webnovel

Danau Petir Hutan Thunder Fog

Editor: Wave Literature

Mo Wuji terus berlari secepat mungkin hingga ia tak lagi mendengar suara desisan ular-ular itu. Setelah menoleh ke belakang, dan menyadari bahwa ratusan ular Heart Drilling itu sudah tidak lagi mengejarnya, Mo Wuji menghela nafas lega. Meskipun di kepalanya terbesit pikiran bahwa ia belum benar-benar aman dari bahaya.

Kabut tebal dan pohon-pohon tinggi yang mengelilinginya membuat Mo Wuji tak dapat melihat langit. Saat ini, ia yakin ia sudah masuk terlalu jauh dari pinggiran hutan, dan telah berada jauh di dalam Hutan Thunder Fog.

Mo Wuji tak bisa dan tak mau mencoba mencari di mana penjaga-penjaga lainnya yang ikut melarikan diri bersama Han Ning. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya keluar dari hutan ini secepat mungkin.

Meskipun ia belum pernah datang ke Hutan Thunder Fog, ia percaya dengan segala jenis mitos tentang hutan ini. Sejak awal ia memasuki hutan ini, ia sudah sangat khawatir.

*Braak!* Sebatang pohon besar tiba-tiba jatuh dan dua sosok bayangan muncul dari balik kabut. Di bawah sedikit cahaya samar yang menerangi hutan itu, Mo Wuji dapat menebak apa kedua bayangan itu.

Mo Wuji merasa seakan-akan kulit kepalanya mati rasa. Bayangan itu adalah dua makhluk menakutkan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Yang satu memiliki tiga mata dan badannya dipenuhi sisik. Yang lainnya tampak seperti seekor singa, mulutnya yang lebar dan bertaring tajam berlumuran darah dan dipenuhi bulu. Tampaknya dua makhluk itu tidak melihat Mo Wuji, dan tidak akan peduli dengannya.

*Raawr…* raungan yang sangat keras dari kedua makhluk menyeramkan itu membuat jantung Mo Wuji berdebar kencang.

Mo Wuji masih merasa beruntung, karena makhluk yang keluar tidak cuma satu. Jika hanya satu, maka makhluk itu akan segera menerkam Mo Wuji saat ia melihatnya. Mo Wuji melarikan diri dengan sangat hati-hati. Ia selalu mengawasi kedua makhluk buas itu, memastikan agar mereka tidak mengikuti dirinya.

Kedua makhluk buas itu pasti adalah makhluk yang diceritakan Ding Bu'Er sebelumnya, mereka sangat lazim ditemukan dalam Hutan Thunder Fog.

Saat Mo Wuji mundur perlahan-lahan untuk menjauh dari makhluk buas itu, tiba-tiba kakinya terasa dingin. Ia sadar bahwa ia terlalu fokus dengan kedua makhluk menyeramkan itu, sehingga ia tidak memperhatikan apa yang ada di belakangnya.

*Duaarrr* Sebuah petir tiba-tiba menyambar tak jauh dari Mo Wuji, menerangi sekelilingnya.

Saat itu juga, ia dapat melihat dengan jelas di mana ia berdiri sekarang. Mo Wuji baru sadar ia telah melangkah masuk ke tengah sebuah rawa-rawa.

*Duaar duaar…* Dua petir ikut menyambar melewati Mo Wuji, membentuk sebuah jembatan petir melengkung yang sangat memukau.

Mo Wuji merasa putus asa ketika ia akhirnya menyadari di mana ia berdiri sekarang. Pasti ini adalah salah satu danau petir mematikan yang diceritakan oleh Ding Bu'Er.

Setelah menghela nafas panjang, Mo Wuji menenangkan dirinya. Ia tadi telah melihat dua makhluk buas, dan kini ia berada di danau petir Hutan Thunder Fog. Butuh sebuah keajaiban agar Mo Wuji dapat keluar dari hutan itu hidup-hidup.

Kedua kaki Mo Wuji serasa sedingin es. Kedua kakinya terpendam ke tanah yang dingin di danau petir itu. Tidak ada yang tahu apa yang lebih menakutkan di danau petir ini selain petir-petir yang terus menyambar. Mo Wuji tak lagi takut dengan apapun, karena ia tahu ia akan mati. Dengan hati-hati, diapun mencoba menggerakkan kakinya untuk keluar dari rawa-rawa itu.

Tapi setidaknya ia harus mencoba memperjuangkan nyawanya, meskipun mungkin ia akan mati saat mencobanya.

*Duaarr* Petir lagi-lagi menyambar, Mo Wuji tidak beruntung kali ini karena petir itu telah menyambar pundaknya.

