webnovel

Madu Dari Suami

Rumah tangga apabila di bangun dengan niat yang salah makan bangunan itu akan mudah goyah

S_M_Soediro · Ficção Científica
Classificações insuficientes
13 Chs

6.

Sekitar 15 menit menunggu ibu Halimah datang, sebenarnya biasanya aku lngsung masuk ke dalam tanpa ada acara menunggu, tapi karena menghargai adik tadi aku memakai sistem peraturan panti asuhan ini.

"Ya Allah Ningrum ... kenapa nggak langsung masuk aja! aduh cucu-cucu nenek yang ganteng dan cantik pasti kalian capek ya? ayo kita langsung ke dalam aja biar kalian bisa langsung istirahat, Saras kenalkan ini anak angkat ibu namanya mba Ningrum, ayo salim sama mba Ningrum."

Saras langsung mencium tanganku dengan takzim setelah itu aku menyuruh Kamal dan Nisa berkenalan juga dengan Saras Alhamdulillah mereka langsung akrab, dan kamipun langsung masuk ke dalam, seperti halnya pemandangan sebuah panti asuhan pada umumnya anak-anak panti ada yang sedang bermain, belajar dan melakukan piket harian.

"Ibu ... maafkan Ning sebab Ning nggak bawa oleh-oleh buat ibu dan anak-anak!" ucapku segan setelah kami semua duduk lesehan di ruang utama."

"Nggak papa! kalian sudah mengunjungi ibu itu sudah membuat hati ibu bahagia, oh iya mana Arga biasanya dia mengantar kalian apa dia lagi tugas keluar kota."

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan ibu tapi malah berdiri menuju jendela yang masih terbuka, kupandang halaman samping panti asuhan yang cukup luas, disana ada beberapa kursi santai yang biasa anak-anak panti pakai untuk memurojaah hafalan, atau sekedar melepas rasa lelah.

Ibu Halimah datang menghampiriku dan menepuk pundakku.

"Apa kamu sedang ada masalah?"

kutatap mata tua milik ibu Halimah lalu memeluk beliau dan tangiskupun pecah, ibu Halimah membiarkan aku melepaskan semua kesedihanku dengan sabar dia menunggu tangisku reda, beliau hanya mengusap-usap punggungku.

"Menangis lah anakku! bila itu bisa membuatmu tenang!" Setelah dada ini tak lagi sesak aku mengurai pelukan ibu Halimah.

"Mas Arga Bu ... mas Arga!" dengan masih berlinang air mata aku berbicara suara ku pun berubah serak.

"Kenapa dengan mas Arga!" tanya ibu hawatir.

"Dia ... dia pulang membawa wanita yang ternyata sudah dinikahi selama 2 tahun Bu!" ku gigit bibirku hingga terasa perih.

"Astaghfirullah haladzim ... sebentar berhubung ini sudah adzan isya bagaimana kalau kamu dan anak-anak bersih-bersih badan dulu setelah itu sholat jama'ah, makan malam, ajak anakmu istirahat baru kita lanjutkan obrolan ini, gemana? nggak papa kan!"

Aku mengangguk setuju, sebab aku tahu ibu Halimah orangnya tepat waktu dalam urusan apapun, setelah itu ibu Halimah mengantarku ke kamar tamu dan menyuruh aku segera bersih-bersih badan dan sholat berjamaah, setelah sholat berjamaah dan makan malam selesai ibu Halimah masuk kedalam kamarku, kebetulan aku sedang menyelimuti Nisa dan Kamal yang sudah tertidur dengan lelap mungkin mereka kecapean.

"Apa anak-anak sudah tidur?" Tanya ibu Halimah setengah berbisik.

"Sudah Bu!" jawabku ikut berbisik.

"Kalau begitu ayo kita duduk di serambi depan kita ngobrol disana aja biar nggak mengganggu penghuni panti.

