webnovel

Love Is Universal

Bagaikan daun pada musim gugur yang lepas dari pohonnya dan jatuh indah ke tanah yang tidak akan pernah tumbuh lagi. Namun satu hal yang harus kita ketahui, bahwa daun dapat kembali tumbuh pada pohonnya lebih indah lagi dari sebelumnya yang membuat daun tersebut bersatu kembali dengan poros kehidupan. Begitu juga dengan cinta yang akan pergi serta kembali kapanpun ia mau. Bahkan di dalam cinta banyak hal yang tidak masuk akal menjadi masuk akal dalam artian nyata. Perbedaan apapun itu tidak ada yang mampu melarang cinta itu untuk tumbuh, Tidak ada yang bisa melarang hati setiap manusia kemana ia akan berlabuh. ...Cinta itu luas, dia universal. Maka dari itu, dibutuhkan pemikiran yang terbuka dalam membaca cerita ini... -CINTA ITU TERLALU UNIVERSAL UNTUK KITA BATASI- "Aku berharap dia mencintainya apa adanya." "Jangan pergi." "Jangan tinggalkan aku." "Mengapa kau tidak mendorongku dan membiarkanku dari awal?" "Kenapa?" "Kenapa kau membiarkanku jatuh terlalu dalam?" "Mengapa kau tidak meninggalkanku?" "Aku mencintaimu!" "Aku telah menunggu mu selama ini di sini."

DindaTarigan · Fantasia
Classificações insuficientes
267 Chs

LIU | 23

"Kau bisa melihatnya sendiri bukan?" Jawab Yervant malas karena menurutnya itu adalah pertanyaan retorik.

Gray hanya bisa diam membisu melihat setiap pergerakan yang dilakukan Gavin dan Yervant. Ia juga masih belum bisa melupakan kejadian yang tadi dimana ia hampir saja kehilangan nyawanya. Sungguh menyeramkan. Ini hari pertama dia keluar dari zona nya, eh malah dapat ancaman seperti itu.

Huft!

Gray yang saat itu memang tidak mengenal seorangpun teman Gavin dan Yervant hanya diam mengamati mereka sampai pada saat dimana ia melihat sebuah menu makanan yang berbahan dasar stroberi buah kesukaannya yang terpajang di depan sana.

Melihat ke arah Yervant yang sedang berbincang dengan temannya, lebih tepatnya teman Gavin. Ia bergerak secara perlahan mendekat ke arah Yervant. Berbisik pelan, "Aku mau itu." Katanya menunjuk ke arah menu makanan yang terpajang di depan sana. Sepertinya itu menu spesial hari ini.

Kenapa Yervant bisa tahu kalau itu menu spesial? Itu karena ia sudah tahu bagaimana sistem penjualan di cafe ini. Cafe ini merupakan salah satu tempat tongkrongan mereka setiap kali mereka berlibur. Mereka akan memajang makanan di depan sana dengan harga yang spesial serta menu yang spesial juga.

Satu lagi rahasia yang harus kalian ketahui bahwa pemilik dari cafe ini adalah teman mereka sendiri. Pernah dengar istilah teman kakakmu, temanmu juga? Itulah yang terjadi saat ini mengingat dimana ada Gavin di situ pasti ada Yervant.

"Apa?" Tanya Yervant lagi karena ia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Gray.

Suaranya terlalu kecil.

"Mau itu." Katanya pelan.

"Bicaralah dengan jelas, aku tidak bisa mendengarnya."

"Mau itu!" Kata Gray kesal sendiri.

"Iya aku tahu kau mau itu, tapi di depan situ ada beberapa menu spesial untuk hari ini. Aku tanya itu kau mau yang mana."

"Huh? Benarkah?" Tanya Gray.

Ia tidak tahu kalau di situ ada beberapa menu, ia hanya dapat melihat menu yang berbahan dasar stroberi buah kesukaannya.

Gray memperhatikan sekali lagi papan menu itu dan ternyata benar yang dikatakan Yervant kalau di sana terdapat beberapa menu. Bukan hanya satu menu saja.

Gray menganggukkan kepalanya tidak tahu maksudnya apa.

"Aku mau itu, kue stroberi." Kata Gray.

Ah... Sekarang Yervant mengerti, ia tahu apa yang diminta Gray padanya. Kenapa tidak bilang dari tadi kalau ia menginginkan menu spesial yang berbahan buah stroberi itu? Kalau tadi Gray langsung mengatakannya kan ia tahu memesannya langsung.

"Kau mau kue stroberi itu?" Tanya Yervant yang mendapat anggukan dari Gray.

"Baiklah, kau tunggu sebentar di sini. Jangan pergi kemanapun atau kejadian seperti di mall tadi terulang kembali." Kata Yervant tidak bermaksud menakuti Gray.

Sungguh.

Ia hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti tadi yang untung saja tidak ada satupun dari mereka yang terluka.