Ada rasa terbakar yang sangat hebat yang membuat seluruh badan Mo Wuji lemas. Akhirnya ia jatuh berlutut. Seolah-olah menyusul petir tadi, sejumlah petir tiba-tiba muncul dari dalam danau. Petir-petir itu membentuk sebuah kilatan cahaya melingkar yang menyambar tepat ke tubuh Mo Wuji.

Baju Mo Wuji tercabik-cabik, ia dapat mencium bau terbakar dari sekujur tubuhnya yang sudah mati rasa. Ia mencemooh dirinya sendiri, ia tidak pernah menyangka akan tersambar petir di kehidupan kedua ini. Jika ia bisa memilih, ia lebih suka dibunuh langsung oleh sesuatu yang lebih kejam daripada harus mati perlahan di neraka seperti ini.

Tiba-tiba sebuah petir yang lebih besar muncul seolah-olah ingin mengabulkan permohonannya.

*Blaaarr...* Petir ini menyambar bahu Mo Wuji sekali lagi. Namun anehnya, Mo Wuji tidak merasakan sakit yang lebih parah di sekujur tubuhnya.

Tidak hanya itu, Mo Wuji jelas-jelas merasakan sambaran petir itu menembus bahunya, masuk ke tubuhnya, dan langsung mendorong sesuatu hingga terbuka.

Setelah itu, seluruh tubuhnya merasa tenang. Ketika Mo Wuji menyadari apa yang sedang terjadi, ia menjadi sangat bersemangat.

Sambaran petir itu telah membuka sebuah celah kecil di meridiannya yang dulu tersumbat saat ia meminum larutan Channel Opening. Jika petir itu terus-menerus membuat celah-celah kecil di meridiannya yang tersumbat, bukankah artinya meridian yang tersumbat itu akhirnya akan terbuka? Dan ketika meridian itu terbuka sepenuhnya, bukankah artinya ia akan memiliki sebuah spirit channel, dan akhirnya bisa berkultivasi?

Setelah disambar berkali-kali, seluruh badan Mo Wuji serasa terbakar. Ia memutuskan untuk tidak melarikan diri lagi. Sebaliknya, ia akan tetap di situ dan menunggu petir untuk menyambarnya lagi.

*Duaar duaar...* Dua petir datang dari belakangnya dan menyambarnya lagi.

Sayangnya, kedua petir ini hanya membuat rasa sakitnya lebih parah. Mo Wuji tidak merasakan ada celah-celah lagi yang terbuka di meridiannya.

Sangat disayangkan bahwa Mo Wuji tidak bisa mengontrol petir yang menyambarnya. Jika ia bisa, ia akan mengontrol sambaran petir itu menuju ke meridiannya yang tersumbat hingga terbuka.

Setelah disambar sejumlah petir lagi, Mo Wuji sadar ini bukan cara yang ampuh untuk membuka meridiannya. Sebelum ia berhasil membuka meridiannya, dia akan lebih dulu mati karena kesakitan.

Dengan susah payah Mo Wuji mengeluarkan sebotol larutan Channel Opening dari sakunya yang sudah robek dan meminumnya. Rasanya seperti ada api membakar seluruh meridian yang masih tersumbat di tubuhnya itu.

*Blaaarr* Petir menyambarnya lagi. Mo Wuji mencoba fokus, berusaha mengatur sambaran petir itu ke arah meridiannya yang terbakar.

Mo Wuji tidak yakin apakah itu karena fokusnya, atau karena larutan itu bekerja, tapi sambaran petir itu berhasil menembus meridiannya.

Atau mungkin itu hanyalah efek psikologis yang membuat Mo Wuji merasa meridiannya sedikit lebih terbuka.

Petir lagi-lagi menyerangnya. Sekali lagi menyambar tepat ke meridian yang sama. Meridian ini menjadi lebih terbuka. Karena sambaran petir itu, larutan yang sedang membakar meridiannya itu dengan cepat menghilang dari tubuhnya.

Pastilah ini efek dari larutan itu, sehingga petir yang datang dapat menyerang meridian yang sama secara terus-menerus. Saat ia merasakan larutan di tubuhnya berangsur-angsur hilang, Mo Wuji tidak ragu untuk meminum sebotol lagi.

*Blaarr blaarr blaarr...* tiba-tiba sepuluh petir menyambar tubuh Mo Wuji, namun ia tetap merasa sangat tenang. Meskipun ia telah disambar berkali-kali, ia merasakan tubuhnya dipenuhi energi saat itu juga. Namun sayang sekali, ia tidak dapat mengeluarkan energi ini, karena saat ini tubuhnya hanya bisa merasa kesakitan dan kelelahan.

Mo Wuji tak mampu mencegah air matanya agar tidak jatuh. Akhirnya, ia berhasil membuka satu meridiannya, dan membangkitkan spirit channel pertamanya.