webnovel

BAB 9

Senyum merah merona yang menghiasi wajahmu di balik awan

___Love Deep Admirer__

***

Maira akhirnya berjalan menuju sahabatnya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ngapain juga harus grogi kaya gini.

Irfan mencoba menetralkan perasaannya yang tiba-tiba aneh, saat menatap Maira ia merasakan degupan yang berirama dalam hatinya, semakin kuat ia rasakan.

"Udah kak, fotoin ya kak." Ucap Nia.

Irfan mengangguk dan siap dengan handphonenya, "Satu, dua, tiga." Ucapnya lalu memencet tombol kamera. "Ganti pose." Ucapnya lagi, "Satu, dua, tiga."

Setelah mengambil beberapa gambar, Kina, Sita, Maira dan Kina menghampiri Irfan untuk melihat hasilnya, "Woah.. bagusnya, kakak hebat ya ngambil gambarnya," ucap Sita. Ia memerhatikan muka Irfan, "emhh.. tunggu deh, bukannya kakak itu cowok yang itu kan, yang Maira minta ma'af itu ke kakak." Ucap Sita mencoba menerawang saat kejadian kemarin.

Irfan mengerutkan keningnya bingung, "emang kapan kita ketemu ?." Sita menepuk bahu Maira " ini Maira, kakak kenal Maira kan ?." Tanya Sita.

Maira dan Kina menepuk keningnya, "eumh. Iya, saya kenal dia." Ucap Irfan tersenyum, "oh iya, saya mau kembali ke tenda. Kalo fotonya udah selesai kan ?."

Maira mengangguk, "emm.. iya kak, by the way, thank's kak." Ucap Maira tersenyum.

"Iya kak makasih ya fotonya." Ucap Nia menimpali.

Irfan tersenyum, "iya, sama-sama, yaudah saya kesana dulu, Wassalamu'alaikum." Ucapnya.

Mereka berempat menjawab salamnya Irfan "Wa'alaikumussalam." Sita menoleh pada Maira "Ra, lo punya hutang cerita sama gue. Ayok cerita, kalo nggak jangan mau nanti gue gak mau temenan sama lo." Ucapnya menarik Maira untuk duduk di salah satu kursi.

Maira tampak menghembuskan nafasnya kasar, ia melirik Sita sekilah, ia memutar matanya jengah "emang harus ya aku cerita."

"Ya harus lah Ra, secara gitu kan gue temen lo." Desis Sita. Maira menghela nafas berat, "dari mana aku ceritainnya ?."

Sita memandang Maira dengan tatapan kesalnya, "Yaampun, Nuraeni Khumaira anaknya bapak Utsman, ceritain saat lo ketemu sama tadi tuh si kakak-kakak, kenapa lo bisa kenal sama dia."

"Hufft.. " Maira menoleh pada Kina, meminta pendapat, apa ia harus menceritakannya apada Sita. Kina mengangkat bahu acuh, "Terserah lo deh Ra, itu hak lo." Ucapnya.

Maira memandang pada Sita, "jadi, dulu pas aku pulang dari kampus, aku jatoh. Nah, pas itu aku mau ditolongin sama dia."

"Dia siapa ?." Tanya Sita.

"Cowok tadi, nah. Tapi aku ngabai-in dia, pas dia ngulurin tangannya buat nolongin, dan_ saat itu aku lagi buru-buru mau nyari angkutan umum, aku takut kalo misalkan nanti kemaleman pulangnya, apalagi hujan, terus, pas di angkot juga aku ngerasa gak enak hati sama dia. Dan___"

"Dan ?" Ulang Nia.

"Dan aku berusaha minta ma'af sama dia, pas itu aku ke supermarket buat minta ma'af tapi dia malah marah dan gitu, akhirnya aku berusaha lagi minta ma'af dan kemaren pas di warung Mbok Ijah, aku minta ma'af sama dia, dan aku dimaafin, tapi sih kayanya dia maaih benci sama aku." Ucap Maira lelah, tadi saja lelaki itu malah seakan tak ingin melihatnya.

Nia mengelus pundak Maira pelan, "gapapa kok Ra, lo kan udah minta ma'af sama dia. Masa iya sih dia gak maafin lo, Allah aja maha pemaaf, masa hambanya enggak ?." Ucapnya, Maira tersenyum pada Nia.

"Thank's Ni, emmh. Moga aja dia gak benci sama aku, aku gaenak kalo misalkan ada orang yang terus-terusan ngebenci aku." Ucapnya sendu.