Sampai sudah kami di serambi kutatap langit malam ini yang cerah dipenuhi kelip bintang, dan aku kepikiran mas Arga sedang apa dia, sudah makan malam belum, makan apa dia malam ini, ah ... kenapa aku masih terus menghawatirkan nya bukankah dia sedang bersama istri mudanya otomatis dia sedang di layani istrinya. Ku hela nafas panjang lalu ku buang dengan kasar.

"Ningrum ..!" suara ibu Halimah mengagetkan aku.

"Iya ada apa bu?" jawabku gugup

"Kamu sedang memikirkan apa! enggak mikirin apa-apa bu!" jawabku bohong. Dari tadi ibu nunggu kamu bicara kok malah ibu perhatikan kamu bengong saja, ayo sekarang bercerita lah jangan mengulur-ulur waktu. Lalu aku menceritakan semua masalah rumah tangga yang sedang aku alami, Bu Halimah mendengarkan dengan cermat.

"Begitu bu ceritanya" aku tutup ceritaku sambil menyapu air mata yang tanpa kompromi langsung mengalir deras di pipiku.

"Astaghfirullah ... ibu nggak menyangka Arga seperti itu! masalah ini bukan masalah kecil dan harus di selesaikan dengan kedua belah pihak keluarga, nanti ibu akan menelepon ibu mertuamu."

Setelah mengucapkan itu ibu Halimah langsung menelepon ibu mertuaku, kudengarkan semua obrolan ibu dan ibu mertuaku, awalnya hanya percakapan basa-basi dan lama-kelamaan ibu Halimah langsung ke masalah inti. Dan akhirnya ibu Halimah dan ibu mertuaku sepakat bahwa lusa kami datang ke rumah ibu mertua dan nanti Arga juga disuruh datang, kalau nggak mau datang akan di geret paksa itu janji ibu mertua. Hatiku sedikit lega mendengar obrolan mereka.

"Kamu mendengar semua percakapan kami kan?"

"Iya Ning mendengar!"

"Jadi lusa kita ke kampung mertuamu anak-anak biar di sini saja, kalau di bawa nanti takut malah masalah tambah runyam, aku mengangguk setuju setelah itu ibu Halimah menyuruhku tidur dan jangan terlalu memikirkan masalah yang terjadi.

Di tempat lain yaitu dirumah Ningrum Arga tidak bisa tidur, dia memikirkan Ningrum dan anak-anaknya. Sedang asik memikirkan anak-anak hand phone Arga berbunyi dia berharap banget itu adalah panggilan telpon dari Ningrum, buru-buru Arga menjawab tanpa melihat nomer siapa yang masuk.

[Kalian dimana bund! kenapa bawa anak-anak pergi!]

[ooowh ... jadi Ningrum dan cucu-cucuku tidak di rumah ya! kemana mereka pergi] Arga menatap layar hape karena ternyata ibunyalah yang sedang diajak bicara.

[Kenapa kamu diam! dimana cucu dan menantuku!] bentak ibunya Arga.

[kkk ... kenapa ibu marah-marah]

[Kamu kenal sifat ibu kan Arga! biasnya ibu marah sebab ada masalah! mana Ning dan cucu ibu!]

[Arga nggak tahu kemana mereka pergi!]

[Bukannya ini hari Minggu ya! dan biasanya kalian ngumpul di rumah kenapa kamu bilang nggak tahu]

[Kaa ... Kayaknya Ning kabur dari rumah Bu!]

[Kenapa dia kabur?]

[Arga nggak tahu Bu?]

Tiba-tiba Farah datang dan langsung bergelayut manja Farah.

"Siapa yang menelepon sayang?"

Arga menaruh jari telunjuk nya di bibir menyuruh Farah diam, karena Farah penasaran dan mengira itu adalah Ningrum dia langsung mengambil hape di tangan Arga.

"Eh Ningrum! aku peringatkan ya! suami kamu itu sekarang lagi sama aku istri nya! jadi kamu jangan ganggu kemesraan kami deh, oh iya kenapa kamu kabur dari rumah apakah kamu nggak kuat nengok kemesraan yang mas Arga berikan padaku? padahal aku ingin ...!"

