webnovel

Marriage Contract (Fanfic)

Keluarga Hyuuga memiliki pohon ginkgo di belakang rumah besar mereka. Pohon itu menyimpan cerita mistis hingga sekarang, dipercayai sebagai tempat tinggal Dewa. Pohon ginkgo di rumah keluarga Hyuuga sudah berusia 1500 tahun. Diyakini satu-satunya pohon tertua di dunia. Ginkgo dipagari oleh pagar kayu jati. Rerumputan di sekitar ginkgo ditutupi oleh warna keemasan daunnya yang setiap hari berguguran. Saat berumur sepuluh tahun, Hinata Hyuuga, putri dari Hiashi Hyuuga menjumpai seorang anak laki-laki duduk di atas ranting raksasa pohon itu. Anak laki-laki itu mengenakan hakama berwarna putih, keesokan harinya kadang dia mengenakan hakama berwarna oranye ataupun kuning. Ketika anak itu masih duduk di ranting besar itu, Hinata mencoba meneliti wajahnya yang terselimuti oleh dedaunan ginkgo yang lebat, tetapi pada akhirnya Hinata tidak mendapatkan apa-apa dari itu. Suatu hari tiba-tiba dia mendengar suara anak laki-laki itu berbicara untuk pertama kalinya. Suaranya sangat lembut seperti anak perempuan. "Kalau kau ingin bisa berjalan, kau harus menjadi pengantinku."

BukiNyan · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
43 Chs

3

Setelah menerima persetujuan bahwa dia akan menjadi pengantin Dewa, Hinata diajak ke dunia para makhluk halus, juga para Dewa. Di sana dia bisa berjalan, berkeliling tempat tinggal sang Dewa dengan kedua langkah kakinya. Tempat itu tidak terlihat seperti kota. Tapi seperti Okutama layaknya desa daripada bangunan-bangunan menjulang tinggi yang bisa dia lihat di televisi. Hampir memang lebih banyak rumah-rumah kayu dan tradisional. Hutan belantara, jalanan aspal pun tidak menyeluruh, di Okutama sendiri, itu masih mending listrik, saluran air, toserba dan bengkel, juga kafe-kafe yang dikelola oleh keturunan Hyuuga sendiri.

Dan tempat ini jauh berbeda dari Okutama yang lebih maju. Hinata seolah terlempar jauh di masa lalu, saat negerinya masih dipenuhi oleh peperangan, tidak ada listrik, atau tidak adanya tempat-tempat hiburan yang maju. Tapi beruntung sekali kalau di sini sudah ada balon udara yang terbang menggantikan pesawat.

Hari itu, ada festival lampion, juga festival makanan. Ia harap, ketika sang Inari mengajaknya untuk makan daging panggang, itu bukan daging manusia.

"Semua makanan ini dari upacara persembahan yang dilakukan oleh manusia untuk Dewa, jadi jangan khawatir untuk mencicipinya, ini juga bisa kau makan." Kata sang Inari, suaranya lembut, seperti anak perempuan, wajahnya tertutupi oleh kain putih, tapi Hinata bisa tahu kalau sang Inari pasti tampan. "Kau mau beli higashi? Aku tahu kalau kau suka dengan makanan itu," di ujung jalan acara festival tersebut, ada penjual higashi—satu kotak besar bisa berisi setidaknya sepuluh higashi dengan warna bermacam-macam.

"Boleh sekalian dengan kompeito?" Apa yang diinginkan oleh Hinata, sang Inari akan membelikannya. "Apakah mulai sekarang aku tinggal di sini?" Hinata terdengar antusias.

"Aku kira kau ingin pulang."

"Untuk saat ini belum, karena aku masih ingin pergi makan dan berjalan-jalan sepuasnya."

Inari memandanginya saksama. "Kau ingin bisa berjalan?" Hinata memandangi sang Inari makin dalam, wajahnya berseri-seri, ia jelas menginginkannya supaya dia bisa berlari seperti anak-anak lainnya. "Ada harga yang harus kau bayarkan."

"Berapa harganya? Aku pikir ayah dan ibuku pasti bisa membayarmu."

Di balik kain putih itu, inari tersenyum. Hinata tahu bahwa Inari sepertinya senang kalau menyangkut bayar-membayar. "Kau tidak akan rugi." Tapi Hinata tidak pernah tahu, bayaran apa yang diinginkan oleh sang Inari.

Tumbal manusia—karena harus ada yang berani berkorban. Harus ada seseorang yang menggantikannya untuk tinggal di sini. Jiwa gadis kecil itu sudah di sini sejak lama, dan tidak diizinkan untuk terlahir sebagai manusia. Maka dari itu, kalau gadis ini seutuhnya berada di dunia manusia, tentu dunia manusia harus berani mengambil risiko, untuk menggantikan gadis ini ada di sini.

Bertepatan dengan itu, Hizashi muncul di dekat mereka. Ia menarik tangan Hinata untuk dipaksanya ikut bersamanya, sang Inari tidak bergerak untuk mengejar. Hanya tersenyum dengan menyembunyikan kedua tangannya ke belakang.

"Paman Hizashi?" Hinata terkejut, ketika sang paman menggendongnya, diajaknya pergi ke suatu tempat. "Mengapa Paman bisa berada di sini?"

"Nona, kita harus pergi, sebaiknya tinggalkan tempat ini secepatnya."

"Tidak mau," tolak Hinata, dia agak merengek. "Aku ingin bisa berjalan, Inari Daimyojin akan mengabulkan permohonanku, kalau aku jadi Pengantinnya, aku bakal bisa berjalan lagi. Turunkan aku!" di gendongan Hizashi, Hinata menangis. Ia tidak boleh pergi dari sini, karena sang Inari akan membantunya.

Makin keras dia menangis, akhirnya sang Inari datang untuk menolongnya. Tubuhnya berada di udara masih mengenakan penutup wajah, juga hakama berwarna putih dengan setiap ujung lengan tangannya yang dijahit longgar menggunakan benang merah.

"Loh, mau ke mana?" tanya sang Inari, Hizashi terdiam. "Kau mau melawan Dewa?" tiba-tiba tangan kanan Inari terangkat, tetapi tangan kirinya masih disembunyikan di belakang tubuhnya. "Kau tahu siapa dia, 'kan?" Hizashi memelotot kaget, mengapa wanita itu ada di sini? Ia terus bertanya, terdiam, kemudian menjatuhkan Hinata dari gendongannya.

"Beginilah manusia," kata sang Inari. "Mereka akan lupa siapa yang harusnya diprioritaskan, dirinya sendiri atau sebuah misi. Sulit membuat manusia menepati janji."

CATATAN KAKI

Higashi adalah jenis wagashi, yang kering dan mengandung sedikit uap air, dan karenanya relatif lebih lama dari jenis wagashi lainnya.

Kompeito adalah permen tradisional Jepang yang berbentuk seperti bintang berwarna-warni dan rasanya hanya manis. Sebutir permen umumnya berdiameter antara 5-10 milimeter. Nama "kompeito" berasal dari bahasa Portugis, confeito yang berarti gula-gula.

BukiNyancreators' thoughts