webnovel

18 - Stay By My Side

"Angkat tanganmu, Allan! Gunakan kekuatan! Sedikit lagi!"

Trang!

Tebasan demi tebasan pedang Allan layangkan pada lawan di hadapannya yang selalu memberikan arahan.

"Ah!" Lawan Allan terhenyak sesaat karena bilah pedang di tangannya sudah melayang.

Allan tersenyum miring. "Berapa kemenanganku, Guru?"

Nate, seorang pemuda dalam rentang usia dua puluh itu hanya menghela napas. "Dua puluh banding empat?"

"Bukannya lebih baik kalau aku yang mengajarimu berpedang, Guru?"

Nate menggelengkan kepala, lalu menjitak Allan pelan. "Jangan sombong. Lihat saja, aku yang akan mengalahkanku segera."

"Terima kasih pujiannya."

"Aku tidak memujimu!"

Nate menghela napas lagi.

"Bagaimana dengan Helia?" tanya Allan.

"Ah, kupikir beliau sangat hebat. Nona Helia pandai dan berbakat dalam seni pedang, kupikir beliau akan menjadi ksatria yang baik."

"Begitu. Bagaimana dengan Duke Floral, apa dia setuju?"

"Duke Floral tampak tidak memedulikan keinginan Nona Helia yang ingin menjadi Ksatria Kerajaan. Dibanding itu, Tuan Demian lah yang selalu khawatir pada Nona Helia tetapi tidak bisa menolak keinginan Nona Helia."

"Oh."

Allan ingat Helia pernah mengatakan kalau ayahnya tidak pernah memedulikan Helia, sedangkan kakaknya selalu mencoba untuk mengambil alih peran kedua orangtua mereka yang kosong.

"Dan Ksatria Rahasia?" Allan menurunkan suaranya.

Nate hanya mengangguk. "Ksatria Rahasia yang dipimpin Yu terbilang memiliki progres yang baik. Setiap orang dituntun pada kekuatan dan bakat mereka masing-masing untuk ditingkatkan serta dikembangkan."

"Bagus. Tetap seperti itu. Dan Nate, cari lagi orang untuk menambah pasukan. Kita harus benar-benar siap untuk pemberontakan itu."

Nate hanya tersenyum miring dan menunduk sopan. "Akan saya lakukan sesuai perintah Anda, Yang Mulia Pangeran."

"Apa kamu mengejekku?"

Allan mengenyit kesal pada Nate yang merupakan sumber informasinya selama beberapa tahun ini.

Dia lah yang memberi tahu Allan mengenai kasino ilegal dan orang tepat yang harus diambil ke sisinya.

Nate memang bukan berasal dari keluarga bangsawan, tetapi dia juga memiliki cabang toko pakaian di beberapa wilayah Teratia. Ilmu berpedangnya juga tidak buruk, hal itulah yang membuat Allan ingin Nate menjadi informan sekaligus guru berpedangnya untuk meminimalisir kecurigaan.

Akan tetapi, Nate tidak pernah bersikap formal pada Allan kecuali di depan umum dan saat pertama kali mereka bertemu. Nate mengatakan bahwa hal itu merepotkan karena Nate merupakan pria yang bebas.

"Tidak, tidak. Mana mungkin orang rendahan seperti saya berani mengejek Anda, Yang Mulia."

Allan mendengus.

"Yang Mulia, saya sudah tahu banyak soal orang yang cocok menjadi bagian dalam pasukan kita."

"Kerja bagus. Notabene sebagai pedagang membuatmu memiliki akses untuk banyak informasi. Teruskan. Jangan berhenti memberikanku informasi tentang keluarga kerajaan juga."

"Tentu saja."

***

Allan mengembuskan napasnya frustrasi sambil memijat pelipisnya.

Pakaiannya saat latihan sudah diganti dengan pakaian berwarna putih yang elegan—yang entah mengapa mulai menjadi warna favorit Allan—beserta aksesori sederhana.

Allan melirik kue kering di atas meja. Racun.

Allan mulai kebal terhadap racun di dalam kue kering. Dia juga mulai bosan dengan permainan dua pangeran yang berusaha membunuhnya secara perlahan.

Tak!

Allan meletakkan cangkir teh yang sudah dia teguk dengan sedikit kasar, lalu mengembuskan napasnya lebih berat.

"Sialan."

Allan kesal. Sangat.