"Iya Ra, moga aja, lagian kebangetan banget kan kalo dia masih dendam sama lo, sedangkan lo aja udah minta ma'af ke dia beberapa kali. Kalo dia masih ga maafin lo, berarti dia gak punya hati" tukas Kina.

Nia dan Sita ikut menyetujui, "iya tuh Ra, kalo gitu emang kebangetan."

Maira tersenyum miris, entahlah, ia sendiri tak tahu. Apakah lelaki itu memaafkannya atau masih menyimpan dendam padanya.

Matahari mulai muncul di balik awan, Awan yang berada di tempat wisata itu juga tak kalah cantiknya. Mereka akhirnya melupakan cerita tadi, dan mulai memotret ciptaan Tuhan yang amat indah ini.

Maira menoleh pada seseorang yang sedang duduk di depan tendanya, sesaat matanya bertemu dengan manik hitam lelaki itu. Jantungnya berpacu dengan cepat, Akh.. ngapain juga aku pake ngelirik kesana segala. Ish bodoh kau Ra.

Maira mengalihkan pandangannya, teman-temannya sedang sibuk selfie, dengan berbagai macam gaya, Maira hanya memotret dari jauh saja Awan itu. Suasana hatinya seakan menjadi buruk, saat ia bertatapan dengan manik mata itu.

"Ra, ngapain di situ terus, sini gih kita foto." Ajak Nia, Maira mengerjapkan matanya, "Ng__ iya Ni, kalian duluan aja." Ucapnya, Nia menghela nafasnya dengan kasar, lalu menghampiri Maira yang tengah memfoto pemandangan dengan handphone miliknya.

Nia menarik tangan Maira, "ayukk iih, kita fotbar, kamu kalo diajak suka susahnya minta ampun deh Ra. Ayok ah," Sekali lagi Nia memaksanya, Maira memutar matanya jengah.

"Aku lagi gak mood buat foto foto, kalian aja Ni," Maira mendorong bahu Nia pelan, mengusirnya.

Nia menggeram, "Kamu yaa, kalo aku ajak selaluu aja bikin aku kesel setengah mati, ayokk lah. Kapan kapan lagi kita foto bareng berempat apalagi ini pemandangannya indah banget lagi.

Maira terdiam sebentar, "Yaudah," akhirnya dia mengalah saja. Berdebat dengan Nia tak akan memberikannya kesempatan untuk menang, Nia selalu akan berusaha untuk memenangkan dirinya sendiri.

Maira mengikuti Nia dari belakang, Sita dan Kina sedang berfoto berdua menampilkan dua jarinya, Jari tengah dan telunjuk, "Woi, politik ae lu." Ucap Nia, setengah menyindir.

Kina mendelikkan matanya tajam, "Dih, kita gak bermaksud kok buat politik kek gitu, kita cuma bergaya doang, ish si Nia mah ya." Desisnya.

Nia menunjukkan satu jarinya "Nih, gue Nomor Satu," ucapnya tak kalah. Maira menahan tawanya, kalo begini pasti Nia lagi yang menag, kalo urusan debat atau apapun itu, Nia selalu saja menang, seperti tadi.

Kina mencoba untuk menahan emosinya, "Udah ah, lo ngapain juga ngikutin kita. Udah ah, yuk foto." Kina menghempas tangan Nia yang menggantung di udara, yang menunjukkan pilihannya.

"Hapenya gue yang pegang, kalian berdiri di belakang gue," Nia mulai menekan tombol kameranya.

Cekrekk

Cekrekk

Cekrekk

"Woahh.. bagus banget yaa," Ucap Sita memuji hasilnya. "Apaan, cuma kamera efek gitu." Sahut Maira.

"Yah Ra, kan bagus, walaupun pake efek juga. Hehe" ucap Sita tertawa.

Maira menipiskan bibirnya, dia melihat ke sekelilingnya, banyak orang yang berlalu lalang di sana, ada yang sedang mengobrol, membuat vlog, berfoto, membuat boomerang, dan lainnya untuk di posting di media sosial.

"Gue mau ngepost dulu di IG." Ucap Kina antusias, si Ratu media sosial.

Mereka bertiga memutar bola matanya jengah, sudah menyiapkan untuk handphonenya yang tiba-tiba ramai, karena, Kina pasti akan meng-tag mereka di akunnya.

🍁

TBC

Vote

Coment

Follow @uyuNuraeni