Aksa menghempas tas nya di atas meja yang diikuti temannya yang lain.
"Sa," panggil Alfa, entah kenapa wanita itu hari ini terlihat begitu dekat dengan aksa.
Aksa menoleh ke arah Alfa yang berjalan ke arah nya, ia membuka tas dan mengeluarkan buku dan pena nya. Hari ini ia akan benar-benar belajar.
"Apa sih Al?" Tanya Aksa ketika wanita itu kini sudah berada di depannya.
"Lo sama Lisa lagi perang dingin kah?" Tanya Alfa, ia juga melihat kejadian di parkiran tadi.
Aksa yang sedang mencoba membaca buku itu langsung menoleh ke arah Alfa. "Ngapain sih lo nanya yang nggak penting gitu huh?" Sinis Aksa.
Entah kenapa ia benar-benar suka emosi ketika ada yang menyebut nama Lisa di hadapannya.
"Dari gosip yang gue dengar katanya Lo dan Lisa putus ya."
Aksa menutup buku yang ia baca itu dengan kasar hingga membuat Alfa terkaget di tempatnya itu.
"Kata siapa sih huh! Bukankah gue dan Lisa udah lama putus? Bilangin sama yang tukang gosip nggak usah campuri hidup gue. Mau gue putus sama Lisa atau gue balikkan sama dia, memang nya apa masalah buat kalian huh?" Ucap Aksa, ia benar-benar geram sekali.
Sudah lah ia tak bisa untuk mengusir Lisa dari hati dan pikiran nya, kenapa malah ia mendapatkan pertanyaan seperti ini pagi-pagi? Ini benar-benar sangat membuat mood hancur.
Melihat Aksa yang sudah mulai marah, ketiga temannya langsung bertindak. Karena sudah mengerti dengan puncak masalah yang terjadi Antara Aksa dan Lisa membuat ketiga temannya itu tak akan lagi diam dan ikut penasaran dengan Aksa yang aneh secara tiba-tiba itu.
Mungkin Alfa belum mendengar kabar ini dari Lisa, jadi wajar dia terus saja bertanya kepada Aksa tentang apa yang terjadi.
"Aksa," ucap Riko.
Bertepatan dengan itu, sosok Lisa masuk bersama dengan Nandra.
Kedua mata mereka kembali bertemu beberapa detik sebelum akhirnya Aksa memutuskan nya secara sepihak.
"Oh iya Al, sorry kalau tadi gue agak kasar." Ucap Aksa, ia memegang tangan Alfa dan kemudian mengembang kan senyum ke arah wanita itu.
"Nanti malam, malam Minggu Al. Gimana kalau Lo nggak keberatan Lo gabung sama kita-kita aja. Nanti malam kami sepertinya akan pesta di villa." Ucap Aksa dengan lantang sekali agar Lisa bisa mendengar nya.
"Villa?" Ulang Lisa.
"Tenang aja kok, Lo nggak akan jadi satu-satunya cewek di sana. Karena nanti akan ada Tesa gebetan Gilang, Tina dan juga Bila." Jawab Aksa yang membuat Alfa menjadi berpikir keras.
Dengan posisi nya yang membelakangi pintu membuat Alfa tak menyadari kedatangan Lisa.
"Gimana? Mau kan? Ayolah Al, bukankah Lo selalu menginginkan untuk dapat waktu gue? Ketika gue tawari kenapa Lo harus jual mahal?" Ucap Aksa lagi.
Ia melirik ke arah depan pintu dimana Lisa berada.
"Gue kasi tahu sama Lo ya Al, kesempatan itu nggak akan datang dua kali loh. Jual mahal itu boleh tapi harus sesuai dengan keadaan nya, jangan sampai jual mahal itu akan membuat Lo rugi sendiri hingga kehilangan. Itu adalah sebuah pelajaran." Ucap Aksa, ia menarik sudut bibirnya ke atas.
"Ta-tapi Gimana dengan Lisa?" Tanya Alfa, ia masih memikirkan Lisa ketika hatinya sudah bersorak untuk mengatakan iya.
