webnovel

Love Scenario Gerani

Kim Gerani hell Mahendra seorang gadis yatim piatu pewaris tunggal rumah sakit terbesar di Indonesia, rumah sakit Mahendra seorang yang menjelma sebagai gadis cantik, cerdas dan bertanggung jawab. nyatanya memiliki seribu kesedihan di dalam hidupnya ketika usai sepuluh tahun gadis itu telah di abaikan pamannya. Robert Mahendra adalah paman gadis itu yang merawatnya sedari kecil, hingga suatu saat gadis itu bertemu dengan Justin seorang dokter terhebat di dunia yang begitu angkuh dan sombong menjadi bumerang dalam pekerjaannya. Dengan sifat gadis itu yang selalu di hormati karena merupakan pewaris tunggal rumah sakit Mahendra tidak berlaku dengan Justin sama sekali. Hingga tanpa gadis itu ketahui nyawa nya dalam bahaya ketika dengan sombongnya gadis itu membawa lambang bahwa gadis itu pewaris tunggal rumah sakit Mahendra. apakah Justin bisa menjadi pendamping? atau bahkan sebaliknya?

Mayada_Saptyani17 · Urbano
Classificações insuficientes
7 Chs

lsg

Kenapa cinta begitu menyakitkan?

Hanya karena kau dan aku berbeda.

~aurel

Perlahan-lahan sinar mentari kini semakin redup, menghentikan rotasi kerjanya.

Sinar kemerahan itu kini lebih terasa dramtasi diiringi rerintikan hujan.

Tapi bukan awan itu yang memancar kan air,namun bola mata itu yang irisnya mulai berkaca-kaca.

Seorang gadis,tengah berdiri dibalkon rumah. Gadis itu adalah gerani.

Memeluk sebuah bingkai. Penampilan gelapnya itu menggambarkan sosok kesedihan yang mendalam.

" Ma pa Rani sendirian disini, enggak ada lagi orang yang disamping Rani. Cuma Rani ma—cuman Rani yang ingat sama mama dan papa"

Gerani semakin mengeratkan pelukannya pada bingkai itu,buliran air mata yang terus mengalir," Rani pengen sama mama"

"Mama tau? Dulu mama sering bawa Gerani ke pantai,liat senja bareng papa,mama bilang kalok mama pergi mama suruh Rani ke pantai pasti mama disana" monolog nya sambil menatap bingkai itu.

"Tapi mama sama papa enggak ada disana,Rani kangen ma pa"

Hingga senja sudah tiada lagi Gerani masih senantiasa,berdiri kebalkon rumah nya,menerima terpaan angin yang menusuk-nusuk tubuhnya.

"Pintunya terbuka? Apa dia ada dirumah? Atau aku masuk saja"

Kringg

1

2

3

Tak kunjung juga ada balasan,"aku masuk saja kalok gitu"

Justin mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan,sepi. Tak ada tanda-tanda seorang Gerani sama sekali.

"Ran...Gerani...." Panggil Justin seraya berjalan menelusuri rumah Gerani.

"Kemana bibi,apa dia juga tidak ada dirumah?"

"Apa aku keatas aja? Mungkin dia lagi tidur" Justin melangkahkan kakinya kelantai dua tepat berhenti pintu berwarna biru dan masih sama dengan hiasan Mickey mouse.

Hanya saja Justin heran, pintunya terbuka begitu saja tidak ada sahutan sama sekali.

"Ran...Gerani..."

Jujur walaupun seorang manajer Justin segan untuk memasuki kamar Gerani, bagaimana pun itu merupakan sopan santun.

Namun tak jua ada jawaban dari Gerani, Justin nekat memasuki kamar Gerani takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Justin tak menyangka mendapati Gerani yang sudah tergeletak dibalkon,berkali kali justin

Justin kaget bukan kepayang,Justin mengangkat tubuh Gerani ala bridal style menuju rumah sakit.

"Astaga ran...Gerani kamu bisa dengan aku...ran sadar ran aku mohon" ujar Justin sambil menepuk-nepuk pipi Gerani agar tidak kehilangan kesadarannya.

"Aku rindu mama"

"Iyah,kita kerumah sakit dulu yah"

Setelah usai mendengar ucapan itu,Gerani sudah terlelap dialam bawah sadarnya menepati kegelapan yang begitu indah baginya.