Gray menganggukkan kepalanya tanda ia paham apa yang dikatakan oleh Yervant. Ia sendiri tidak mau mengalami kejadian seperti tadi saat mereka berada di mall, itu sangat menyeramkan.

Yervant yang mendapat balasan dari Gray pun pergi untuk mendapatkan pesanan yang diminta oleh Gray.

Sepeninggalan Yervant, orang yang sedari tadi berbicara dengan Yervant duduk di samping Gray.

"Kau-- Kau siapa?" Tanyanya menatapnya yang dimana tatapan itu menuntut jawaban dari orang yang menjadi lawan bicaranya.

Hal itu tentu saja membuat Gray terkejut dicampur rasa takut karena orang itu secara tiba-tiba duduk di dekatnya lalu bertanya dengan tatapan yang cukup menyeramkan baginya.

Ternyata orang itu sedari tadi memperhatikan interaksi antara Yervant dan dirinya.

"Siapa kau sampai dia mau mengabulkan permintaanmu? Bahkan ia rela pergi ke sana hanya untuk mendapatkan pesanan mu." Pertanyaan itu kembali keluar dari mulutnya.

"A-aku--"

Orang itu masih menatap Gray dengan tatapan yang sama menunggu kelanjutan dari perkataan Gray.

"Aku--"

"Iya kau. Kau siapa?" Tanyanya lagi yang tatapannya tidak lepas dari Gray.

"Kau membuatnya takut bodoh!" Itu suara Gavin yang membuat orang itu menatap ke arah Gavin.

Sebelumnya...

"Kau-- Kau siapa?"

Gavin yang mendengar pertanyaan itupun langsung memalingkan wajahnya menghadap ke arah sumber suara.

"Siapa kau sampai dia mau mengabulkan permintaanmu? Bahkan ia rela pergi ke sana hanya untuk mendapatkan pesanan mu."

Gavin mengerutkan keningnya. Ia tidak dapat melihat siapa orang yang sedang berbicara dengan Gray.

"A-aku--"

Gavin dapat melihat dengan jelas gerak gerik yang ditunjukkan oleh Gray itu gerak gerik yang akan membawanya pada penyakit sesaknya ketika ia merasa panik ataupun takut seperti pada saat ini.

"Iya kau siapa?"

"Kau membuatnya takut bodoh!" Kata Gavin saking gemasnya ia melihat temannya yang mengganggu Gray di meja sebrang.

Ia tidak membawa obat cadangan, jadi ia tidak mau mengambil resiko.

Perkataan Gavin membuat orang yang sedang berbicara pada Gray membalikkan tubuhnya menghadap Gavin orang yang mengatakan kalau dirinya itu bodoh. Padahal sesama orang bodoh tidak boleh saling mengejek.

Tapi, apakah pantas Gavin seorang raja bisnis dikatakan bodoh?

"Kau juga mengenalnya? Siapa dia?" Tanya nya.

Gavin memutar bola matanya malas saat ia mengetahui siapa orang yang mengajak Gray berbicara. "Namanya Gray."

"Dari keluarga mana?" Tanyanya dengan segudang rasa penasaran yang menjerumus ke kepo karena ini kali pertamanya ia melihat Yervant mau menuruti permintaan orang lain selain keluarga serta orang incarannya dan Gavin yang membawa orang lain bersamanya selain keluarganya.

"Tidak semuanya harus kau ketahui." Kata Gavin malas.

"Ayolah, aku hanya bertanya dia dari keluarga mana?" Katanya

"Diamlah dan duduk kembali ke tempatmu. Jangan mengganggu orang lain apalagi sampai menakutinya yang bahkan kau membuatnya merasa terancam karena kehadiranmu di situ."

Orang itu tercengang. Apa itu Gavin yang baru saja berbicara dengannya? Ia juga baru sadar, padahal sedari tadi ia sudah berbicara lama dengan Gavin.

"Kau makin terlihat bodoh kalau memasang ekspresi seperti itu." Kata Gavin lagi saat melihat wajah temannya yang mungkin sedang memikirkan sesuatu sampai membuatnya berekspresi seperti itu.

Padahal saat ini yang dipikirkannya adalah Gavin yang pendiam kini menjadi banyak bicara.

"Tidak usah lebay! Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Aku juga terkejut awalnya saat orang itu--" menunjuk ke arah Gavin, "berbicara panjang seperti itu. Kau mau tahu apa yang membuatnya banyak bicara?" Itu Yervant yang baru saja datang dari memesan makanan untuk Gray yang tentu saja ia tidak lupa untuk memesan makanan yang akan ia makan.

Orang itu menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tahu dan memasang ekspresi kalau ia ingin mengetahui apa sebenarnya yang sudah terjadi pada Gavin selama mereka berada di negara tempat mereka tinggal.

"Biar aku kasih tahu satu hal, semua perubahan yang terjadi padanya itu karena anak ini." Kata Yervant menunjuk ke arah Gray yang saat ini sedang duduk di tengah-tengah Yervant dan temannya.