webnovel

Manajer yang Duduk di Tribun Penonton Bagian 1

Editor: Wave Literature

 Tang En dan dua orang "pengawal MI6" -nya duduk di tribun penonton. Dia mendapati bahwa mereka benar-benar "pengertian" dan membuatnya duduk di tempat dengan pandangan terburuk. Tang En sangat jauh dari bangku cadangan Nottingham Forest. Sepertinya Coventry lebih mencemaskan dirinya daripada Football Association, dan memutuskan untuk menghalangi cara paling mendasar dalam berkomunikasi dengan timnya. 

Tang En duduk di tengah-tengah sekelompok penggemar yang memakai jersey Coventry City, memaksanya untuk bersikap sangat rendah hati. Para hooligan sepakbola Inggris sangat terkenal. Dia tidak ingin memikirkan apa yang akan terjadi jika seseorang di sampingnya minum alkohol terlalu banyak dan bertindak tanpa berpikir. Tang En tidak takut berkelahi dengan orang lain, tapi dia lebih takut bila dilaporkan oleh dua kaki tangan FA ini. Jika itu terjadi, maka itu mungkin benar-benar akan menjadi akhir karir manajernya.

Tang En tak ingin menjadi manajer sepakbola pertama yang mengakhiri karirnya karena berkelahi dengan fans. 

Pertandingan dimulai tepat pukul dua siang. Saat wasit meniup peluit, Stadion Highfield Road menjadi seperti panci diatas api, sementara tribun penonton seperti air yang mendidih di dalam panci, membuat suara menggelegak keras. Tang En tidak bisa mendengar apa-apa selain teriakan para penggemar tim tuan rumah.

Tang En membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia menyadari bahwa dia bahkan tak dapat mendengar apa yang dia katakan. Suasananya jauh lebih gila daripada ketika dia duduk di kursi pelatih Nottingham Forest.

Fans Coventry City berdiri untuk mendukung pemain mereka, dan Tang En mengikuti contoh mereka, mengangkat kedua tangannya. Tapi, dia tidak mendukung lawannya, melainkan mengomel dan menyumpah dengan sekuat tenaga.

"Sistem keamanan Old Trafford celaka itu! Bagaimana mungkin fans seperti ini dianggap aman?" Dia sama sekali tidak khawatir dituduh menyebabkan keributan, karena orang-orang di sampingnya pasti tidak bisa mendengar apa yang dia katakan. "Ya ampun! Fans Coventry City sama sekali tidak ramah!"

Setelah selesai menggerutu, Tang En duduk dan menonton pertandingan. Orang-orang di sekitarnya pasti mengira bahwa dia adalah penggemar Coventry City yang sangat bersemangat.

Mungkin dua kalimat yang dikatakannya sebelum pertandingan adalah yang memicu semangat juang dan ambisi para pemain Nottingham Forest, atau mungkin justru perilaku fanatik penggemar Coventry City yang memicu rasa bangga tim Nottingham Forest. Singkatnya, ketika pertandingan dimulai, Nottingham Forest, tim tamu, menguasai bola dan melakukan serangan melawan Coventry City.

Untuk pertandingan ini, Tang En secara khusus menjadikan Gareth Williams pemain yang diturunkan sejak awal, karena ia adalah pemain kunci yang membantu tim menang saat melawan Coventry City di paruh pertama musim. Williams mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan itu, mengamankan kemenangan untuk timnya di kandang mereka. Hari ini, Tang En berharap bahwa ia dapat memanfaatkan keberuntungan Williams bagi tim.

Melihat serangan timnya yang membuat tim tuan rumah kerepotan, Tang En tertawa. Seperti yang diharapkan, posisi manajer bukanlah untuk gengsi belaka, karena taktik yang ia gunakan sangat efektif. Melihat asisten manajer Coventry City berjalan mondar mandir dengan panik, Tang En merasa bahwa mungkin takkan ada masalah untuk memenangkan pertandingan ini.

Tang En tidak menghabiskan beberapa hari terakhir dengan bermalas-malasan. Dibandingkan dengan ketika dia pertama kali tahu mereka akan bermain melawan Coventry City, dia jauh lebih percaya diri dalam pemahamannya tentang tim itu.