"Cukup! serahkan hape ini kepada Arga anakku!" mata Farah melotot dengan sempurna saat dia tahu yang diajak bicara dari tadi ternyata adalah ibu mas Arga.

Farah menyerahkan ha-pe dengan cemberut, Arga langsung menerima dan ternyata ibu sudah mengganti panggilan telpon WhatsApp biasa menjadi Vidio Call.

[Mana perempuan kurang ajar tadi ibu mau melihat wajahnya!]

Arga hanya bisa menurut dan mengarahkan kamera di hadapan Farah, sedang Farah sendiri hanya bisa menunduk tak berani menatap wajah ibu mertuanya itu.

[Besok kamu harus pulang kerumah ibu! dan bawa wanita itu kalau enggak ibu yang akan kesana!] ibu melirik Farah sambil mengakui pesona yang dimiliki Farah, wajar saja bila anaknya sampai tergila-gila lupa anak lupa istri sebab bila dibandingkan Ningrum fisik Farah lebih menonjol, tapi untuk apa cantik rupa apabila hatinya jelek.

[Baik Bu!]

Klik ibu langsung mematikan VC tadi.

"Kamu sih rese" Bentak Arga kepada Farah.

"Rese apaan mas! aku pikir itu tadi si Ningrum!" jawab Farah nggak mau di salahkan.

"Gara-gara kamu juga Ningrum dan anak-anakku pergi, bagaimana nanti aku menjelaskan kepada ibu?" Arga menyugar rambutnya dengan kasar.

"Tenang mas kan ada aku, dan menurut ku itu bagus kalau keluargamu tahu tentang pernikahan kita biar kita nggak kucing-kucingan kayak gini, kan mereka semua tahu bahwa aku adalah cinta sejatimu bisa jadi mereka akan mempertimbangkan bila menolakku, udahlah nggak usah di pikirkan aku setuju kok kalau besok kita pulang!"

Arga berlalu tanpa memperdulikan ocehan Farah.

Ibu Arga menahan sesak akibat ulah anak pertamanya, setelah menelpon Arga beliau kembali memencet nomer untuk menghubungi Andini dan menceritakan semua kejadian yang menimpa Ningrum akibat ulah kakaknya, kebetulan pas ibu sedang menelepon mas Anton suami Andini sedang bersamanya. Setelah Andini selesai berbicara Anton menenangkan istrinya.

"Mamah jangan hawatir nanti nanti papa akan menelepon David sebab dulu David yang bercerita tentang hubungan Farah dan mas Arga siapa tahu teman David ada yang kenal sama Farah atau malah tahu tentang hubungan mereka."

Tidak menunggu lama Anton menelepon David pucuk di cinta ulampun tiba, ternyata teman David yang ada di Kalimantan adalah teman satu mes dan satu departemen dengan Arga, David pun berjanji akan membantu mencari informasi tentang Arga dan Farah.

Sekitar satu jam menunggu David kembali menelepon tidak tanggung-tanggung David memberi informasi lengkap tentang Farah bahwa Farah adalah janda beranak 2 dan masing-masing anak memiliki bapak berbeda, dan kedua anak Farah ikut dengan mantan-mantan suaminya, David juga mengeshare akun FB Farah yang ada foto mantan suami dan anaknya, akun FB Farah ternyata banyak masing-masing akun memiliki nama yang berbeda juga.

Setelah mengumpulkan beberapa bukti tentang Farah Andini menelepon ibunya bahwa lusa dia akan pulang ke rumah kebetulan rumah Andini tidak terlalu jauh, berhubung Andini bekerja jadi tidak gampang untuk pulang kerumahnya.