"Kenapa Lo harus memikirkan Lisa HM?"
"Ya karena Lisa adalah sahabat gue lah, gue takut jika nanti karena ini hubungan persahabatan gue dan Lisa jadi renggang." Jawab Alfa mengutarakan rasa khawatir nya itu.
Aksa tersenyum hingga membuat Alfa langsung menengang di tempatnya. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya kalau Aksa ini akan memberikan senyuman seperti ini padanya.
"Gue kasi tahu sama Lo ya, nggak semua egois itu salah. Kadangkala kita memang harus sedikit egois untuk menyeimbangi keadaan di sekitar."
"Ta-tapi Sa,"
"Kau memang dia anggap Lo sahabat maka dia akan mengizinkan Lo Al, bukankah kami berdua sudah putus? Lalu dia punya hak apa lagi untuk melarang siapapun untuk dekat dengan gue?"
Alfa terdiam, apa yang diKatakan boleh Aksa itu ada benarnya juga, merekankan sudah putus, jadi tak ada hak sama sekali bukan kalau ia dekat dengan aksa.
"Hidup ini simpel Al, kita nya aja yang kadang suka membuat nya menjadi ribet. Lagian, udah terlalu lama gue merindukan status pacaran agar emosi gue bisa diutarakan ketika melihat orang yang gue suka bersama laki-laki lain." Aksa terus saja menyindir Lisa yang berada di depan pintu itu.
Mata Alfa berbinar-binar saat ini, "Apakah itu tandanya Lo akan menjadikan gue kandidat untuk bertahta di hati Lo setelah ini?" Tanya Alfa dengan sangat polos sekali.
Aksa menaikkan bahunya dengan ekspresi datar, "Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tergantung deh pokoknya apakah Lo bisa menggeserkan orang yang ada di hati gue saat ini atau nggak." Jawab Aksa.
Mendengar itu Alfa yang memang sejak dulu menyukai Aksa tak lagi berpikir ini dan itu. Ia langsung mengangguk kan kepalanya dengan sangat semangat.
"Baiklah kalau seperti itu, gue mau Sa." Ucap Alfa dengan sangat yakin.
Entah kenapa Lisa yang ada di depan pintu itu merasakan rasa yang begitu sakit sekali ketika mendengar jawaban dari alfa. Apakah Alfa tidak tahu bahwa hal ini akan membuat mereka tak lagi bersahabat?
Ia memang tahu kalau wanita itu menyukai Aksa namun karena Lisa telah menganggap Alfa sahabatnya maka ia yakin bahwa Lisa tak akan menikung nya seperti ini. Tapi ia Salah, manusia adalah tempatnya salah. Dan ia membuktikan itu, hanya sedikit celah saja membuat Alfa lupa diri dan mengabaikan persahabatan mereka yang sudah lama terbentuk.
"Baiklah kalau seperti itu, karena Lo setuju maka gue yang akan minta izin sama Lisa," Aksa melingkar kan Tangan nya di bahu Alfa dan Kemudian tersenyum ke arah Lisa yang ada di depan pintu.
"Oh iya Lis, bagaimana menurut Lo kalau gue ajak Alfa jalan dan gabung sama gue dan yang lainnya di villa nanti malam?" Tanya Aksa, ia bersikap begitu rasional sekali saat ini.
Alfa melebarkan matanya ketika melihat Lisa yang ada di depan pintu, ada rasa tak enak di hatinya saat ini. Apalagi dengan ia yang begitu dekat sekali dengan Aksa seperti ini.
"Kalau Lo mau ikut, nggak apa-apa kok. Gue juga ngundang Lo kok Lis, bagaimanapun kita ini adalah teman bukan?" Lanjut Aksa lagi sambil menekan kata teman pada Lisa.
Merasa di pojokan seperti ini, Lisa tak lagi memiliki pilihan lain selain menganggukkan kepalanya, "I-iya, boleh kok." Ucap Lisa dengan gagap. Percayalah kalau saat ini ia ingin meneteskan air matanya.