Mo Qingche berhenti di gerbang Universitas Xihe. Sama seperti orang-orang lainnya, dia menatap langit yang semakin jernih, dan menghirup udara yang menjadi lebih segar tiap detiknya. Begitu banyak orang yang bersorak; begitu banyak pula orang yang berlutut dan menangis. Bumi yang telah mereka siksa ini akhirnya kembali seperti semula. Mereka akhirnya bisa bernafas dengan bebas lagi di mana saja.
Dengan emosi yang sama di hatinya, Mo Qingche menatap langit yang sebiru batu safir. Dulu ketika dia baru saja dilahirkan, lingkungan Bumi sudah berada dalam keadaan yang sedikit hancur. Inilah yang menginspirasi ayahnya untuk memberinya nama 'Qingche' [1].
Sekarang, dia akhirnya bisa melihat langit yang jernih dan menghirup udara yang jernih [2].
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com