webnovel

little Miss wife

SHEVAN MAJUNDA seorang CEO dari salah satu perusahaan terbesar di kota lane, sikap dingin dan tidak peduli terhadap para wanita yang mendekatinya. laki-laki berprinsip kuat dalam hidup dan mempertahankannya cintanya. hari sudah pagi itu terlihat dari lebarnya senyum dari sang matahari menyapa seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan. cuit...cuit...cuit suara burung yang bersenandung riang menandakan pergantian gelap dan terang. seperti janji sang matahari dia akan kembali bagi kamu yang merindukan sosok cahaya yang menyinari hidupmu kata-kata yang bagus bukan. shyaya baru saja bagun dari tidurnya wajah imutnya terlihat cantik diterpa sinar matahari yang menembus dari jendela kaca "ahk...silau sekali" dia kembali menarik selimut dan menutupi wajah imutnya itu melihat tingkah laku shyaya seperti bayi shevan mulai geram melihatnya. "shyaya apa kamu tetap tidur atau aku yang memaksa kamu bangun" gumanya shevan kesal "lima menit lagi aku bangun" jawabnya malas "okey, kamu yang memaksaku" "BRUKK" "ahk...sakit" shyaya menatap shevan "kamu pikir aku ini kambing yang seenaknya saja dilempar" "jauh dari kata itu" jawab shevan dingin "kauu.."

Vicloss_ty · Urbano
Classificações insuficientes
16 Chs

PERTAMA KERJA

shyaya yang seharian memeriksa dokumen dokumen yang ingin diserahkan kepada atasannya, terlebih dulu shevan menguji kemampuan shyaya walau shevan tau kemampuan shyaya tidak jauh dari kemampuan dia, hanya saja dibidang ini shyaya tidak terlalu paham. kemampuannya hanya dibidang disain dan perencanaan maka itu Shevan harus menguji kemampuan dia dibidang sekertaris yang akan memahami dokumen dokumen yang akan diperiksa oleh shyaya dan mempelajari semua apa yang sekertaris harus lakukan.

setelah waktu yang diberikan shevan kepadanya telah mencapai kesepakatan, menarik nafas panjang shyaya harus siap dengan pertanyaan" yang akan diutarakan.

ruangan megah yang memiliki desainer ala Amerika tersebut dengan wajah yang suram yang dimiliki seseorang pemuda tampan yang duduk di kursi kebanggaannya, melirik jam yang ada dipengelangan tangan yang menunjukkan pukul siang hari melirik pintu ruangan yang belum ada tanda-tanda seseorang masuk.

"semangat shyaya kamu pasti bisa" bantin shyaya yang sedari tadi menarik napas panjang dan menghembuskan pelan.

dengan ketukan tiga kali shyaya mendorong pintu masuk pelan melihat yang punyak ruangan asyk dengan dokumen yang ada ditangan membuat hati shyaya berdebar kencang. dia tidak tau harus bersikap seperti apa, karena dia ada dikantor dan itu adalah boss besarnya maka dia bersikap ala bawahan terhadap atasan.

"aku telah siap" dengan senyum dipipi mulus itu shyaya terkekeh geli dipuncak otaknya ingin memanggil pak CEO seperti karyawan lainnya tapi saat mulutnya dibuka panggilan itu malah hilang lenyap, ntah kenapa shevan malah ingin melihat wajah shyaya yang berdiri didepannya yang sepertinya tidak tau sopan santun sama sekali, ingin di tegur malah membuat permusuhan antara kaum hawa dan adam "sialan" gumamnya dalam hati.

"duduk" jawabnya shevan.

shyaya menurut perintah bossnya, duduk dengan tenang dihadapan siluman ular membuat emosional shyaya naik.

"apa kamu yakin dengan keputusan mu" bukan malah membahas tentang perusahaan shevan malah membahas yang diluar tugasnya.

"bukan keputusanku tapi keputusan kakak" jawabnya shyaya sinis.