Apalagi ketika dia mendapati panggilan bahwa Louise mau menemuinya di ruang kerja.

Allan terkejut. Bahkan, selama ini Allan tidak pernah bertemu dengan Louise kecuali saat pertama kali mereka bertemu.

Ketika Louise menatapnya dengan tatapan rendah dan mengumumkan kalau Allan adalah Pangeran Keenam di Kerajaan Teratia. Lalu pria yang menjabat sebagai raja itu memberikan Istana Jersville pada Allan, istana para selir yang rendahan.

"Sebentar lagi hari ulang tahunmu yang ke tujuh belas. Aku berencana untuk merayakannya."

Suara berat Louise masuk ke dalam memori Allan. Seolah memutar film.

"Maaf, Yang Mulia?"

"Carilah ketenaran di sana."

"Ya?"

"Apa maksudmu?"

"Kenapa Anda ingin merayakan hari ulang tahun saya secara tiba-tiba seperti ini?"

"Karena kau akan cukup berguna."

"Berguna ...?"

"Aku berencana untuk memasukkanmu ke dalam calon penerus tahta."

"Mengapa?"

Allan tidak pernah mendapat jawabannya. Louise hanya mengusir Allan dari ruang kerjanya dan Allan akhirnya kembali ke Istana Jersville dengan perasaan kalut.

Memasukkan Allan ke dalam calon penerus tahta?

"Bajingan itu, dia mau melakukan apa?"

***

1 Desember tiba dengan cepat.

Allan tidak pernah benar-benar menantikan tanggal ini.

Biasanya, setelah Allan mengenal Helia, Allan pasti akan merayakan hari ulang tahunnya berdua saja dengan Helia. Dengan dekorasi seadanya di Istana yang kumuh itu.

Akan tetapi, tahun ini berbeda. Perayaan ulang tahunnya sekaligus upacara pendewasaannya akan dilaksanakan beberapa jam dari sekarang.

"Allan."

Allan yang sedang dibantu beberapa pelayan untuk pakaiannya, menolehkan kepala ketika seseorang memanggilnya.

Suara lembut itu sudah dikenal pasti oleh Allan.

"Helia."

Gadis berusia dua belas tahun itu sangat manis dengan balutan gaun berwarna cream. Aksesori sederhana tetapi elegan dan manis. Tata rambut yang tidak menunjukkan kesan dewasa tetapi tidak juga kekanakan.

"Nona Helia. Yang Mulia Pangeran sedang bersiap," ujar Kepala Pelayan dengan sopan.

"Aku tahu," balas Helia. "Makanya aku mau lihat."

Allan tersenyum miring. "Masuklah."

Helia dengan sigap memasuki ruangan kamar Allan. Ruangan ini luas, tetapi tidak mewah. Seluruh barang di dalamnya bisa dikatakan bekas dan beberapa titik sudut ruangan bahkan memiliki debu yang tersisa.

"Allan. Saat kamu memasuki ruangan pesta, kamu akan masuk sendiri?" tanya Helia.

Allan mengangkat sebelah alis. "... Tentu saja."

"Oh."

Allan mengabaikan balasan singkat Helia, meski laki-laki itu merasa aneh dengan nada kecewa Helia.

Beberapa menit kemudian berlalu. Allan sudah siap dengan balutan pakaian berwarna putih dan emas, tidak lupa aksesori berat dan menyebalkan bagi Allan karena memakan waktu satu jam hanya untuk memasangnya.

Jubah yang tersampir di sebelah bahunya sedikit berat. Allan mengernyit tidak suka.

"Allan." Helia menghampiri Allan yang sedang menatap refleksinya di cermin besar.

Seluruh pelayan sudah keluar dari kamar dan bersiap di halaman depan Istana Jersville. Kereta kuda sudah diparkirkan dengan sempurna di depan gerbang, hanya tinggal menunggu Allan dan Helia untuk menaikinya.

"Helia?"

Allan melirik Helia sekilas. Kemudian menatap pantulan dua bayangan di cermin.

Satu sosok adalah Allan, sementara satu yang lainnya adalah Helia.

Ketika keduanya bersanding, keduanya tampak sempurna. Kesan yang ditampilkan adalah aura darah biru yang kuat, serta keeleganan yang tak terbantahkan.

Dengan pahatan bertatakan safir dan ruby, keduanya sama-sama menatap bayangan di cermin.