Dari statistik yang diperoleh untuk 28 laga musim ini, serangan Coventry City tidak terlalu hebat. Dalam 28 laga, mereka hanya mencetak 35 gol, tetapi kebobolan 30. Di sisi lain, meskipun performa Nottingham Forest masih kurang memuaskan, tapi mereka masih punya satu pertandingan yang belum dimainkan dan sekarangpun Nottingham Forest telah mencetak 44 gol, dan kebobolan 31 gol.

Dari statistik ini, Tang En berhasil menemukan beberapa informasi berguna yang, tentu saja, harus diverifikasi melalui pengamatan dalam pertandingan mereka. Satu-satunya hal yang mengganggu adalah lokasi tempat duduknya yang sangat tidak sesuai untuk menonton pertandingan secara langsung, atau setidaknya, tidak kondusif baginya untuk menonton pertandingan sambil tetap bisa berpikir dengan jelas.

Tim Coventry City akhirnya berhasil mendapatkan peluang untuk melakukan serangan balik, tetapi tembakan mereka ke gawang membentur papan iklan di belakang tiang gawang. Gelombang desahan keras bergema di seluruh tribun penonton, dan orang-orang yang mengelilingi Tang En semuanya mencengkeram kepala mereka dengan kecewa. Tang En dan dua orang di sampingnya tampak seperti karang hitam di lautan biru yang luas, berbeda dari yang lain. Untungnya, perhatian para penggemar benar-benar terfokus pada pertandingan, karena seandainya tidak maka tokoh berita seperti dirinya pasti sudah akan dikenali sejak awal. Tang En sempat berpikir untuk meminta para pengasuhnya mengajukan perubahan kursi dengan staf selama istirahat babak pertama, setidaknya, menggeser mereka ke daerah yang lebih dekat dengan tempat duduk para penggemar Nottingham Forest. Dia benar-benar takut diidentifikasi oleh sekelompok orang yang tidak ramah.

Tiga tahun lalu ketika Coventry City masih berada di Liga Utama Inggris, ada seorang pemuda berbakat di tim — pemain Irlandia Robbie Keane.Dia melakukan debut di Wolfhampton Wanderers Football Club, dan dibeli oleh Coventry City seharga £ 6.000.000 setelah menunjukkan penampilan luar biasa selama tiga musim. Namun, ia hanya melayani tim selama satu musim. Dia mencetak 12 gol dalam 31 pertandingan, dan saat itu dia baru berusia 20 tahun. Setelah satu musim, menghadapi penawaran dari AC Milan sebesar £ 13.000.000, Coventry City tak kuasa menolak dan menjual Little Keane ke tim kuat Italia. Tapi, ia tidak merasa senang di tim Italia yang menjadi lubang hitam pemain bintang dan tidak mencetak gol di enam pertandingan dimana dia diturunkan. Setelah satu musim, ia dibawa kembali ke Inggris oleh Leeds United yang baru didirikan, dengan cara sewa-untuk-beli. Saat ini, Keane bermain untuk Tottenham dan berada di jalan yang berbeda dari tim sepak bola yang pernah dilayaninya selama satu musim.

Fans Coventry City pasti merindukan anak muda Irlandia yang penuh semangat itu, dan kenapa demikian? Karena striker mereka tak mampu mencetak gol. Tim itu bahkan harus bergantung pada penempatan bola McAllister, manajer-pemain berusia 38 tahun untuk mencetak sebagian besar gol mereka. Itu hanya bisa digambarkan sebagai sesuatu yang menyedihkan.

Untuk pertandingan ini, striker Coventry di daftar pemain utama adalah pria kulit hitam berusia 27 tahun, Julian Joachim. Tingginya hanya 1,6 meter, yang merupakan tinggi badan yang sangat klasik. Tapi, Joachim tidak memiliki kemampuan yang sama seperti Maradona, Zola, atau Carlos. Menurut pengamatan Tang En, kecepatannya cukup layak, tapi skill tembakan bolanya sangat kurang, terbukti dari fakta bahwa tembakannya dari depan tiang gawang pernah luput. Itu adalah posisi dimana bola luput lebih sulit dilakukan daripada mencetak gol. Tiba-tiba, Stadion Highfield Road meledak dengan seruan nyaring, yang seolah membuat jantung Tang En berhenti sesaat.

Joachim telah diturunkan sembilan kali dalam 20 pertandingan di paruh musim pertama, tapi dia hanya mencetak dua gol. Bagi seorang pencetak gol, hasil semacam ini hanya bisa dikatakan menyedihkan.