"ahhk, pekerjaan mu disini bukan hanya sekertaris"

"apa maksudmu, aku bekerja sesuai tugasku, diluar Tugasku aku tidak akan melakukan apapun". jemari tangannya mengepal kuat ingin rasanya dia meninju pria yang dihadapannya tapi shevan malah tertawa melihat tingkah lalu shyaya seperti gadis yang tidak dibolehkan bermain.

"bukankah apa yang aku perintahkan kamu akan menurutinya sepertinya kamu lupa tingkatanmu disini nona Shyaya" jawabnya shevan dengan nama yang agak ditekan.

emosional shyaya telah di puncak melototi kearah shevan dengan suram "baik, akan aku lakukan" balas shyaya dingin, dia tidak ingin berlama-lama dihadapan siluman ular maka itu dia terpaksa mengiyakan segala ucapannya.

"segera persiapkan dokumen apa saja yang ingin dibawa keruang rapat". kebetulan akan diadakan rapat oleh dewan direksi perencanaan yang harus dihadiri oleh shevan.

"ahh, apa kamu tidak bisa liat waktunya makan siang?" tanya shyaya bingung "apa dia mau membuat ku mati kelaparan" guman shyaya pelan. tapi masih bisa didengar oleh shevan.

shevan mengangkat sedikit bibirnya keatas dia tau ini waktunya makan tapi dia ingin melihat cara kerja sekertarisnya, ntah kenapa dia merasa bahagia membuat shyaya jengkel dipertama kerja.

"apa kamu ingin bekerja disini?" ucap shevan datar menatap wajah shyaya "aku tidak menerima penolakan" ucapnya lanjut "kembali, selesai tugasmu SEKARANG!".

"baik" balas shyaya membungkuk, dia tidak ingin berdebat dihari pertama kerja maka dia harus mengalah untuk pertama kalinya.

shyaya segera membuka pintu dengan tatap tajam dia ingin sekali memberikan pelajaran padanya, tapi karena ini di kantor maka shyaya harus menahan amarah yang telah memuncak di kepalanya. "shevan liat aja dirumah" batin shyaya yang telah membuka pintu ruangan shevan.

shevan tersenyum memandang punggung shyaya dari belakang yang semakin menjauh dia bisa merasakan amarah shyaya kalau saja itu bukan di kantor makan habislah shevan ditonjok shyaya hahah.

shyaya mulai memeriksa dokumen yang ingin dirapatkan nanti, setelah dipelajari olehnya dan sedikit dibantu oleh karyawan lainnya shyaya telah paham apa saja yang ingin dirintisnya diruang rapat, tidak menunggu lama persiapan telah matang untuk rapat ini, walau tidak mudah tapi dia tetap yakin apa yang dipikirkannya.

tidak perlu jauh-jauh hari untuk menguasainya hanya hitungan menit saja dia paham dengan perencanaan proyek tersebut "anggap saja aku telah lama bekerja di perusahaan ini menyelesaikan tugas seperti ini sangat mudah bagiku" guman shyaya pelan tapi masih bisa di dengar oleh karyawan lainnya.

"sha, waktunya rapat" ucap karyawan lain yang berstatus jomblo namanya ketty woat. dia salah satu teman baik shyaya, sejak dia belajar membahas dokumen dokumen yang telah di serahkan tadi pagi ke shyaya ketty yang membantunya, kitty juga yang memberi semangat buat shyaya makanya shyaya sangat senang didekat ketty walau belum sehari tapi rasanya telah perkawan lama.

shyaya hanya mengangguk sambil senyum kearah ketty yang tidak jauh sih dari meja kerjanya paling cuma 2 meter.

"tuk tuk tuk" suara pintu yang diketuk seseorang dari luar.

"masuk" ucap shevan tampa melirik pintu.

"maaf pak, karyawan perencanaan telah menunggu bapak diruang rapat, apa kita bisa segera kesana" ucap shyaya datar baru pertama kali shyaya mengucapkan bapak ke atasannya, walau tidak biasa shyaya harus bersikap profesional layaknya karyawan lainnya. baru diluar kantor dia akan menghajar boss yang sok iyaa itu.