"Selamat ulang tahun yang ke-17," ujar Helia pelan.

Allan menatap Helia lewat cermin. "Terima kasih. Aku senang."

"Allan."

"Ada apa?"

Allan mengenyit. Allan merasa bahwa Helia bertingkah aneh.

"Jangan memulai pertengkaran di Istana Juliet. Aku tahu kamu sangat membenci Keluarga Kerajaan. Tapi tidak. Jangan pernah memulainya."

Allan tersenyum miring. Ini yang membuat Helia khawatir?

Tangan Allan naik, lalu membelai rambut hitam Helia.

Helia berteriak tertahan. "Rambutku sudah ditata selama setengah jam! Jangan dirusak!"

Allan terkekeh kecil. "Dasar. Mana mungkin aku memulai pertengkaran yang tidak perlu di sana? Lalu, apa artinya setiap penyelinapan kita keluar malam-malam, hm? Aku tidak akan melakukan hal yang bodoh, Helia. Percaya padaku."

"Tentu saja aku memercayaimu, Allan. Hanya saja, kamu akan bertemu dengan Yang Mulia Raja lagi, bukan? Kamu sangat membenci beliau, bukan?"

"Tentu saja." Allan merendahkan suaranya. "Dan tanganku lah yang akan menghabisinya."

Helia tidak bereaksi terhadap kalimat psikopat Allan.

Bersama-sama dengan Allan setelah beberapa tahun membuat Helia mengerti setiap seluk-beluk Allan.

Allan sebenarnya adalah seseorang yang sederhana dan cinta patriotisme. Allan pernah merasakan tersiksa, makanya hatinya sangat gatal ketika melihat rakyat Teratia tersiksa.

Seolah memakan racun di kue kering, doktrin sedikit demi sedikit, membuat kekebalan tubuh menghilang.

Hal yang sama dengan para rakyat.

Kekayaan mereka dikuras sedikit demi sedikit. Tunawisma dan kemiskinan mulai melanda. Membuat Teratia hancur berantakan dengan para penguasa sebagai pemenang.

Allan muak.

Sebagai seseorang yang pernah menderita oleh doktrin racun, Allan tidak ingin banyak orang mengalami hal yang sama seperti dirinya.

Allan mulai membenci Keluarga Kerajaan; pelaku utama dari setiap bencana di dalam diri rakyat.

Allan kemudian merencanakan revolusi. Sedikit demi sedikit. Mengumpulkan tenaga dari rakyat dengan proses yang memakan waktu lama. Lalu, mereka akan menggulingkan tahta.

Allan sangat yakin dengan rencana pemberontakannya.

"Helia. Jika aku menjadi raja nanti."

Allan memberikan jeda di kalimatnya.

Helia menatap Allan langsung. Tepat pada manik safir yang menenangkan seolah seluas langit yang biru. Helia bisa melihat keinginan untuk kebebasan di sana. Membuat gadis itu lagi-lagi terpukau.

"Jika aku menjadi raja nanti, apa kamu mau terus berada di sampingku?"

Kedua bola mata Helia membulat sempurna. Terlebih, di mana kedua pasang mata membuat kontak.

Helia mengalihkan pandang dengan gugup.

"Te-Tentu saja! Aku akan terus bersamamu, Allan! Pertanyaan bodoh macam apa yang kamu bicarakan?"

"Hei, bahasamu?" Allan tertawa kecil. "Aku terlalu banyak mengajakmu keluar istana, jadi kamu memasukkan kalimat kasar itu ke kamusmu, hm?"

"A-Apa?!" Helia merona, dia meremas rok gaunnya dengan malu.

Helia juga sadar kalau dia tidak pernah bicara kasar seumur hidupnya. Jadi, Helia tahu kenapa Allan tiba-tiba menggodanya.

"Intinya, kamu tidak akan meninggalkanku, bukan? Apa pun yang terjadi?"

Helia menatap sorot serius Allan lalu mengangguk.

"Apa pun yang terjadi. Aku akan berada di sampingmu. Selalu."

"Aku juga akan terus berada di sampingmu, Helia. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu."

Helia tersenyum dengan perasaan berdebar yang menyenangkan.

***

writer's corner:

Di samping Allan tapi tidak benar-benar di samping Allan. Paham?

Jangan lupa komentar<3!

28 Juli 2022