webnovel

Luxuria's Penthouse : The Last Devil's Hormone

update setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat! Penemuan sebuah kitab kuno, Althea-lux pada tahun 1800-an menjadi awal mula sebuah legenda yang menggairahkan untuk masyarakat pesisir pantai tak berpenghuni. Catatan jejak peninggalan seorang penulis tanpa nama membawa sebuah kabar yang mengejutkan untuk semua telinga yang mendengarnya. Ketidaksengajaan menelusuri sebuah bangunan tua yang hampir runtuh termakan usia dan tumbuhan liar di perbatasan Virginia menjadi awal mula kisah ini berasal. Selama bertahun-tahun para peneliti epigrafi memulai perdebatan mereka. Simbol bulan dan hujan, langit awan membentang, matahari berada di atas kepala. Burung terbang mengepakkan sayapnya, mati tertusuk duri dari tumbuhan liar yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih tinggi dari seekor gajah. Setiap simbol dan tulisan aneh menjadi beban tersendiri di dalam perannya. Kitab ini diyakini sebagai pertanda akhir jaman, ketika iblis menguasai dunia manusia. Althea-lux adalah perwujudan nyata dari ramalan manusia, yang katanya hidup melebihi kekuasan dewa di dunia. Dia adalah anaknya, anak dewa yang membangkang. Tahun membawa kabar pasal kitab Althea-lux masuk menjamah peradaban manusia yang baru. Peradaban manusia urban dengan teknologi yang paling mutakhir mulai menerjemahkan apa-apa saja yang tak bisa diartikan di tahun-tahun sebelumnya, termasuk sebuah tempat bernama Luxuria's Penthouse. Di tempat inilah, iblis mengendalikan dunia manusia dengan berbaur bersama mereka. ---Luxuria's Penthouse, Greenbank, Virginia---

Lefkiilavanta · Ficção Científica
Classificações insuficientes
375 Chs

38. Feelings: Sad

Delwyn menatap Daeva dengan penuh kecemasan. Dia tak tahu harus berkomentar macam apa. Jika mereka yang tak tahu melihat ini, pasti mereka mengira bahwa di depan mereka sekarang adalah mayat seorang wanita cantik. Tubuhnya benar-benar pucat pasi, tak ada rona seperti sudah tidak punya tanda-tanda kehidupan di sana.

"Apa yang terjadi?" tanya Delwyn pada pria yang ada di depannya. Ia mengerutkan keningnya. "Seseorang melukai dia? Daeva mati?" tanyanya lagi. Kali ini dengan nada bicara yang sedikit ragu, tak menyangka jika Daeva akan kalah semudah ini. Dia punya sihir, itulah yang ada di dalam pikir Delwyn sekarang. Tak seharusnya Daeva berbaring di sini.

Mr. Unknown menghela nafasnya panjang. Melipat tangannya ke belakang. Sesekali dia melirik Delwyn, lalu kembali menatap ke arah Daeva.

"Jika dia mati, maka penginapan ini juga akan hilang. Semua orang yang ada di dalamnya akan kembali kembali tempat masing-masing tanpa bisa mengingat apapun, termasuk dirimu, Mr. Delwyn." Ia menjelaskan. Semakin membuat Delwyn diam seribu bahasa.

"Jadi?" Delwyn menyahut dengan ketidakmengertian dirinya. Itu mengalir begitu saja. Tak ada satupun kalimat yang lepas dari celah bibir Mr. Unknown yang bisa dimengerti oleh Delwyn.

"Dia masih ada di dalam tubuh ini. Hanya saja, sesuatu menahannya. Dia tidak bisa menggunakan tubuhnya lagi."

Pria tua itu menoleh pada Delwyn. "Jika dalam dunia kalian, itu disebut sebagai koma. Hanya doa dan harapan saja yang bisa membangkitkan Nona Daeva kembali."

Delwyn ikut menghela nafasnya. "Itu artinya aku akan terus merasakan sakit jika penyakitmu datang?"

Pria itu tersenyum ringan. "Kau cepat mengerti, Mr. Delwyn. Semua yang mendapat sihir dari Nona Daeva akan mulai melemah sedikit demi sedikit. Kekuatannya tak akan sebesar sebelumnya," ucapnya kembali menerangkan. Berharap kalau Delwyn akan paham tentang hal itu.

"Namun, jika keadaannya terus memburuk, maka kita tidak bisa berharap banyak, Mr. Delwyn. Semuanya tergantung pada Sang Agung Loralei."

Delwyn menoleh. Sekarang pandangan matanya tidak tertuju pada Daeva. Melainkan pada pria tua berkumis itu. "Apa yang sebenarnya terjadi? Jika dalam sekarat, bukankah seharusnya Sang Agung atau Decurion membantu? Daeva adalah anak buah mereka," ucapnya kemudian. Dia membawa sedikit amarah di dalam kalimatnya. Cemas menghantui dirinya sekarang setelah melihat keadaannya.

"Cyrus menyentuh sisi dada Daeva yang ditinggalkan sisik Maris di sana. Sejak dulu, Cyrus adalah pusat kekuatan dari Sang agung Loralei, di mana kekuatan itu tidak seharusnya bersentuhan langsung dengan sisik Maris. Itu akan menimbulkan gelombang yang besar, dan jika inangnya tidak mampu menahan itu, maka dia akan sekarat sebelum akhirnya tewas secara perlahan," ucapnya lagi.

Mendengar itu hati Delwyn benar-benar sakit. Entah sebab apa. Dia sedang membutuhkan Daeva sekarang.

"Kapan dia akan bangun? Maksudku berapa persen kemungkinan dia akan bangun?" Delwyn mulai memberi penekanan di setiap kata yang terucap dari celah bibirnya. "Aku benar-benar membutuhkan dia sekarang," ucapnya seakan mengeluh. Bukan ingin menyalahkan. Dia hanya kecewa dengan keadaan yang ada.

Mr. Unknown menggelengkan kepalanya. Tersenyum pahit kemudian. "Aku pun tidak tahu, Mr. Delwyn. Selama melayani Nona Daeva Desdemonav, aku tidak pernah sekalipun dihadapkan dengan keadaan yang seperti ini. Nona Daeva pun tidak pernah bercerita apapun jika terjadi hal buruk padanya." Pria itu memutar tubuhnya kemudian. Menatap ke arah lemari pembeku yang tertutup rapat. "Kami semua benar-benar sedang berusaha untuk melakukan yang terbaik agar Nona Daeva bisa kembali secepatnya." Ia menoleh pada Delwyn lagi. "Bukan hanya kau yang bergantung pada Nona Daeva. Banyak, hampir semua yang ada di bangunan ini. Bahkan orang-orang di luar sana tak luput dari jasa baiknya."

Delwyn diam, tak bisa berucap apapun sekarang. Nyatanya, dia kalah dalam memahami keadaan.

Pria tua itu tiba-tiba berjalan menjauhi ranjang mengarah pada kulkas besar yang ada di sudut ruangan. Membukanya. "Dia adalah orang yang paling berharap Daeva bangun lagi," ucapnya sembari menatap sesuatu di dalam sana.

Delwyn mendekat. Alangkah terkejutnya saat dia melihat seseorang meringkuk di dalam sana. Beberapa bagian tubuhnya mulai membiru, seperti sedang mengalami pembusukan.

"Dia adalah Ibad, mayat hidup atas darah dan sihir dari Nona Daeva."

... To be continued ...