webnovel

Nekat

Editor: Wave Literature

Mo Wuji tidak takut sama sekali akan kilatan petir itu. Ia bahkan tidak menghindarinya dan langsung menusukkan pisaunya ke dahi monster buaya itu.

*Klang!* Mo Wuji hampir berpikir bahwa pisaunya telah menusuk sepotong besi, bahkan ada percikan-percikan listrik saat pisaunya mengenai dahi monster itu. Untung saja, pisau yang ia dapatkan dari Hu Fei itu tidaklah buruk; pisau itu tidak bengkok setelah terkena tekanan yang begitu hebat.

*Duar!* Petir itu menyambar tanpa ampun ke dada Mo Wuji.

Mo Wuji dapat merasakan rasa sakit dan panas membakar yang menyebar ke sekujur tubuhnya. Setelah melalui kejadian yang hampir menewaskannya di danau petir, Mo Wuji sudah dapat menahan rasa sakit itu. Ia segera mengontrol petir itu untuk masuk ke meridian keduanya dan menghancurkan sumbatan yang ada di sana.

Mungkin saja karena ia sedang beruntung, sehingga petir itu langsung membakar sumbatan di dalam meridian keduanya.

Rasa sakit itu menyebar ke meridian kedua Mo Wuji. Tanpa bersuara sedikitpun, Mo Wuji bisa sedikit merasakan bagian-bagian dari sumbatan itu telah terbakar.

Saat sumbatan di meridian itu sedang dibakar, Mo Wuji dengan cepat mundur dan naik ke lantai yang lebih tinggi. Tempat ini bukanlah seperti danau petir; tempat ini dipenuhi oleh monster laut. Jika ia terbaring saja di lantai, pilihannya hanya dua: ia akan terbunuh oleh monster-monster laut itu, atau diinjak-injak monster laut itu sampai mati.

Apa yang membuatnya terkejut adalah kilatan petir dari monster laut itu ternyata lebih lemah dari petir yang ada di danau petir. Bertarung dengan monster-monster buaya ini memang sangat berbahaya, tapi ini sekaligus merupakan kesempatan bagi Mo Wuji. Jika ia berhati-hati, ia akan bisa membuka meridian keduanya.

Sebaliknya, monster buaya itu tampak sedikit kaget. Serangan petirnya yang mematikan ternyata gagal membunuh Mo Wuji. Setelah beberapa saat terdiam, monster buaya itu tiba-tiba menyerang Mo Wuji lagi, sambil memendam rasa dendam yang jauh lebih besar. Monster itu tampak tersinggung dan marah melihat Mo Wuji sama sekali tidak terpengaruh oleh serangan petirnya.

Sebuah petir melesat ke tubuh Mo Wuji lagi. Kali ini, Mo Wuji sudah lebih pintar. Ia tahu ia bukanlah seperti Master Immortal itu; ia takkan bisa begitu saja membelah monster buaya itu menjadi empat bagian dengan mudah, bahkan dua bagian pun mungkin ia tak sanggup. Sudah sangat sulit bagi Mo Wuji hanya untuk meninggalkan goresan di sisik-sisiknya yang keras.

Mo Wuji tidak menghiraukan petir yang menyerangnya. Sebenarnya, ia juga tidak cukup cepat untuk menghindarinya. Saat petir itu datang bersamaan dengan buaya itu, dengan cepat Mo Wuji menikam tenggorokan buaya itu dengan pisaunya.

Ternyata benar apa kata sang Master Immortal. Pisau Mo Wuji dapat menusuk tenggorokan buaya itu. Meskipun pisaunya sedikit susah untuk menembus kulit di bagian tenggorokan monster itu, namun kulit tersebut jauh lebih lunak daripada sisik-sisik monster itu yang sekeras besi. Darah merah memancar ke lengan Mo Wuji, menyebabkan setengah badan Mo Wuji berlumuran darah.

Monster Lightning Crocodile itu menjerit, dan melepaskan ratusan kilat dan petir yang menyerang Mo Wuji secara bersamaan. Alhasil tubuh Mo Wuji dipenuhi luka, bahkan rambutnya menghitam karena hangus.

