kan???" Tanya nya menunjuk wajah nya yang lebam. Tusukan tas ku masih berlubang disana. Senyum nya melebar! Sialan! Hendra punya bukti fisik lebih dulu. Terlebih ia sudah membawa pengacara sangar di sebelah nya. Apa ini sudah ia atur lebib dulu! Ya.. Pasti! Pasti ia melihat polisi yang datang ketempat Susan lalu menunggu ku disini untuk unjuk gigi siapa yang lebih unggul disana! Ia dengan bukti kuat dan seorang pengacara disebelah nya!!

Fuck!! Ingun sekali ku kasih bonus lubang di wajah nya lagi.

" mba Alena, silahkan ikut kami" Kata petugas polisi yang berada di belakang Hendra. Lihat senyum pria menjijikan ini sangat ingin kutarik sampai pipinya melebar.

" Saya akan menghubungi pengacara saya juga pak" Kata ku percaya diri, lantas pria itu seolah ingin tertawa! Aku memang asal bicara, tapi aku tidak mau disongngongkan kutu busuk itu disana.

Kemudian aku di periksa dan di intograsi sebagai terlapor dan point point disana sangat menyudutkan aku sebagai pelaku penyerangan. Bahkan pasal pasal kurungan nya juga membuat ku bergidik. Otak ku berpikir keras bagaimana cara nya menyelesaikan ini dan membalas si kutu busuk itu. Ia tak boleh menang! Ia sudah jelas melukai Susan dan nyaris mencelakai ku. Tapi aku tak punya bukti kuat! Aku perlu pengacara hebat melebihi pengacara nya! Tapi siapa dan bagaimana aku bisa mendapatkan pengacara itu.

Otak ku buntu! Meski ada satu jalan yang ada, tapi... Tidak... Tidak mungkin!! Namun hanya dia yang bisa membantu ku. Aku masuk sel bajingan ini maka akan berhaha-hihi. Enak saja!!

Hingga akhirnya ku ambil ponsel dan mencari kontak Rudy! Asisten Devan Alexander Hurmous.

Deringan demi deringan membuat ku gugup. Ini sudah tengah malam buta. Apa ia tidur?? Ayolah cowok klimis sejagat raya!! Angkat telepon nya...

Apa benar aku menggunakan Jasa orang Devan! Ia orang terkemuka disini pasti ga masalah kan meminjamkan salah satu pengacara nya untuk membuat wajah songong Hendra itu semerawut. Lagian yang aku hubungi hanya orang nya saja. Dia pasti tidak tau. Pikir ku berkecamuk setiap sambungan telepon ini terhubung.

Sampai akhirnya Rudy mengangkat telepon ku.

" Hallo. Iya nyonya..." Suara Rudy sukses membuat ku tak bisa mundur lagi.

" Malam Rudy! Bisa ke kantor polisi sekarang! Aku perlu pengacara" Ucap ku sekali tarikan nafas.

" Baik nyonya " Sahut Rudy singkat dan cukup membuat ku bisa bernafas lega.

Aku menunggu dengan hati was was  terlebih ada pengacara Hendra yang masih memberi laporan disana aura nya sangat ingin menjobloskan ku ke penjara malam itu juga, dan gaya nya ya ampun! Aku rasa itu pengacara sama blagunya dengan Hendra!!!

Hingga kantor itu kedatangan pria dengan rambut licin disisir ke belajank, mengkilat!  ia mengenakan kacamata lengkap dengn atribut aneh di pakaian nya. Khas Rudy sekali! Yang lebih mencengangkn ia membawa sekitar 5 pria-wanita yang berbau hukum wajah merek tak ada sudut lembut nya seolah ingin menjelaskan ke dunia taring mereka mereka tak bisa di remehkan!  Bahkan siluet sosok pengacara handal yang terkenal di Indonesia juga mancanegara muncul di belakang dengan langkah bak selebriti, lekungan jam mahal mrngikari pergelangan tangan nya dan briliant2 cincin menekuri di jari pria berkulit sawo matang ini, dengan stelan jas berwarna ungu senada warna dasi nya!  Gaya nya khas sekali, lengkap dengan tampang beliau yang cukup memberikan aura tajam kepada senua yang ada disini!!!

Aku meneguk air liur! Serius Rudy membawa pengacara itu? Sontak rasanya aku ingin bersorak sorai. Tampak sekali kekagetan di wajah pengacara kutu busuk itu! Level nya masih jauh melawan backingan yang Rudy bawa.

" Malam Nyonya..." Sapa Rudy dengan sopan menunduk pelan dengan rambut klimis nya.

" Malam Rud" Sahut ku mantap jiwa.

Sungguh aku ingin menari. Silahkan di proses pak.. Mereka pengacara saya, seru ku dengan nada bangga.

Mampos kamu Hend.. Nikmati senjata makan tuan!!!

" Anda pulang saja, biarkan pengacara yang mengurus " Kata Rudy yang kutunggu tunggu. Tentu aku tak punya waktu untuk ikut berdebat dengan mereka. Aku harus ke Rumah Sakit!

" Iya Rudy! Terimakasih banyak! Tapi bisa kan aku menumpang ke Rumah Sakit?" Pinta ku lagi

Rudy membenarkan letak kacamata nya sebentar. Ia terlihat ragu.

