webnovel

Pantai

Angin sepoi-sepoi membelai lembut rambut Kara. Entah kenapa mereka bisa sampai ke pantai seperti ini. Padahal tadi mereka hanya ingin jalan-jalan di sekitar penginapan Kara saja.

"Kamu kedinginan?" Tanya Restu saat melihat Kara sedang menahan dinginnya angin malam Pantai yang terus saja berhembus itu.

"Sedikit," jawab Kara sambil tersenyum.

Meskipun ia kedinginan tapi ia benar-benar tak bisa untuk meninggalkan pantai. Sudah sangat lama sekali ia tak ke pantai seperti ini. Terakhir ia ke pantai adalah saat malam perpisahan dengan Restu.

Restu menganggukkan kepalanya dan kemudian menanggalkan jaket yang ia kenakan itu untuk ia pasang kan ke tubuh Kara. Meskipun tak bisa untuk menghangatkan tapi setidaknya sedikit mengurangi dingin.

Ia melirik jam di tangan nya yang kini sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Mereka sudah begitu lama berada disini ternyata. Harus sampai kapan lagi mereka disini?

"Kapan terakhir kamu ke pantai Res?" Tanya Kara memulai pembicaraan Setelah ia rasa cukup untuk menikmati pantai sejak tadi.

Restu menoleh ke arah Kara yang masih setia menatap ke arah gelombang yang saling berkejaran itu.

Restu nampak sedikit berpikir sebentar untuk mengingat kapan terakhir ia datang untuk melihat pantai.

"Terakhir itu saat bersama kamu." Jawab Restu yang sontak membuat kara langsung mengalihkan pandangannya ke arah Restu.

Terjadi saling tatap antara mereka berdua cukup lama sekali, seolah sedang mengutarakan isi hati satu sama lainnya melalui tatapan mata.

Restu mengambil tangan Kara dan kemudian langsung menggenggamnya dengan erat.

"Kar, apa kita bisa seperti dulu?" Tanya Restu dengan Begitu lembut Sekali.

Angin bertiup Sangat kencang hingga membuat rambut Kara yang terurai itu berterbangan menutup wajah Kara.

Sebuah rasa yang sudah sangat lama sekali tak pernah terpanggil itu tiba-tiba saja muncul. Ada debaran yang ikut turut serta membuat kegelisahan di hati Kara. Apakah ia benar-benar belum menyelesaikan perasaanya dengan Restu dulu?

suara deringan ponsel milik Kara tiba-tiba berbunyi membuat keduanya yang berada dalam suasana hening itu keluar. Kara menarik tangannya dari genggaman tangan Restu. Dengan cepat ia langsung mengambil ponsel yang berada di dalam tas Selempang nya untuk melihat siapa yang mengirim dirinya pesan tengah malam seperti ini.

Sementaranya Restu yang merasa sedikit canggung hanya bisa menggaruk kan tengkuknya dan menatap ke arah depan. Ia jadi salah tingkah sendiri karena perbuatan nya itu.

Kara membuka pesan yang dikirim oleh mama mertuanya itu.

From: Mama

Kamu dimana Kar? Pulanglah cepat sebelum papa kamu bangun dan mencari keberadaan kamu tolong jangan buat masalah apapun.

Kara menaikkan alisnya dan kemudian menutup kembali ponselnya. Ia seolah tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Mama nya itu.

Bukannya ia tak tahu bahwa mereka begitu menyayangi dirinya, tapi ia hanya ingin sedikit saja bebas saat ini. Ia juga butuh untuk membuat hatinya kembali tenang, pikirannya kembali jernih lagi. Ia butuh semuanya itu, jadi berhentilah untuk terus mengkhawatirkan dirinya yang bukan lagi anak sekolah yang patut Untuk di khawatir kan setiap waktu.s

Restu menaikkan alisnya saat melihat ekspresi kara yang menurutnya agak sedikit berbeda dari tadi.

"Ada apa Kar? Siapa yang mengirimkan kan kamu pesan di jam segini hm? Apakah orang iseng?"