Bermitra dengan pria kulit hitam ini adalah David Pipe yang berusia 18 tahun, pemain muda yang baru saja dipromosikan dari tim remaja ke tim utama. Hingga saat ini, dia sudah dimainkan 11 kali, tapi masih belum mencetak satu gol pun.

Tang En melihat kombinasi striker yang menyedihkan ini, lalu membandingkannya dengan striker Nottingham Forest. David Johnson diturunkan 20 kali dan mencetak 10 gol. Marlon Harewood diturunkan 19 kali dan mencetak 11 gol. Ini adalah kombinasi penyerang yang membuat tim Liga Utama Inggris West Ham kebingungan 14 hari yang lalu, yang menurut Tang En akan sama efektifnya untuk melawan tim Liga Satu.

Di belakang kedua orang itu, ada empat gelandang yang diposisikan sejajar satu sama lain. Dari kiri ke kanan, mereka adalah Andy Reid, Riccardo Scimeca, Gareth Williams, dan Eoin Jess. Di antara mereka berempat, Scimeca terutama bertanggung jawab atas pertahanan, sementara Williams mengambil tanggung jawab yang besar dalam mengorganisir serangan. Reid dan Jess akan mendukungnya dari kedua sisi. Mayoritas serangan Nottingham Forest berasal dari kombinasi keempat gelandang ini, dan juga merupakan posisi gelandang yang paling banyak digunakan oleh Nottingham Forest di fase awal pertandingan.

Selain waktu itu, ketika dia mengistirahatkan Jess yang berusia sedikit lebih tua di bangku cadangan, dia tidak pernah mengubah formasi ini. Ini adalah kekayaan yang ditinggalkan Paul Hart bagi Twain, dan Tang En sama sekali tidak percaya taktik guru Twain akan dapat menyebabkan kehancuran tim.

Kepercayaan Tang En ini segera membuahkan hasil. Setelah peluang yang disia-siakan oleh Pipe, Nottingham Forest dengan cepat melakukan serangan balik. Kiper Darren Ward menendang bola ke arah depan, di mana gelandang bertahan Coventry City yang berasal dari Maroko, Safri, berhasil menyundulnya ke depan. Di lini tengah, Dawson mencegat bola, mengoperkan bola ke rekan setimnya.

Dengan fisiknya yang luar biasa, Harewood berhasil menjaga bola dan menunggu rekan setimnya datang dan menerima bola.

McAllister segera melihat niatnya, dan dia memanggil rekan-rekan setimnya untuk kembali bertahan sementara dia bergegas maju untuk merebut bola, dengan harapan bisa memperlambat serangan Nottingham Forest. McAllister yang berusia 38 tahun berebut bola dengan Harewood yang berusia 22 tahun, tapi dia kalah dalam hal kekuatan fisik. Harewood berhasil membuat McAllister tetap terhalang di belakang tubuhnya, dimana setelah itu ia memberikan umpan silang yang indah, mengoperkan bola ke Andy Reid, yang berlari dari sayap kiri.

Ketika Reid berada di tim remaja, tendangan jarak jauh dan umpan jauhnya membuatnya menonjol di antara para pemain lainnya. Meskipun ini baru pertandingan Liga Satu keduanya, dia sudah menunjukkan kualitas yang membuat orang lain bersemangat. Dia telah membawa semua keahliannya ketika dia masih di tim remaja ke pertandingan tim dewasa. Melihat garis pertahanan Coventry City dengan cepat bergeser ke kiri, dan menyadari bahwa tidak ada orang yang mencegatnya di sebelah kanan, ia mengoper bola ke kanan. Bola terbang melintasi lapangan sepak bola, langsung mendarat di belakang garis pertahanan Coventry City!

Muncul di sana adalah David Johnson, yang berlari sangat cepat sehingga membuat West Ham sangat kerepotan di pertandingan sebelumnya. Dia menendang bola ke depan, yang diberikan oleh Reid, menyelinap melewati lini pertahanan Coventry City!

Bek sayap kanan Coventry City membalikkan badan dan hanya bisa melihat punggung Johnson. Reaksi pertamanya adalah tidak mengejarnya, tapi malah mengangkat lengan kanannya, memberi tanda kepada asisten wasit bahwa Johnson telah melakukan pelanggaran offside!

"Kepala busuk!" Tang En berdiri dari tempat duduknya, sambil mulutnya melontarkan banyak kata-kata tak senonoh. Dia tak perlu merasa khawatir dirinya akan menjadi target para fans Coventry City, sebab dia dikelilingi para fans biru langit yang juga berdiri karena klaim yang tak masuk akal itu.

