webnovel

LOVE CHALLENGE

Aksa. Seorang laki-laki yang banyak di kagumi oleh para perempuan. Bagaimana tidak. Tubuhnya yang tinggi, warna kulitnya yang putih, hidungnya yang mancung dan warna kedua bola matanya yang cokelat membuat wanita yang melihatnya langsung terpana olehnya. Apalagi Aksa adalah putra tunggal dari keluarga konglomerat yang mempunyai banyak perusahaan di dalam maupun luar Negeri. Namun bukan berarti itu semua menjadikan Aksa sebagai seseorang yang suka mempermainkan hati wanita. Dia hanya mencintai satu orang wanita di hatinya sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Wanita itu bernama Cantika. Semuanya sudah Aksa lakukan hanya untuk Cantika. Apalagi kedua orangtua Aksa sudah sangat menyukai Cantika. Karena Cantika terlahir dari keluarga yang kaya raya juga seperti keluarga Aksa. Tetapi setelah berjalan selama 2 tahun, wanita yang sangat dia cintai selingkuh darinya. Dengan alasan jika dirinya masih mempunyai perasaan oleh mantan kekasihnya. Itu semua membuat Aksa merasakan patah hati yang teramat mendalam. Semenjak itu Aksa tidak pernah berpacaran lagi dengan wanita lain. Hingga akhirnya datang seorang wanita yang sangat memperjuangkan Aksa. Yaitu Bulan. Bukan tanpa alasan wanita itu memperjuangkan Aksa, tetapi hanya karena Bulan mendapatkan tantangan dari teman-temannya. Isi perjanjian itu adalah jika dia berhasil mendapatkan hati Aksa, maka semua teman-temannya akan memberikan hadiah kepadanya.

Arummsukma · Fantasia
Classificações insuficientes
388 Chs

Kembali

"Kamu cari apa si?" tanya Aksa.

"Ini, aku mau buka atap mobil kamu. Tapi aku ga tau cara bukanya yang mana."

"Tanya dong. Kalo salah pencet dan malah bahayain kita gimana? Makanya kalo punya mulut di pakai."

Kalimat di atas mengingatkan Cantika dengan pertemuan pertamanya dengan Aksa. Dimana Cantika mengejek Aksa tidak mempunyai mulut karena Aksa tidak mau bertanya dimana keberadaan kelasnya waktu itu. Aksa pun tertawa kecil karena dia merasa puas sudah bisa meledeki Cantika juga. Sedangkan Cantika merasa bete dengan ucapan Aksa barusan. Namun Aksa langsung berhasil membuat Cantika kembali tersenyum dengan cara yang sangat sederhana. Yaitu dengan cara membukakan atap mobil mewahnya sehingga Cantika bisa menikmati jalanan dan angin sore yang lumayan sejuk. Walaupun kondisi di jalan cukup padat kali ini.

Cantika bersikap layaknya seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Dia terlihat sangat senang. Cantika berdiri di atas kursi mobil milik Aksa sambil berteriak. Sekaligus kedua tangannya di angkat ke atas. Bagaikan burung yang sedang berterbangan.

"Wuhh. Seru banget tau Aksa. Pasti kamu ga pernah ngerasain kaya gini kan? Soalnya kan kamu yang nyetir terus. Mana pernah kamu kaya gini. Hehehe," teriak Cantika yang hanya di balas dengan senyuman oleh Aksa.

Wajah Cantika terlihat sangat bahagia. Aksa yang bisa melihat senyuman indah Cantika pun merasa sangat bahagia. Hingga akhirnya tidak terasa kini mereka berdua sudah tiba di depan rumah Cantika. Aksa mengklaksonkan mobilnya. Yang membukakan pintu gerbang rumah Cantika adalah satpam rumahnya.

"Masuk ke rumah aku dulu yu. Minum dulu gitu," ajak Cantika.

"Ga usah deh. Aku langsung pulang aja."

"Jangan gitu dong. Masuk dulu sebentar, ayo."

Karena Cantika sedikit memaksa Aksa, akhirnya Aksa mau juga masuk ke dalam rumah Cantika. Walaupun hanya sekedar masuk dan kemudian keluar kembali.

Ketika Cantika dan Aksa masuk, di dalm rumah hanya ada asisten rumah tangga Cantika. Ternyata Mamah Cantika belum pulang dari arisan keluarga. Untung saja siang ini Cantika pulang bareng dengan Aksa. Jika tidak, Cantika kali ini masih menunggu jemputan.

"Bi, Mamah mana?" tanya Cantika.

"Nyonya belum pulang, Non. Tadi katanya mau arisan dulu."

"Ohh belum pulang. Yaudah kalo gitu. Tolong buatin minum dua ya, Bi."

"Iya, Non. Sebentar ya Non."

"Ga usah, Bi."

Tiba-tiba saja Aksa menjawab pernyataan asisten rumah tangga Cantika.

"Loh, kenapa?" tanya Cantika.

"Aku langsung pulang aja ya. Ga enak juga di sini ga ada Mamah sama Papah kamu. Lain waktu aja."

"Ohh, yaudah kalo gitu. Makasih banyak ya udah antar aku pulang ke rumah."

"Iya, sama-sama."

"Yaudah kalo gitu aku antar ke depan."