Justin khawatir dan langsung menyetir mobilnya membawa Gerani kerumah sakit.

Setibanya Justin dirumah sakit,Gerani langsung Justin bawa keruang UGD.

"Dokter Justin apa yang terjadi?"

"Perawat chai,tolong segera siapkan ruang UGD,saya akan memeriksa langsung."

 

\\\\

 

Menjadi bahagia

Merupakan balas dendam

Terbaik.

~justin

Setelah dua hari Gerani melakukan rawat inap dirumah sakit Mahendra, akhirnya kini Gerani sudah bekerja seperti biasanya.

Sebenarnya secara fisik Gerani sudah sehat sejak awal saat Gerani sudah sadar.

Hanya saja manajernya itulah yang tiba-tiba overprotektif, gerani hanya bisa menurut.

Bukan ingin memenuhi perintah nya hanya saja kepalanya akan menjadi lebih sakit bila meladeni manajernya itu.

"Kamu mau kemana?"

Gerani yang baru mengenakan jas dokter nya dibuat kaget dengan Justin yang datang tanpa suara,ingin rasanya Gerani marah namun apalah dayanya.

Tiada guna berbicara dengan manusia es satu ini.

"Bapak bisa enggak sih ketuk dulu,yah saya mau kerja lah pak ya kalik mau piknik pakek beginian"

"Saya hanya bertanya,saya tidak mau kamu merepotkan saya dengan tiba-tiba pingsan sewaktu operasi"

Gerani tersenyum paksa mendengar itu,"tidak akan pak"

Setelah Justin pergi meninggalkan Gerani,barulah Gerani terpikir satu hal.

Bagaimana bisa Justin yang membawanya dirumah sakit ini? Sementara sebelumnya Gerani dirumah?.

"Aku tidak ingat kejadian kemarin,jadi penasaran? Apa aku tanya sama Justin langsung?"kata malaikat gerani

"Nanti dia enggak jawab kan sakit atu mah diacuin" kata iblis gerani

"Ah bodo amat, kepo tingkat dewa udahan ini ma" lanjut malaikat gerani.

Limas detik itu Gerani seperti orang tidak waras, berbicara sendiri namun menjawabnya sendiri.

Dan akhirnya Gerani keluar menuju pintu kamarnya,mengejar Justin yang tidak terlalu jauh.

"Pakkkkkkk" teriak Gerani.

"Gerani jangan berlari!" Suara bentakan Justin yang melihat Gerani berlari kencang menujunya.

Tiba-tiba kaki Gerani terseleo,menabrak sesuatu yang berada didepannya.

Brukk...

Aneh tidak sakit?

Pantas saja begitu nyaman,Gerani terjatuh pada dada bidang Justin dan sekarang mereka sedang tergeletak dilantai dengan posisi yang tak pantas ditetmat umum.

Benar saja,semua perawat bahkan pasien atau bahkan pengunjung sekalipun terdiam ditempatnya.

Menatap tak percaya dua dokter tersebut.

Astaga so sweet banget dokter Gerani,bener kan mereka cinlok

Sweet banget Dokter nya

Astaghfirullah sempat sempatnya pacaran.

Drama Korea dipagi hari.

Gilak trending topik RS ini mah.

Yah begitulah kata kata yang mereka lontarkan pada kami.

Sementara aku? Jangan ditanya aku langsung bangkit dan menunduk malu sedangkan Justin malah membuat semuanya lebih parah.

"Kenapa enggak hati hati  Hem? Ada yang sakit?" Tanya Justin sambil menarik daguku.

Gimana reaksi ku? Jangan ditanya hanya berkata heran dengan nada keras.

"HAH?" Lontarnya dengan ekspresi cengong.

"Iyaudah keruangan ku yuk" Justin menarik tangan Gerani.

Aaaaa oh my good

Tuh kan beneran mereka cinlok,sweet deh jadi pengen

Beruntung banget sih dokter Gerani,aaaa baby aku...

Begitulah teriak histeris para perawat disana,dengan adegan yang barusan Justin lakukan.

Sementara Gerani tidak sadar bahwa tangannya sudah ditarik Justin sedari tadi,maniaknya masih menatap kerumunan orang disekelilingnya.