Hari yang di tunggu tiba, Arga dan Farah datang lebih awal, setelah itu Andini dan Anton, tiga jam berikutnya Ningsih dan ibu Halimah. Momen berkumpul di keluarga Arga jarang terjadi kecuali di saat dua hari raya lebaran, dan momen kali ini adalah sebuah momen yang sangat mendebarkan terbukti setelah mereka berkumpul bukannya canda tawa yang menghiasi namun ketegangan dari masing-masing wajah yang mewarnai.

Dirumah Arga Farah benar-benar mati gaya, padahal dari rumah Farah sudah membayangkan hal yang indah-indah, dia sama sekali nggak menyangka kalau ibu mas Arga sudah mensetting pertemuan ini, bagi Farah ini bukanlah pertemuan keluarga namun lebih ke persidangan untuknya.

Farah berfikir keras mencari cara agar bisa di terima di keluarga Arga, Farah tahu keluarga Arga adalah orang terhormat meski ayah Arga sudah lama meninggal akan tetapi kekayaan yang di tinggalkan tidak akan habis di makan oleh tujuh turunan, keluarga Arga bagaikan tuan Takur, yang memiliki kekayaan berlimpah karena usaha kontrakan yang menyebar dimana-mana.

Nasi sudah menjadi bubur fikir Farah walau apa yang akan terjadi gendrang perang sudah ku tabuh, aku tak akan pernah mundur, sebab kalau mundur itu adalah bukti kekalahan ku, aku akan menghalalkan segala cara agar aku bisa menjadi menantu sah di keluarga ini, apalagi Farah sengaja datang menemui Arga di masa subur sengaja dia lakukan itu dengan harapan dia dan Arga akan memiliki keturunan dengan itu keluarga Arga tidak bisa berkutik sebab sangat tidak mungkin kalau Arga akan meninggalkan dia di saat hamil, ya! semoga saja di waktu dekat ini aku akan hamil! bisik hati Farah.

Acara pertemuan keluarga di awali dengan makan bersama, dalam acara itu paman Arga yaitu Abang kandung Arga hadir begitu juga dari keluarga ibu Abang kandung ibu juga datang. Selesai sudah acara makan-makan paman dari keluarga ayah Arga yang di tunjuk sebagai moderator membuka pertemuan itu dan langsung ke inti permasalahan.

"Assalamualaikum warahmatullah Alhamdulillah atas izin Allah kita semua bisa berkumpul disini dalam rangka silaturahmi dan akan membahas masalah pernikahan Arga dan nak farah yang sembunyi-sembunyi, Arga! kenapa kamu kawin dengan sembunyi-sembunyi apakah kamu sudah lupa akan keluarga besarmu atau mungkin kawin sembunyi-sembunyi itu lebih nikmat dan menantang?"

Tanpa Tedeng aling paman Cipto langsung menyindir Farah dan Arga, lalu beliau melanjutkan perkataannya lagi.

"Mohon Nak Arga menjelaskan semua kepada kami semua selaku orang tua yang keberadaannya sudah tidak kamu anggap dan kepada istrimu Ningrum yang telah kamu dzolimi."

Arga menunduk pasrah, satu sisi hati dia malu dengan kelakuannya, sudah tua tapi bersikap seperti ABG namun satu sisi hati yang lain Arga merasa bahagia sebab dia bisa memperkenalkan wanita yang di cintai dengan keluarga besarnya meskipun dengan cara salah dan tak beradab. Arga menatap wajah ibundanya yang penuh murka, menatap wajah paman dan adik juga istrinya, saat menatap wajah Ningrum hati dia tiba-tiba terasa sakit, apalagi menatap mata cekung milik Ningrum cekung karena kebanyakan menangis, maafkan aku Ningrum batin Arga lirih.

Lalu Arga menatap wajah wanita yang selama ini telah membuat dia mabuk kepayang, Arga menatap Farah dengan lembut lalu dia genggam jemari Farah, dada Farah langsung membusung sombong lalu Farah menatap Ningrum dengan tatapan mata sinis.

Setelah sekian menit membuat semua orang menunggu jawaban dari Arga, diapun langsung membuka suara sambil menatap ibunya.