webnovel

Love Rules

Seorang gadis bernama Alesha menjadi korban bully karena wajahnya yang buruk, namun beraninya Ia mencintai salah satu senior tampan dan primadona dikampusnya. Alesha adalah mahasiswi fakultas hukum, Ia mengambil jurusan itu semata-mata ingin membalas dendam masa lalu keluarganya. Hanya karna masalah sepele dan karena keluarganya tidak mampu membayar pengacara. Ayahnya pun harus masuk kedalam jeruji besi dan diperlakukan secara tidak adil. Hingga suatu saat Ia mengalami kecelakaan hebat. Alih-alih karena kecelakaan itu membuat keadaannya makin buruk, malah justru sebaliknya. Sampai akhirnya dia mengalami cinta segitiga dengan 2 pria tampan. Akankah kisah cinta Alesha terbalas? Pria mana yang Alesha pilih sebagai pemenang hatinya? Dan bisakah Alesha membalas dendam masa lalu keluarganya ? Pantau selengkapnya hanya di "Love Rules".

Misyaa_ · Adolescente
Classificações insuficientes
11 Chs

Terkuak sudah Alasan Bunuh Diri Itu

Malam semakin larut, kendaraan semakin jarang, dan jalanan pun tampak mulai sepi. Bahkan restoran yang ia singgahi sudah menutup pintunya menampakan tulisan 'close' yang tergantung dipintu masuk.

Mungkin dia adalah pengunjung terakhir yang meninggalkan restoran itu, dan mungkin saja para pelayan ingin mengusir dirinya sejak tadi, namun tidak patut rasanya mengusir pengunjung walaupun hari sudah larut malam.

Laki-laki tampan berjaket hitam itu kembali mengendarai motornya menuju sebuah tempat. Entah kemana kali ini dia akan mendaratkan motornya kembali. Bahkan dunia pun tak mengetahui apa yang dipikirkannya saat ini, dan motornya melaju bukan ke arah jalan rumah sakit ataupun rumahnya. Asudahlah tidak ingin terlalu banyak berkomentar.

Beberapa saat kemudian, motornya mulai memasuki jalan yang menuju kedai Babeh Asep. Mungkin saja kali ini Ia akan kesana untuk bertemu teman-temannya dan menjelaskan perkara salah paham tadi siang.

Namun apa yang diekspektasikan itu nihil. Realitanya Ia hanya melewati jalan didepan kedai tanpa singgah kedalam. Ia masih terus berjalan dengan motornya. Hingga tak lama kemudian akhirnya Ia mendaratkan motornya persis didepan kampus.

Apa yang akan Ia lakukan di Kampus, saat ini masih menjadi teka-teki, tidak ada satupun orang yang bisa membaca pikiran lelaki tampan itu.

Namun karena malam yang sudah begitu larut, kampus itu pun telah ditutup dan satpam yang berjaga malam itu hanya bingung membisu melihat seorang anak muda yang tiba-tiba datang.

Tak lama, Jiro yang masih duduk di motor dan masih dalam keadaan menyala itu memencet klakson seolah meminta dibukakan gerbang untuknya. Namun Sang Satpam menolak permintaan lelaki itu.

"Maaf, hari sudah malam dan kampus sudah ditutup jadi siapapun tidak boleh masuk. Silakan untuk pergi dari sini," Ucap Pak Satpam sembari mempersilakan Jiro untuk pergi.

Jiro yang keras kepala pun langsung menancapkan gas ditangan kanannya dan menarik rem dikedua tangannya, sehingga terdengar bunyi derungan motor yang menggelegar. Ia terus melakukan itu untuk bisa masuk kedalam kampus.

Beberapa saat kemudian, Sang Satpam yang tidak bisa melawan tingkah anak muda itupun menuruti kemauannya. Akhirnya Sang Satpam membukakan gerbang utama dan membiarkan anak muda itu masuk kedalam.

Jiro meletakkan motornya diparkiran samping kampus, kemudian laki-laki itu berlari masuk kedalam sebuah ruangan.

Bragggg....

Suara keras yang berasal dari pintu yang dibuka Jiro itu berhasil membuat copot jantung seorang penjaga kampus yang sedang berada didalam. Penjaga Kampus itu terkejut melihat Jiro yang tiba-tiba muncul dihadapannya, Ia pun spontan berdiri.

"Jiro..! Ada apa malam-malam disini!" Ucap penjaga itu merasa bingung.

Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Pak Penjaga Sekolah, Jiro pun hanya terdiam. Kemudian ia berjalan menuju meja pojok ruangan. Ia mengacak-acak dokumen-dokumen yang ada dimeja, entah sedang mencari apa pria itu.

"Heyy.. sedang apa kamu! Kenapa di acak-acak begitu!" Seru Pak Penjaga yang semakin merasa bingung dibuatnya.

Mendengar itu Jiro pun spontan memutar lehernya ke belakang dan menatap tajam Pak Penjaga Sekolah itu, Jiro memang tidak suka di usik, dan tidak suka orang lain ikut campur dalam urusannya.

Melihat lirikan tajam Jiro, Pak Penjaga sontak terdiam menundukkan pandangannya, seraya kembali duduk.

"Eladalahh memang aneh anak muda jaman sekarang," Lirih Pak Penjaga sambil menggeser-geser mouse yang ada ditangan kanannya dan kembali menatap komputer.