Menatap cengong tak percaya atas insiden tadi.

Apa aku gila?

Hingga lamunannya disadarkan oleh suara basa yang familiar ditelinga nya. Tentu saja Justin siapa lagi,"Gerani apa kau tuli?"

"Ah..m—maaf kejadian tadi"

"Sudahlah lupakan,aku ingin bertanya padamu"

Apa tidak salah dengar? Dia tidak marah? Bukannya dia marah jika ada orang yang membuat nya malu? Apalagi didepan umumu?"

"Gerani hentikan lamunanmu,kau mengacuhkan ku"kini nada bicara Justin tampak kesal.

"I—iyah pak maaf, oh Iyah apa yang mau bapak tanyakan?"

"Aku ingin bertanya?" Beo Justin

"Iyah bapak!" Suara Gerani tampak kesal,dan jangan lupakan bibirnya yang maju satu centi meter.

Apa aku gila ingin bertanya itu padanya? Aku tidak ingin ikut campur masalahy.

Apa tadi aku barusan ingin tahu? Astaga! Kau gila Justin.

"Helllloooooo!!!! Sekarang gantian bapak yang ngelamun Iyah? Mau tanya apa sih pak"

"Iyah saya cuman mau bilang,apa kau sengaja memperlakukan hak tadi?"

"Maksudnya bapak apa?" Gerani tampak heran maksud dari Justin yang aneh.

Suara Justin tampak mengeras tak seperti biasanya,"apa kau tuli! KAU MEMBUAT KU MALU! Apa kau berencana menimbulkan skandal dengan ku agar jadi perbincangan hah?"

Gerani tertegun,terdiam disitu. Matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Justin bukannya Justin tahu bawah kepalanya masih sedikit pusing.

Tanpa Gerani sadara, linangan air mata nya sudah berderai menyapu pipi semunya dengan cepat tanpa ada jeda.

"Saya pergi"

Itulah kata yang mampu Gerani ucapkan,hatinya sakit mendengar ucapan Justin.

Gerani tidak mau ambil pusing untuk mendengarkan perkataan selanjutnya dari mulut seorang Justin yang tidak memiliki hati.

Rasanya duninya saat ini seketika tak berarti lagi,saat keluar dari ruangan itu Gerani sungguh tak bisa menahan tangisnya lagi.

Mengapa begitu sakit? .

Justin masih berdiri ditempatnya,merasakan kakinya yang tak mampu bergerak lagi.

Hatinya merasa bersalah,karena kali ini pertama kalinya dan pertama dalam penglihat nya Justin menyakiti Gerani.

Dan anehnya Justin merasa bersalah.

Ada apa dengan ku?

"Gerani maafkan aku"

Perkataan itu keluar dari mulut Justin,menatap nanar sebuah pintu yang menghantarkan Gerani keluar dari neraka itu.

Justin mengeluarkan gawainya.

"Aku butuh rileks malam ini"

"......."

"Aku kesana jam delapan"

Justin mengerang frustasi, mengacak-acak rambutnya. Pasalnya hatinya semakin tidak karuan.

Hingga pada akhirnya egonya terkalahkan.

Justin keluar dari ruangannya,mencari Gerani diruangannya.

Namun nihil saat pintu ruang gerani terbuka tak ada tanda-tanda seorang Gerani.

Justin semakin dilanda rasa bersalah dan khawatir.

Khawatir terjadi sesuatu pada gadis itu. Ingin rasanya Justin mencarinya namun Justin sadar perasaan ini tidak boleh terlalu dalam.

Justin memutuskan kembali keruangan nya. Merilekskan pikiran nya yang kacau belum lagi suasana hatinya yang berkecamuk.

"Aku benci!!!!! Hiks hiks" Gerani terisak-isak dijalanan semua mata yang berlalu lalang menatap ubah pada gadis itu.

Saat ini pikiran Gerani benar benar kacau tidak ada satu hal pun yang mampu membuatnya bahagia.

Kringg....

Suara deringan gawainya berkali kali berbunyi dan berkali kali juga Gerani mengabaikannya.

Hingga kakinya itu membawanya disebuah taman yang cukup jauh dari rumah sakitnya.

