webnovel

LOVE IN THE PAST LIFE

Surya Dewangga memiliki keluarga yang lengkap. Rumah tangganya sempurna seperti impian semua pasangan. Istri yang pengertian dan dua anak manis melengkapi kebahagiannya. Namun, dunianya tergoncang saat ia satu persatu bertemu dengan jiwa keluarga dari kehidupan sebelumnya. Mereka seperti bereinkarnasi bersama lagi. Sesuatu yang tak mudah untuk dipercayainya. Mulai dari anak-anaknya yang lain hingga sosok perempuan yang dulu menjadi istrinya. Dan nyatanya perasaan itu masih sama. Tak berubah! Sungguh membingungkan dan tak masuk logika. Tugas terberatnya adalah menyelesaikan urusan masa lalunya tanpa bertabrakan dengan alur hidupnya saat ini. Mampukah?

Dione_Vee · Realista
Classificações insuficientes
31 Chs

Life is Mystery

Akhir-akhir ini Gita semakin sibuk. Selain menyelesaikan proyek kerja sama dengan perusahaan tempat Handian bekerja, ia juga sudah memulai proyek yang baru dengan relawan yang lain. Kali ini mereka tidak fokus pada profil anak-anak Sayap Kasih, tetapi pada pengembangan minat dan bakat anak-anak itu.

Beberapa anak yang pintar bernyayi dan menari diarahkan untuk menjadi talent dari rumah-rumah produksi film. Anak lain yang gemar belajar atau berbisnis, dihubungkan dengan mentor-mentor yang handal sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.

Anak-anak dan Gita bersemangat dengan kegiatan baru mereka. Berkat kesuksesan proyek sebelumnya, makin banyak pihak yang ingin bekerja sama dan memberikan sumbangsih untuk masa depan anak-anak Sayap Kasih.

Di sela kesibukannya, Gita masih mengurus prosedur adopsi Lissa. Semua surat-surat sudah dilengkapi dan ditanda tangani, tinggal menunggu keputusan pengadilan yang akan menyatakan Lissa sebagai anak angkat yang sah bagi pasangan Surya dan Sarah.

Sejauh ini Gita melakukannya dengan suka cita, karena niatnya tulus. Ia ingin Lissa hidup bahagia dan menemukan dunianya yang baru.

Karena semua kesibukan itulah Gita tak sempat membalas semua pesan yang masuk di akun sosial medianya. Ia bahkan mempercayakan Ratna sebagai admin sementara, sampai pekerjaannya agak sedikit longgar.

"Jeng, kamu yang pegang akun sosial media Sayap Kasih ya, jadi admin. Gantikan tugas aku untuk sementara," pinta Gita pada Ratna yang sedang menulis laporan keuangan.

Ratna tak langsung menjawab, matanya berputar-putar.

"Aku sudah pegang keuangan yang ruamit ini, sekarang di suruh jadi admin juga? Ya ampun, andaikan aku bisa membelah diri pasti akan aku lakukan," jawab Ratna.

"Ah, lebay kamu! Hahaha," Gita menertawakan sahabatnya itu. "Tolonglah, sebentar saja, keuangan kan cuma diperiksa tiap akhir bulan," ujar Gita.

"Cuma? Cumanya itu, Bu … Ini lihat buku besarnya sudah semakin besar," keluh Ratna. "Bagaimana kalo kita cari orang baru?" usul Ratna.

"Ya, aku sudah merencanakan untuk merekrut orang baru, hanya saja, untuk saat ini belum dapat kandidat yang cocok. Jadi aku mohon, bantu urus admin Sayap Kasih untuk sementara," pinta Gita lagi.

"Ya, iya baiklah. Mana sini link dan kode passwordnya?" Ratna akhirnya menyetujui.

Gita membagikan link-link dan kode password Sayap Kasih. Ratna langsung membukanya.

"Sudah ini, aku jadi admin, apa yang jadi tugasku?" tanyanya.

"Cukup balas pesan-pesan langsung yang masuk, terus update semua kegiatan kita, harian," jelas Gita.

"Hmm, tugas berat ini," ucap Ratna sembari bercanda.

"Tugas mulia, Jeng," balas Gita sambil merayu sahabatnya itu. Ia tahu, meskipun cenderung cuek tapi Ratna adalah partner yang paling dia andalkan.

Ratna memulai tugasnya membalas satu persatu pesan langsung yang masuk. Hampir satu jam ia melakukan itu sampai menemukan pesan yang dikirimkan oleh Dimas.

"Dimas? Siapa Dimas ini? Apa kamu mengenalnya?" tanya Retno pada Gina.

"Dimas yang mana? Di dunia ini ada banyak sekali orang Bernama Dimas," ujarnya.

Ratna menyodorkan ponselnya. "Coba baca deh, aneh sekali pesannya. Dia bilang mengenalmu, dan dia adiknya … Yanti," ucap Ratna.

Mata Gita membelalak. Nama itu muncul, nama yang tak sembarangan orang tau. Hanya beberapa teman dekat yang mengenal sosok Yanti, ibu kandung Lissa.

Gita mengambil ponsel dari tangan Ratna dan mengulang-ulang apa yang sudah dibacanya.

"Dimas … Dimas adik Yanti? Anak kecil itu?" gumamnya.