Johnson berlari sambil menggiring bola, dan hanya beberapa langkah sebelum ia mencapai area penalti Coventry City. Dia mendongak dan melihat asisten wasit masih berlari bersamanya, menandakan bahwa dia tidak dalam posisi offside. Johnson mengambil satu langkah lagi ke depan dan mengangkat kepalanya lagi. Kali ini, para pemain dari Coventry City berlari ke arahnya seolah-olah mereka sudah gila, dan bahkan dua gelandang melaju cepat ke arahnya.

Tang En, yang berada di tribun penonton, tak bisa membantu apa-apa kecuali membuat salib dengan kedua tangannya. Ini adalah strategi ofensif yang telah mereka latih selama beberapa hari terakhir: Striker akan menarik perhatian bek lawan. Kekuatan pencetak gol yang sebenarnya adalah gelandang, yang sedang berlari ke depan. Di antara keempat gelandang, selain Scimeca, yang lebih cenderung bertahan, tiga lainnya semuanya cukup mahir dalam mencetak gol.

Johnson sudah menendang bola ke tengah area penalti, dan sepertinya dia akan menggiring bola menyamping sebelum mengangkat kakinya untuk menembak. Para pemain Coventry, dari mulai pemain bertahan hingga penjaga gawang, semuanya terfokus pada setiap gerakannya, dan benar-benar lupa tentang sisa pemain Nottingham Forest yang sedang berlari maju dengan kecepatan penuh.

Johnson sudah mencapai tengah area penalti, dan di sampingnya ada tiga bek Coventry City. Dia mengangkat kakinya ... tapi dia tidak menembak. Melainkan, dia mengoper bola ke belakang! Yang benar-benar terbuka tanpa penjagaan!

Semua pemain Coventry City telah tertipu olehnya! Ketika sosok berwarna merah berlari melewati Johnson dari samping, kiper Denmark Coventry City, Morten Hyldgaard, masih berdiri di tengah tiang gawang.

"Gareth Williams!"

Pemain nomor delapan Nottingham Forest menerima umpan indah Johnson di sudut area gawang dan langsung menembak tanpa ragu! Bola itu meluncur ke tiang gawang dengan keras!

"Gol! 1: 0! Tiga puluh tiga menit memasuki babak pertama, tim tandang, Nottingham Forest unggul dalam melawan Coventry City! Sepertinya Nottingham Forest sedikit banyak telah pulih dari kinerja buruk mereka dalam paruh pertama musim ini. Mereka agresif dalam pertandingan tandang mereka dan malah tampak seperti tim tuan rumah! "

Gelombang ejekan dari para penggemar Coventry City bergema di seluruh stadion. Karena itu, Tang En tidak dapat mengekspresikan kegembiraannya, dan yang bisa ia lakukan hanyalah mengepalkan kedua tangannya dan meletakkannya di atas kepalanya. Dia bertindak seolah-olah dia sangat sedih, tetapi dalam kenyataannya, dia merayakan gol itu. Tang En melihat kegembiraan di kursi manajer Nottingham Forest dan sedikit iri pada mereka.

Ini adalah pertama kalinya Tang En menonton pertandingan dari sudut pandang fan. Ketika dia melihat para pemainnya saling berpelukan untuk merayakan gol, dia merasakan sedikit harapan bagi masa depan tim. Kekhawatiran yang muncul akibat niat Bowyer untuk meninggalkan tim juga sedikit berkurang.

Para fan Coventry City yang sudah selesai menyumpahi Nottingham Forest, segera kembali duduk dan meneruskan menonton pertandingan. Tapi, mereka masih terus mencibir dan memaki bahkan saat mereka sedang menonton. Tang En juga mengikuti dan duduk, sambil terus menonton pertandingan dalam diam. Dia bahkan lupa bahwa ada dua "pengawal" di sampingnya. Karena itu, ketika dia mendengar orang di sampingnya berkata, "Selamat, Tuan Twain," Tang En merasa sangat terkejut.

"Ah, Anda adalah ..."

"... Kami dari komite disipliner Football Association Inggris ..."

"Memangnya ada organisasi seperti itu?"

"Tuan Twain, tolong jangan membuat lelucon seperti itu."

Tang En tertawa terbahak-bahak dan tidak lagi memperhatikan mereka, sementara dia terus menonton pertandingan.