Dean akhirnya menyerah, pertahanannya runtuh juga. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kala air matanya harus menetes di sela-sela ingatan yang selalu mengusik jiwa dan pikirannya. Ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Dean sudah terlalu lama menahan airmatanya jatuh, dan itu rasanya mustahil saat ia harus kehilangan dua orang yang amat ia cintai. Ia menyekanya kemudian, lalu mengecup pelan foto Ardina di dalam figura itu. Tanpa sadar ia tertidur kelelahan akibat bekarja seharian. Di ranjang dan kamar Ardina.
"Sial! Hampir saja kita mati." Celetuk Rafael. Dan kemudian wujud ketiga malaikat itu semakin terlihat. Rail dan Uriel tidak berkomentar ocehan Rafael itu. Mereka berdua langsung bergegas mencari tanda-tanda keberadaan pintu portal di kamar Ardina.
"Uriel, Rafael, lihat!" Panggil Rail berbisik, ia tidak mau mengganggu Dean tertidur pulas dengan pakaian lengkap dari kantor.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com