Kakinya Sendiri yang berkenal tanpa merasakan lelah dan berhenti di sebuah taman situ Lembang salah satu taman yang berada di daerah ibu kota Jakarta.

Gerani duduk disebuah kursi putih disebut taman,hingga maniaknya menyadari semua orang yang berada di taman tidak sendiri.

Terlintas dipikiran Gerani seorang Justin.

"Tidak...tidak...untuk apa aku memikirkan dia? Tunggu...tunggu kenapa aku sedih dibentak dia?"

Gerani akhirnya sadar atas apa yang terjadi barusan, kepalanya kembali normal lagi," dan? Dan aku menangis tadi? Astaga pasti dia bahagia melihatku seperti tadi bukan?"

"Tidak dia sedih" suara asing itu menjawab aksi monolog gerani,Gerani melihat kebelakang mendapati seorang lelaki berdiri dibelakang nya.

" Angkasa? Kamu angkasa kan?"

Lelaki itu hanya tersenyum," boleh aku duduk?"

"Silahkan"

Lelaki itu berjalan,duduk tepat disebelah Gerani," ini es krim, pasti capek kan setelah aksi drama nangis tadi?" Ejeknya cengengesan.

"Ihh apaan sih,siapa juga yang nangis cuman kesel aja btw thanks ya" tukas gerani sambil menyambar es krim strawberry yang dibawa angkas.

"Oh Iyah kamu kok disini ngapain?"

"Enggak usah aku–kamuan geli gue dengernya,gue bukan Justin"

"Hehehe Iyah deh, kebiasaan dikantor, bukannya lebih bagus formal yah? Kan agak keliatan gimana gitu"

"Jijik gue dengernya,emang gue kaku kek curut satu itu apa. Seorang angkasa ngomong formal? Yang ada diketawain gue mah sama pintu kamar gue"

"Elo bisa aja"

"Elo belum jawab pertanyaan gue, kok bisa disini?"

"Cari udara seger aja tadi,terus Nemu orang gadak lawan bicara iyaudah deh gue bantuin"

"Gue heran?"

"Heran kenapa? Heran kenapa gue bisa segantui ini?"

"Yeee here banget sih,gue itu cuman heran orang seasik kek elo kok mau sih temenan sama orang dari kutub Utara" bibir Gerani nampak maju setelah mengucapkan nama Justin.

"Maksud Lo Justin? Kami bertiga udah temenan lama baget dari kecil"

"Bertiga? Tapi gue cuman loatylo sama dia doang"

"Iyah soalnya Hendra lagi di new York,dia pindah kesana saat kami tamat SMA dan sampai sekarang kerja disana,jarang banget kami ngumpul mungkin kalok lagi ada acara baru bisa soalnya sama sama sibuk"

"Kalok elo kerja apa?"

"Gue ngurusin restoran bokap gue,dan sekarang gue udah resmi jadi CEO karena bokap gue udah pensiun,dan gue ada cabang restoran dicabang Jabodetabek dan dua hari lagi bakal ada launching pembukaan disana yah sedekat acara peresmian kecil lah"

"Emang dimana sa?"

"Dibali"

"Wah seru banget,bisa sering sering kembali deh jadinya elo"

"Elo boleh datang kok,gue undang ini secara langsung spesial buat Lo, datang dong"

"Pengen sih,masak gue sendirian gue enggak tau"

"Tenang elo bisa datang sama Justin soalnya gue undang dia jugak"

"Enggak,gue enggak mau bagus gue enggak usah datang kalok sama dia "

"Kok gitu sih,gue pastiin dia mau kok,ayolah ran" jurus andalan angkasa memelas dengan sorotan mata berkaca-kaca

"Iyaudah gue usahain"

"Makasih yah ran"

"Gue pergi dulu yah masih ada urusan,elo mau gue antar balik ke rumah sakit?"

"Iyaudah duluan aja,gue masih mau disini"

"Iyaudah see you next time "

Gerani melambaikan tangannya kepada angkasa, gadis itu tersenyum sejenak.

"Sumpan beda banget sama Justin,angkasa udah baik ganteng asik lagi sementara Justin? Nyebelin resek segalanya" Gerani bermonolog membandingkan Justin dengan angkasa kesal.

                            ***

 

\\*