Kali ini Pak Penjaga tidak mau peduli dengan apa yang dilakukan anak muda itu.

Jiro yang sejak tadi sibuk mencari sesuatu, akhirnya menemukan buku yang Ia cari, lalu Ia membukanya dan mencoba mencari kembali sesuatu dengan seksama dari buku itu.

"Neoma Alesha Anindya Jln. Lentera, Gang Mangga No. 72," Ucap Jiro lirih sembari membaca tulisan yang ditujuk oleh jarinya.

Lelaki tampan itu kemudian mengambil ponselnya dan memotret alamat rumah Alesha. Ia kembali menutup buku yang baru dibukanya itu. Kemudian Ia pergi begitu saja meninggalkan meja itu tanpa membereskan dokumen yang berserakan.

"Kasihan sekali gadis ini," Ucap Pak Penjaga Sekolah.

"Sungguh malang nasibmu," Sambung Pak Penjaga itu sembari menatap ke arah komputer.

Jiro yang hendak melangkah keluar dari ruangan itu, namun tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti setelah matanya tak sengaja melihat ke arah komputer yang sedang dipegang oleh Pak Penjaga Sekolah.

Komputer itu adalah komputer yang terhubung ke CCTV dikampus Harapan Bangsa. Dalam rekaman CCTV tersebut terekam kejadian di kantin tadi pagi.

Jiro yang melihat itu pun terkejut, matanya terbelalak dan melotot saat tahu kejadian pada rekaman itu. Bola matanya melebar, Ia tidak menyangka jika selama ini gadis itu menjadi bahan bully-an dikampusnya.

"Hehh.. ngomong apa Lo pas dikelas! Berani banget Lo ya sama gue! Songong Lo!" Seru Karin sambil memegangi bahu Alesha dengan kasar.

"Udah mulai berani sama kita?! Ngaca!" Sambung Melly.

"Ngaca noh ngaca! Muka jelek gausah sok-sokan Lo! Sambung Caca.

Begitulah cuplikan yang Jiro lihat dari rekaman CCTV. Ia benar-benar tidak sanggup melihat gadis malang itu yang dibully mahasiswa seluruh kampus. Apalagi saat Vanessa melempari wajah Alesha dengan makanan.

"Bedebah!" Lirih Jiro yang membuat jiwa kemanusiaannya sontak terbangun.

"Perbuatan bully tidak bisa dibenarkan! begitu juga mengakhiri hidupnya karena dibully, itu sama sekali tidak dibenarkan!" Tukas Jiro.

"Mengapa dia tidak melaporkan kasus cyberbullying ke pihak kampus? andai saja dari awal dia melakukan itu, pasti akhirnya tidak akan seperti ini," Sambungnya Sembari menarik napas panjang dan menghembuskan dengan pelan.

"Malang sekali nasib gadis itu, karena wajahnya yang buruk, Ia harus menanggung beban seberat itu. Padahal itu semua bukan kesalahannya dan bukan pula keinginannya, itu semua murni takdir Tuhan," Gumam Pak Penjaga yang merasa iba kepada gadis itu.

Ucapan yang terdengar dari Pak Penjaga Sekolah itu pun membuat dirinya geram.

Andai saja saat kejadian itu dia ada disana pasti semua ini tidak akan terjadi, namun apalah daya itu semua sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur, bahkan gadis itu sekarang ada dirumah sakit berjuang menghadapi maut.

Ia sebagai Ketua BEM merasa bersalah tidak bisa menjaga keamanan kampus dan melindungi mahasiswa nya. Ditambah tadi siang dia telah memarahi gadis itu didepan orang-orang. Kali ini Ia merasa benar-benar sangat bersalah.

"Entah apa yang akan dilakukan pimpinan kampus jika mengetahui kejadian memalukan ini," Sambung Pak Penjaga tadi.

"Apa kamu kenal dengan gadis malang ini?" Tanya Pak Penjaga itu.

Mendengar pertanyaan itu Jiro dengan ragu menggelengkan kepalanya seolah tidak mengenali identitas gadis itu.

"Mentang-mentang bapaknya memiliki pengaruh besar dikampus, mereka jadi seenaknya melakukan cyberbullying kepada orang yang lebih rendah!" Ucap Pak Penjaga Sekolah.

Kemudian Jiro pun meminta rekaman CCTV tadi untuk dikirimkan ke ponselnya. Pak Penjaga itu pun memenuhi permintaan Jiro.

Kemudian, tanpa permisi Jiro pergi meninggalkan ruangan itu. Ia berlari keluar membawa bukti rekaman CCTV, entah untuk apa rekaman itu disimpannya.

"Heyy anak muda, bereskan dulu meja itu!" Teriak Pak Penjaga seraya menunjuk ke arah meja pojok.

Langkah Jiro seketika terhenti, alih-alih akan membersihkan meja tersebut, Ia malah kembali melanjutkan langkah kakinya tanpa menggubris permintaan Si Penjaga Sekolah.

Melihat itu Pak Penjaga Sekolah pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Dasar anak muda jaman sekarang, sulit sekali untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya sendiri!" Gumam Si Bapak Penjaga Sekolah.

"Tak habis pikir jika menikah nanti, bagaimana Ia bisa bertanggung jawab dengan anak istrinya?" Sambungannya.