Kara menggeleng kepalanya sebagai jawaban. "Bukan apa-apa kok Res, hanya masalah sedikit saja kok." Jawab Kara sambil tersenyum.

Melihat Kara yang seperti nya belum ingin bercerita padanya itu membuat Restu hanya bisa mengangguk kan kepala nya saja sebagai jawaban. Kara lah yang pantas untuk menentukan apakah ia harus cerita ataupun tidak.

Mungkin saja, setelah perpisahan mereka yang cukup lama dan pertemuan tanpa sengaja ini membuat kara sedikit kehilangan sahabat nya? Ia belum bisa mempercayai segala sesuatu kepada Restu seperti dulu lagi. Mungkin saja seiring dengan berjalanya waktu semua akan kembali biasa lagi.

"Baiklah jika belum siap untuk cerita, tidak apa-apa kok Kar. Aku tahu bahwa ini privasi jadi sudah lah lupakan saja." Jawab Restu.

Ia tak ingin mengungkit hal yang akan membuat hubungan nya dengan Kara yang baru saja bertemu ini menjadi renggang.

Ia akan menjaga Sesuatu yang telah lama ia sia-sia kan karena merasa belum pantas.

"Res." Panggil Kara setelah beberapa saat mereka terdiam.

Restu menoleh ke arah Kara dengan alisnya yang terangkat.

"Apa?" Tanya Restu.

"Apa benar bahwa resort mewah yang lagi viral saat ini adalah punya kamu?" Tanya Kara.

Saat sedang mencari beberapa artikel di internet untuk membuang rasa suntuk nya, tiba-tiba saja ia menemukan tentang resort baru di pulau Bali ini yang memang sedang viral dengan keindahan nya itu.

Ia takut salah mengenali orang, karena disana tertulis nama Restu Putra Kusuma juga. Di dunia ini ada banyak hal yang membuat satu kemungkinan itu terjadi dan entah kenapa ia menolak hal seperti itu terjadi pada Restu.

Restu menatap manik mata Kara dengan begitu lembut melihat wanita itu sekali lagi seperti dulu. Ia melihat banyak hal dari mata wanita itu. Dan salah satunya ketidak inginan nya mendengar kata 'iya' dari dirinya.

Atau mungkinkah itu hanya sebuah prasangka nya saja? Ah, terlalu banyak hal yang menganggu nya selama ini jadi ia mulai sedikit sensitif.

Ponsel milik Kara kembali berbunyi hingga membuat sang pemilik telpon tersebut langsung menghela nafas panjang. Apakah terlalu banyak orang yang memperdulikan dirinya karena memang peduli atau ada hal lainnya?

Matanya langsung terbelalak saat melihat nama pengirim pesan tersebut. Entah kenapa ia tak begitu ingin berhubungan dengan laki-laki itu sekarang. Ia masih butuh waktu untuk menyembuhkan rasa di hatinya yang telah lama ia pendam itu.

Dengan gerakan ragu, ia membuka pesan yang baru saja ia terima tadi itu.

From: Bara

Kamu dimana? Sedang apa? Apakah tidur mu nyenyak sayang? Aku merindukan mu. Tolong kirim kan aku alamat mu dan aku akan langsung kesana sekarang.

Kara menutup mulut nya saat membaca pesan tersebut, ia tak percaya bahwa Bara akan mengirim kan dirinya pesan seperti ini.

Restu yang melihat ekspresi Kara itu hanya bisa menaikkan alisnya.

"Ada apa Kar?" Tanya Restu yang penasarannya. Sejak tadi setiap kali melihat ponselnya kara pasti berekspresi seperti saat ini.

Kara tersadar dari lamunannya dan kemudian mengelengkan kepalanya sebagai Jawaban.

"Bukan apa-apa kok. Ayo pulang, sudah mau pagi." Ucap Kara, sepertinya ia memang belum siap untuk menceritakan semuanya kepada Restu saat ini.

Restu menganggukkan kepalanya karena memang tak ingin menanyakan lebih lanjut lagi. Ia tahu jika Kara bungkam berarti ia belum mau untuk cerita. Percuma saja menyuruhnya cerita karena tak akan ada jawaban apapun yang akan di dapatkan.