Asisten rumah tangga Cantika tidak jadi membuatkan minuman untuk Aksa dan Cantika. Karena Aksa memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya. Cantika pun mengantarkan Aksa sampai ke depan rumah. Ketika Aksa dan Cantika keluar dari dalam rumah, Mamah Cantika tiba di rumah dengan supir pribadinya.

"Mamah," panggil Cantika.

"Sayang. Kamu udah pulang? Kata Pak Agus kamu ga mau di jemput ya tadi? Syukurlah kalo kamu sampai di rumah dengan selamat."

"Iya, Mah. Soalnya aku tadi di antar sama teman aku. Kenalin, Mah. Namanya Aksa. Dia teman kelas aku."

"Selamat siang, Tante," sapa Aska.

"Selamat siang. Makasih ya udah antar anak Tante pulang ke rumah."

"Iya, Tante. Sama-sama."

"Aksa ini yang aku bilang anak Tante Anjani sama Om Mahardika, Mah," sambung Cantika.

"Ohh ini anaknya Bu Anjanu dan Pak Mahardika. Ya ampun ganteng banget ya anak mereka."

"Hehe, Tante bisa aja," jawab Aksa dengan malu-malu.

"Salam ya nak sama Ayah dan Mamah kamu dari Tante."

"Iya, Tante. Nanti aku sampaikan. Salam juga untuk suami Tante."

"Hehe, iya. Ga masuk dulu nih? Kenapa di depan rumah kaya gini? Makan siang bareng dulu yu."

"Ga usah Tante, terima kasih. Lain waktu aja. Aksa mau langsung pulang aja sekarang."

"Yahhh, sayang banget ya. Yaudah lain waktu Tante tunggu ya."

"Iya, Tante. Yaudah kalo gitu Aksa pamit dulu ya Tante. Balik dulu Cantika."

"Iya. Hati-hati ya," jawab Cantika.

"Iya. Permisi Tante."

"Iya, nak. Hati-hati."

Ternyata walaupun Mamah Cantika sudah pulang ke rumah, tetapi Aksa tetap pada pilihan pertamanya. Yaitu segera pulang ke rumahnya kali ini. Cantika dan Mamahnya melihati kepergian Aksa dari depan pintu rumahnya. Semakin lama Aksa semakin menjauh hingga akhirnya mobil mewah Aksa sudah tidak terlihat lagi.

"Ohh jadi itu yang Namanya Aksa. Ganteng ya sayang anaknya," ledek Mamahnya Cantika.

"Ihh Mamah. Apaan si."

"Hehe. Yaudah sekarang kita masuk yu. Kita makan siang sama-sama. Kamu belum makan kan?"

"Belum, Mah."

"Yaudah, ayo."

"Iya, ayo."

Setelah nobil milik Aksa sudah tidak terlihat lagi, Cantika dan Mamahnya kembali masuk ke dalam rumah. Mereka berdua akan makan siang bersama di ruang makan. Cantika memang sering hanya makan siang berdua dengan Mamahnya. Karena kalua siang-siang begini Papahnya Cantika belum pulang dari kantor. Kak Helmi, kakak dari Cantika juga belum pulang dari kampus. Mereka berdua paling pulang pada sore hari. Sekitar jam 5 sore.

*****

Setibanya Aksa di rumahnya, Aksa langsung masuk ke dalam rumahnay begitu saja sambil tersenyum-senyum sendiri. Bahkan Aksa hendak langsung masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua. Namun kali ini Mamah dari Aksa sudah tiba di rumah. Dia sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah dan bermain handphone. Aksa terkejut karena panggilan dari Mamahnya.

"Aksa," panggil Mamahnya.

"Mamah? Mamah udah pulang?"

"Iya, udah. Baru aja Mamah sampai ke rumah. Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"

Akss yang mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Mamahnya langsung menghilangkan senyuman yang terukir di bibirnya. Tiba-tiba saja kenaangan manis dengan Cantika hilang begitu saja. Karena Aksa malu jika harus ketahuan kalua dirinya sedang senyum-senyum sendirian karena sedang di mabuk asmara oleh seorang wanita.

"Engga. Aksa ga senyum-senyum sendiri. Mamah salah liat aja."

"Hmm, iya deh Mamah salah liat."

"Oh iya Mah, Mamah dapat salam dari Mamahnya Klarybel. Tante Hanna."

"Oh ya? Kok bisa? Kamu habis main ke rumah Cantika ya?"

"Engga main kok, Mah. Cuma tadi Aksa antar Cantika pulang ke rumahnya aja. Soalnya tadi Cantika ga ada yang jemput. Kebetulan ketemu sama Mamahnya."

"Hmm, gitu. Sekarang Mamah jadi tau kenapa kamu senyum-senyum sendiri tadi."

"Au ah Mah. Aksa ma uke kamar dulu kalo gitu. Bye, Mah."

"Iya sayang. Habis itu jangan lupa makan," teriak Mamahnya.

"Iya, Mah."

Akss pergi meninggalkan Mamahnya ke kamarnya sambil tersipu malu setelah mendapatkan ejekan dari Mamahnya sendiri. Sedangkan Mamahnya masih berdiam diri di ruang keluarga.

"Dasar anak remaja," ucap Mamah Akss sendiri sambil tersenyum melihat tingkah anaknya yang sudah mulai dewasa.

-TBC-