Ini adalah rasa sakit yang berbeda dengan rasa sakit yang tadi. Mo Wuji merasakan tubuhnya seolah-olah dicincang menjadi potongan-potongan kecil. Tubuhnya gemetaran hebat. Sebaliknya, monster buaya itu malah tampak tidak terpengaruh oleh muncratan darah yang terus keluar dari tenggorokannya, dan terus melanjutkan serangannya dengan marah. Mo Wuji telah benar-benar membuat Lightning Crocodile berkaki enam itu murka.

Ternyata rasa sakit luar biasa di tubuhnya ini memberikan hasil. Mo Wuji dapat merasakan meridian keduanya terbuka lebih lebar.

Mo Wuji menggigit lidahnya, dan menggunakan seluruh tekad yang ia punya untuk memaksa dirinya bangkit dan berdiri. Di saat yang bersamaan, ia membuka sebotol Larutan Channel Opening dan meminumnya.

Orang-orang di sekeliling Mo Wuji mulai berlari untuk menyelamatkan diri masing-masing. Mo Wuji tidak berhasil membunuh monster buaya itu. Sebaliknya, ia hanya membuatnya menjadi lebih marah. Tidak ada orang yang mau berurusan dengan seekor Lightning Crocodile yang marah.

Mo Wuji bukan hanya tidak melarikan diri, ia juga berusaha menahan rasa sakit menyayat-nyayat di tubuhnya. Ia segera menyerang balik ke monster itu.

Siapapun yang melihat Mo Wuji saat ini akan memiliki pemikiran yang sama: Lelaki itu sudah gila! Setelah badannya dipenuhi luka yang begitu parah, ia tidak melarikan diri, malah melawan Lightning Crocodile itu. Apa dia benar-benar tidak waras? Bahkan jika ia ingin bunuh diri pun, ia tidak seharusnya mencari cara bunuh diri yang terlalu menyakitkan seperti ini.

*Duar, duar…* Dua bola listrik yang dikeluarkan oleh monster itu mengenai dada Mo Wuji. Di saat yang bersamaan, pisau Mo Wuji juga berhasil menusuk tenggorokan monster itu lagi.

Meridian keduanya terus-menerus dibuka oleh serangan petir itu. Luka robek di tenggorokan monster itu juga makin lebar.

Monster buaya itu memiliki daya tahan yang menakjubkan. Meskipun ia ditikam dua kali, monster buaya itu masih terus-menerus menyerang Mo Wuji dengan geram.

Karena telah mengalami kejadian di mana ia hampir mati, Mo Wuji mampu mengontrol dirinya untuk tetap tenang. Ia meminum satu botol Larutan Channel Opening lagi, dan menusukkan pisaunya lagi.

Setelah tiga kali tusukan pisaunya mengenai tenggorokan monster itu, sekujur tubuh Mo Wuji kini diselimuti darah segar. Bahkan ia tidak tahu apakah darah itu berasal dari monster buaya atau dari tubuhnya sendiri. Tiap kali ia terkena serangan bola listrik dari monster itu, ia tetap gigih untuk bangkit dan berdiri lagi, lalu meminum Larutan Channel Opening lagi, dan menusukkan pisaunya, lagi dan lagi. Seluruh kejadian itu akhirnya menjadi sebuah siklus: Mo Wuji menusuk tenggorokan monster itu, dilanjutkan dengan serangan petir ke arah Mo Wuji, lalu Mo Wuji meminum sebotol Larutan Channel Opening, dan kemudian ia menusuk monster itu lagi.

Orang-orang di sekitarnya tampak sangat kaget. Monster Lightning Crocodile ini memiliki daya tahan yang luar biasa, tetapi daya tahan si pelayan kecil yang melawannya jauh lebih mengagumkan! Mo Wuji dan monster Lightning Crocodile yang terus bertarung itu tampaknya sedang bersaing soal daya tahan dan vitalitas. Yang tidak bisa lagi menahan rasa sakit mereka akan menjadi pecundang. Pelayan ini jelas-jelas tidak gila. Bagaimana bisa orang gila bertahan begitu lama?