"Kamu mengenalnya?" tanya Ratna. Ia juga penasaran. Banyak orang yang ingin mengetahui latar belakang Lissa, tapi Gita menutupnya dengan rapi. Ia tak mau urusan pribadi anak itu terekspose, meskipun ia sudah terkenal.

"Aku lupa-lupa ingat. Aku dulu memang pernah bermain ke rumah mereka, tapi saat itu yang aku tahu Yanti memiliki seorang adik laki-laki, masih usia sekolah," ungkap Gita.

"Kalau dulu dia masih sekolah, ya cocok kalau sekarang dia sudah jadi pemuda dewasa," simpul Ratna.

Gita menopang dagunya. "Benar juga sih, apa aku perlu membalas pesannya?" tanyanya.

Ratna mengangguk. "Balas saja, tanya apa keperluannya," sarannya.

"Oke aku balas, tapi aku ingin memastikan dia Dimas yang itu atau bukan," kata Gita.

Wanita itu membalas pesan Dimas dan basa-basi menanyakan asal atau alamat rumahnya. Ia juga bertanya, bagaimana mereka bertemu.

Gita mengirimkan pesan itu. Ia tak berharap pesan itu dibaca oleh si penerima saat itu juga. Hari sudah larut malam.

Tapi dia salah, beberapa menit kemudian Dimas kembali mengirimkan pesan.

'Aku adik Mbak Yanti. Dulu Mbak Gita datang ke rumah kami saat aku masih sekolah. Aku mau minta tolong satu hal yang penting pada Mbak Gita.'

Demikian bunyi pesan yang masuk. Gita berpikir sebentar sebelum membalasnya. 'Hal penting apa?' tanyanya dalam hati.

Gita menulis lagi dan mengirimkan pesan balasan. 'Hal penting apa?'

Dimas kembali menjawab. 'Ibu kami ingin bertemu dengan Lissa. Beliau yakin sekali itu cucunya. Tolong, Mbak Gita.'

Membaca balasan pesan dari Dimas, Gita sedikit terkejut. Tetapi ia tak kaget. Sudah lama ia berpikir, suatu saat pasti keluarga Yanti akan mencari Lissa. Benar saja, kali ini mereka mulai menginginkan anak itu.

"Ada apa? Ada masalah apalagi?" tanya Ratna sambil memicingkan alisnya.

"Keluarga mereka menginginkan bertemu dengan Lissa," terang Gita.

"Hah?! Aku tak salah dengar? Baru sekarang mereka mencari Lissa setelah bertahun-tahun dia tak diakui? Tak mau diterima??" Ratna jadi kesal sendiri mendengar hal itu.

Gita tersenyum, ia tetap tenang.

"Keluarga mereka tak sepenuhnya bersalah. Aku mengenal ibunya sebagai orang yang baik, juga adik-adiknya. Hanya saja, bapak mereka sangat kuat memegang tradisi dan kepercayaannya. Dari situlah asal mula cinta Yanti dan pacar bulenya itu kandas," jelas Gita.

"Lalu bagaimana? Apa kita akan mengijinkan mereka berjumpa dengan Lissa?" tanya Ratna.

Gita tampak berpikir sejenak. "Mungkin tidak dalam waktu dekat ini. Aku masih fokus pada proses adopsinya dengan keluarga Pak Surya. Aku tak mau itu terganggu," ujarnya.

"Kamu benar. Kita tak berharap hal-hal yang tak diinginkan terjadi. Siapa tahu tiba-tiba mereka menuntut hak anak atas Lissa? Karena merasa sebagai keluarga kandung? Kita harus mencegah itu terjadi," ujar Gita.

"Pintar. Kamu bisa membaca jalan pikiranku. Aku memang tak mau proses adopsi ini terganggu. Setelah resmi secara hukum menjadi anak angkat Pak Surya, baru aku akan serahkan masalah ini padanya. Biarkan dia yang menyelesaikannya." Gita mengutarakan pemikirannya.

Ratna mengangguk setuju. "Kamu benar. Lissa sudah berada di tangan orang yang tepat, jangan sampai proses itu terganggu," ujarnya.

Gita memainkan penanya. "Kadang kalau dipikir lucu ya? Gita sama sekali tak memiliki hubungan darah dengan Pak Surya, tapi jiwa mereka sedemikian dekat. Sedangkan keluarga kandungnya, bertemu saja dulu tidak mau, malah menolak," kenang Gita.

"Life is mystery," ucap Ratna.

"Ah ya, hidup penuh rahasia. Lalu apalagi, Bu?" tanya Gita bercanda dengan Ratna.

"Life is hungry," kata Ratna lagi. Kal ini ia memegangi perutnya.

"Kamu lapar? Ayo pesan makanan," ajak Gita.

"Serius? Yuk, yuk! Aku mau bakmi goreng favoritku," kata Ratna bersemangat.

Gita tertawa. "Pilih makanan itu yang lagi hits, yang kekinian, makanan ala ala Korea atau makanan siap saji. Ini malah pesan bakmi. HAHAHA!"

Ratna memonyongkan mulutnya lucu. "Nggak enak. Sudah pernah mencicipinya tapi tak enak. Seleraku tetap masakan Indonesia."

"Oke-oke, baiklah. Ayo pilih saja, aku pesan yang sama juga," pungkas Gita.

Ratna kemudian asyik memilih dan memesan makanan online lewat ponselnya.