' itu.. Baiklah.. Nyonya..."

Seketika aku menyesal mengucapkan itu! Aku tak tahu kalau Rudy datang bukan hanya dengan tim pengacara tapi juga ada Tuan kami di dalam mobil mewah yang sekarang aku masuki. Serasa berada di kutub utara. Mobil ini mendadak seperti gunung es yang sangat dingin siap membuat darah berhenti mengalir dan mematahkan tulang nya.

Aku sangat blank sekarang, aku pikir Tuan Besar ini tidak tau. Bahkan aku berharap tidak melihat nya karena enggan mengucapkan kan terimakasih lha lantas... Dia sudah persis disebelah ku dengan wajah mirip robot menghiasi!

Kulihat Rudy juga tampak cemas di depan sana  sesekali ia melirik ke belakang di mana aku duduk mirip patung ekskimo yang tak bergerak.

Mobil itu bergerak pelan. Tak ada percakapan di bangku tengah dimana aku dan Devan duduk. Bahkan tubuhku rasanya mau menyatu dengan handle pintu itu. Hey jangan kan percakapan bertemu muka saja aku lupa terakhir kapan. Rasanya tahun lalu ah bukan dua tahun lalu  saat acara singkat pernikahan itu. Bahkan aku lupa bagaimana wajah nya.

Kenapa mobil ini lamban sekali. Tubuh ku rasanya beku. Aku hanya mengenakan baju tanknop tipis yang menurut ku sangat terbuka dan tak nyaman. Harus nya tapi aku minjam jaket Susan ato baju J gitu?

Akhirnya sampai juga di parkiran Rumah Sakit, setelah jiwa ini nyaris hilang membeku selama di perjalanan yang terasa sangat panjang!!

Aku sudah tak sabar ingin tahu keadaan Susan.

" Jangan berkeliaran telanjang seperti itu" Suara baritton Devan yang lama tak ku dengar dan asing ini menghentikan tangan ku saat mau membuka pintu.

" Ingat siapa kamu! Jangan membuat malu nama ku lagi!

Hmmmppp. Ini peringatan nih cerita nya?? Hey aku hanya minjam pengacara nya satu salahkan Rudy yang membawa 1 tim! Rasanya ingin kulontarkan itu tapi siapa yang berani menyanggah aura Devan yang mematikan ini.

" Rudy! Kamu bawa jaket?" Tanya nya lebih memerintah.

Rudy kelabakan. Jelas ia hanya mengenakan kemeja saja. Ia lalu melihat kearah supir yang ikut menggeleng. Mereka dalam mobil siapa juga pakai Jaket.

Aku tak bisa menunggu jaket siapa dan untuk apa, ku buka pintu tanpa izin  masa bodoh dengan pakaian ku sekarang. Toh tadi aku berkeliaran di kantor polisi dengan baju ini walau tak menepik mata mereka seperti tak bisa mengontrol ke bagian tubuh ku yang menonjol.

" Berhenti..."

Lengan ku dicekal. Sentuhan panas dan kuat. Refleks aku menoleh pada Devan. Wajah yang aku lupakan dua tahun silam. Aku melihat nya sekali saat berlangsung nya ijab kabul. Wajah nya masih sama. Masih tegas dan tampan. Dengan sudut mata cokelat madu yang mempesona! Bahkan aku ingat pernah mengagumi lekuk wajah Devan yang rupawan ini waktu pertama melihat nya di acara pernikahan!!  Tapi level dan siapa aku membuat batasan yang tak bisa di jangkau. Dia seperti kaisar Raja dan aku hanya seorang pelayan yang di angkat jadi Ratu!

" Kamu tidak mendengar ku! " Timpal nya dengan nada geram. Ia melepas cekalan nya sesaat.

Kulihat ia melepas Jas yang ia pakai dengan gusar.

" Apa ini?" Tanya ku bodoh saat ia memberikan jas itu padaku.

Aku mendelik sadar dengan pertanyaan ku dan segera mengambil nya hati hati. Kudengar ia membuang nafas dengan kasar.

Dengan cepat ku kenakan jas itu meski kebesaran  tapi cukup membuat tubuhku terbungkus apik. Aku segera keluar dari mobil itu. Berjalan melawan arah dengan cepat. Pikiran ku saat ini Susan. Aku mencari ponsel ku berniat menghubungi Nita.

Saat aku mencari ponsel itu. Tersengar suara deru motor keras dari belakang. Aku mengabaikan nya karena mungkin itu hanya salah satu pengunjung Rumah Sakit lainnya. Tapi yang kurasakan adalah saat suara itu seperti tembakan angin yang sangat cepat  tubuh ku di tabrak dengan keras. Sakit.. Sakit sekali seolah tulang ku di tarik paksa dari tubuh ku.

Kulihat arahan yang cepat. Dan hantaman lain kurasakan. Tubuh ini terjun bebas. Hingga bunyi tubuh ku sendiri aku bisa mendengarnya. Nafas ku terputus putus dan suara motor yang menabrak ku telah berlalu. Kulihat sorot pandang yang mengabur. Aku ingat aku tergeletak di jalan parkir itu tubuh ku rasanya sakit sekali dan cairan merah kulihat keluar dari tangan ku. Mengalir sempurna di mata ku yang mengabur.