Jika bukan karena jumlah Lightning Crocodile yang terlampau banyak, orang-orang ini pasti akan lebih sibuk melihat pertempuran antara Mo Wuji dan satu monster Lightning Crocodile itu.

Pada akhirnya, monster buaya itu masih tetap terbuat dari daging dan darah. Setelah ditikam oleh Mo Wuji sebanyak hampir sepuluh kali, tubuhnya yang sepanjang 3 meter akhirnya rebah di dek kapal.

Saat monster buaya itu rebah, Mo Wuji merasakan seluruh tubuhnya menjadi lega.

Meridian keduanya akhirnya terbuka. Tangan Mo Wuji mulai bergetar; ia tidak tahu apakah ini karena ia menggunakan kekuatannya secara berlebihan, atau hanya karena ia bahagia karena berhasil membuka meridian keduanya.

Ketika ia hampir terbunuh oleh Lightning Crocodile itu dan merasakan sakit yang luar biasa, secara tidak langsung ia juga seolah-olah menerima kehidupan yang baru. keberhasilan semacam ini didapat dari usaha yang gigih, dan membuat Mo Wuji lebih menghargainya.

Dengan dua meridian yang sudah terbuka, seluruh tubuh Mo Wuji merasa lega, tetapi ia juga sangat lelah. Ia perlu beristirahat sebentar.

Adegan di mana Mo Wuji dengan berani menggunakan seluruh kemampuannya untuk membunuh seekor monster Lightning Crocodile terekam jelas dalam pikiran semua orang. Orang-orang itu tampaknya telah terinspirasi oleh tindakan heroik Mo Wuji, sehingga mereka mulai berani menghadapi monster-monster buaya itu. Jumlah orang yang tewas sudah tak terhitung, tetapi jumlah monster Lightning Crocodile yang terbunuh juga tak terhitung.

Setelah membunuh monster buaya itu, sudah sewajarnya bagi Mo Wuji untuk duduk dan beristirahat. Bahkan, akan tidak masuk akal jika ia tidak melakukannya.

Tapi yang membuat semua orang itu sangat heran, setelah beristirahat selama seperempat jam, Mo Wuji meminum Larutan Channel Opening lagi dan bergegas menuju monster Lightning Crocodile yang lain.

Beberapa orang terperanjat menatap aksi Mo Wuji. Apakah orang itu benar-benar gila? Atau apakah ia hanya nekat? Setelah melihat pertarungannya sebelum ini, tidak ada orang yang akan menyalahkannya jika ia memilih untuk mundur dan beristirahat dari pertarungan. Bahkan, tindakan heroiknya mungkin akan membuatnya mendapat perhatian dari seorang Master Immortal.

Mo Wuji tidak gila; sangat jelas baginya bahwa ini adalah kesempatan langka. Ia memiliki Larutan Channel Openingnya, dan ada banyak sumber petir yang membantunya untuk membuka meridiannya. Bukankah ia akan menjadi seorang idiot jika ia tidak mengambil kesempatan ini?

Pisau tajamnya menusuk ke tenggorokan satu monster buaya yang lain. Merasa gusar dan marah, monster buaya itu menerkam ke arah Mo Wuji sambil mengeluarkan bola-bola listrik.

Adegan di pertarungan sebelumnya kembali terulang. Mo Wuji berkali-kali disambar petir dan bola-bola listrik. Lalu ia meminum larutannya lagi, dan bertarung lagi.

Berulang-ulang kali, siklus pertarungan itu terus saja berlanjut, dan Mo Wuji tidak pernah gentar untuk terus menyerang.

"Lelaki itu sungguh berani…" Di kejauhan, seorang wanita muda melihat aksi pertarungan Mo Wuji dan memberikan pujian di tengah rasa terkejutnya.

Seorang laki-laki muda di samping wanita itu tertawa, "Ia hanya ceroboh, rela mengorbankan nyawanya untuk melawan monster laut…Mau bagaimana lagi, kau tidak bisa menyalahkannya. Lelaki itu tidak pernah berkultivasi ataupun berlatih beladiri. Ia hanya bertahan dalam cara pertarungan yang barbar ini."