webnovel

Pilar Kerajaan Terakhir

Setelah membentuk pemerintahan baru secara tersembunyi, Voran menghabiskan waktu untuk mempelajari dunia yang kini dia tinggali melalui buku yang ada di dalam perpustakaan kerajaan.

Selain itu, dia juga menata pikirannya. Meskipun dia sudah memutuskan untuk menerima identitas barunya. Dia masih tetap memikirkan dunia aslinya.

Tentu saja, bukan karena orang-orang yang dia sayangi, tapi karena sejarah dan kehidupannya yang tanpa keluarga. Ya, dia telah kehilangan seluruh keluarganya sejak dia masih di usia sekolah, sehingga kehidupan yang dipenuhi dengan orang-orang yang memperhatikannya benar-benar membuat dia merasa asing.

"Dunia ini memang tidak lebih kecil dari bumi, tapi jauh lebih besar. Meski ada empat kerajaan di sekitar Kerajaan ini, masih ada banyak hal yang belum dijelajahi. Tidak hanya raja yang menjadi seorang penguasa, melainkan bandit, Sekte, organisasi maupun kelompok-kelompok tertentu bisa menjadi seorang penguasa wilayah. Menariknya, semua itu tercatat di buku ini. Sungguh sebuah informasi yang begitu membantu. Jika memang dunia ini memiliki kultivasi seperti energi ki, tenaga dalam, ataupun mana. Maka, ada sesuatu yang jauh lebih dari itu. Aku harus mencari tahu semua itu demi keberlangsungan hidupku sendiri ataupun kerajaan ini!!"

Voran tidak hanya menggumamkannya secara asal, tapi dia memikirkan hal tersebut setelah membandingkan situasinya dengan kejadian-kejadian yang dia ketahui melalui novel atau literatur yang pernah dia baca.

Meski tak sepenuhnya benar, dia tetap memikirkannya serta mengasumsikannya sebagai sebuah perbandingan terhadap situasi yang saat ini dia hadapi.

Dengan situasi yang sedikit tidak terbayangkan olehnya, dia hanya melakukan yang terbaik untuk mempertahankan kehidupan kecilnya itu.

Bagian terburuk dari semua ini belum Voran temui, tapi dia mengerti satu hal. Jika dia bisa memperbaiki keadaan kerajaannya, maka tingkat kehidupannya akan membaik dan dia bisa hidup dengan lebih tenang.

Kerajaan-kerajaan di sekitarnya memang menjadi ancaman yang mengerikan, tapi mereka tak membuat Voran khawatir.

Alasannya jelas, lawan terkuat dan paling mengerikan bukanlah yang jauh darinya melainkan mereka yang dekat dan terlihat bisa dipercaya.

Daripada memikirkan sesuatu yang belum jelas, lebih baik menyelesaikan masalah yang sudah terlihat.

"Andai saja aku bisa membawanya …." Voran memikirkan suatu hal yang membuat dia mengeluarkan ekspresi suram dan sedih. Dia tidak bisa melupakannya sampai kapanpun juga, tapi dia juga tidak bisa terus terganggu oleh hal itu.

Oleh karena itu, Voran menaruh masalah tersebut ke samping dan menyimpannya. Dia memfokuskan seluruh pikiran dan tenaganya pada masalah yang kini menimpa kerajaannya.

Meski sempat terganggu oleh beberapa hal yang melintas di benaknya, dia tetap melanjutkan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan dan menghabiskan waktu sepanjang hari di tempat itu.

Terlalu lama berdiam di perpustakaan kerajaan membuat Voran memiliki cekungan hitam di sekitar matanya.

Tanpa melakukan hal lain, termasuk mengisi energi di tubuhnya, ia tidak mengalihkan matanya dari setiap buku yang memiliki informasi tentang dunia yang kini dia tinggali.

Beruntungnya perpustakaan ini menyimpan berbagai literasi termasuk kisah-kisah dari kerajaan lain. Dengan membaca beberapa dari mereka, Voran sedikit mengerti tentang dunia yang ia tinggali ini.

Dia meninggalkan perpustakaan keesokan harinya, dan di hari tersebut dia bertemu dengan seorang pria tua yang mengenakan jubah berwarna hitam yang biasa dipakai oleh para sarjana.

Meski dibalut dengan pakaian yang sering digunakan oleh para akademisi atau orang-orang yang berkecimpung di dunia politik.

Voran merasakan adanya tekanan yang sangat besar dari sosok itu. Sedikit demi sedikit tekanan itu menghantam tubuhnya dan pria tua itu mengeluarkan sedikit auranya.

Pada saat Voran merasakan auranya, dia benar-benar terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, ketika dia hendak mengatakan sesuatu pada sosok itu.

Tiba-tiba saja, sebuah ingatan melintas di benaknya. Ingatan tentang sosok di depannya ini. Voran benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengannya secepat ini.

Dia kira bertemu dengan pria ini akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama, tapi perkiraannya benar-benar tidak tepat.

Ketika dia bertemu dengan sosok tersebut, Voran tidak bisa menahan tekanan itu terlalu lama.

Sosok pria tua itu mengeluarkan tekanan serta aura yang berbahaya. Meski hal itu cukup mengancamnya, Voran tidak merasa pria tua itu memiliki niat buruk padanya.

Seolah pria itu sedang mengujinya dan mencari tahu apakah dia memiliki niat untuk memperbaiki suatu hal yang tidak baik di kerajaan.

Sekilas, Voran mengerti keinginan yang ditunjukkan oleh pria tua itu. Hal itu dia ketahui setelah ingatannya tentang pria tua ini terulang jelas di benaknya.

"Oh … pantaslah dia mengeluarkan aura semacam ini setelah bertemu denganku. Meski pemilik tubuh ini tak begitu buruk, tetap saja dia melakukan tindakan-tindakan yang tak sepatutnya dilakukan oleh seorang Putra Mahkota atau Calon Raja. Sebagai Calon Raja, pria ini malah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengejar keindahan dan tidak mementingkan masalah-masalah yang menimpa kerajaan. Beruntungnya kerajaan ini memiliki mereka bertiga, jika tidak. Huh … mengerikan sekali!! Aku tidak bisa membayangkannya"

"Yang Mulia, ada yang salah denganku?" suara yang tidak dingin tapi juga tidak menunjukkan kehangatan keluar dari pria tua itu. Dia juga memberikan tatapan yang benar-benar biasa, sebuah tatapan yang hanya dikeluarkan oleh kakek-kakek biasa. "Kau hanya diam semenjak bertemu denganku. Apakah ada yang salah denganku?"

Voran mengatur nafasnya dan menatap balik pria tua itu serta menunjukkan tekadnya sebagai seorang pemimpin.

Dia tidak mundur dari pria tua ini, sembari menunjukkan tekadnya melalui tatapan matanya, Voran melangkah maju ke depan. "Tidak ada, aku merasa kau menjadi lebih kuat dari sebelumnya, apakah kau sudah menerobos, Larsson?"

Grim Larsson, pria tua dengan wajah yang mulus untuk golongan pria berumur, memiliki rambut panjang berwarna putih yang diikat dengan rapi.

Matanya setajam elang dan selalu memancarkan kilatan dalam di setiap saat. Wajahnya cukup tirus tapi memberikan rasa anggun yang mendekati maskulin.

Kedua lengannya tidak besar tapi begitu pakaiannya terbuka otot yang terlihat seperti pahatan di sebuah patung memancarkan pesonanya. Dia juga cukup tinggi dan badannya sangatlah proporsional.