"baik, ehh apa kamu telah menyiapkan semua apa yang saya butuhkan?" ucap CEO yang sedikit menyelidik baru beberapa menit shyaya telah siap untuk melakukan rapat pertama, bahkan dia akan melihat karyawan perencanaan pertama kalinya.

"tentu, semua telah ada disini" jawab shyaya menunjukkan dokumen yang ada di tangannya.

shevan merapikan kemejanya, mengambil jas hitam yang diletakkan di belakang kursi untuk dikenakan setalah rapi dia berjalan mendahului shyaya, tidak ada yang bicara saat mereka berjalan menuju ruang rapat shyaya hanya membuntutinya dari belakang.

"katanya CEO mengganti sekertaris selena, apa itu benar?" ucap salah satu karyawan wanita yang ada diruang rapat tepatnya musuh besar sekertaris selena dalam percintaan.

"benar, aku tadi berpapasan dengan seorang wanita baru pertama kali aku liat dia disini" jawab salah satu diantara mereka.

"tepat, itu adalah sekertaris CEO yang baru" ucap jimin yang sedari tadi kesal mendengar ocehan mereka, kebetulan sekali CEO dan juga sekertarisnya tiba di ruang rapat.

semua orang yang ada diruangan tersebut berdiri saat menyadari CEO tiba di sana, memberikan hormat dibalas dengan lambaian tangan oleh atasannya.

shyaya melirik kiri kanan kebetulan ada kursi kosong.

melihat shyaya yang telah duduk di salah satu kursi tepat samping kanan pria itu dia tersenyum begitu juga dengan shyaya membalas senyuman disebelahnya.

shyaya mengambil buku kecil tidak lupa dengan pena yang langkah dan unik di genggamnya beberapa karyawan menoleh kearah pena tersebut shyaya yang menyadari arah mata mereka kepena ternyata benar tidak hanya unik tapi kepala pena tersebut menunjukkan wajah marah. pena itu bisa diganti wujud loh seperti apa yang diinginkan sang pemilik.

"laksana presentasinya" ucap CEO, yang membubarkan arah pandang karyawan.

"baik pak, kami telah meninjau lokasi strategis untuk proyek besar ini, dengan tertara disain yang menarik, lokasi ini tepat di suatu perkampungan penduduk yang sejuk dan nyaman untuk berlibur disana. dari informasi yang kami dapatkan tempat ini tidak jauh dari danau viled dengan keindahan dan pohon-pohonan terdapat wisata kuliner. tidak hanya it..." direktur perencanaan terdiam melihat reaksi CEO yang sadari tadi menatap seseorang, akhirnya dia mengikuti arah pandangannya tepat di sekertaris CEO.

Sesaat ruang hening tidak ada yang bicara ataupun menoleh kearah CEO termasuk shyaya juga, dia dengan tenang mencatat hal-hal yang penting untuk perencanaan tidak lupa dengan poin poin yang harus di terapkan,seluruh karyawan mengikuti arah pandangan CEO mereka.

shyaya yang hanya asyik dengan pikiran serta bukunya mulai menyadari ada yang melototi dia, shyaya dengan santai menoleh kearah mereka semua tidak hanya dewan direksi menoleh kearah shyaya karyawan lainnya juga begitu dengan CEO yang sadari tadi sibuk melototinya.

shyaya diam terpaku tidak tau apa yang salah yang dia lakukan sehingga mereka menatapnya dingin seperti ini. pena yang dipengang shyaya berubah melototi dia tidak segaja memencet tombol powernya, semua yang ada disana terkejut dengan kepala pena shyaya yang unik.

"ada apa" tanya shyaya lemah.

tidak ada yang menjawab pertanyaan shyaya, Mereka malah melototinya balik.

shyaya yang sadari tadi gugup tidak tau apa salahnya dia menunduk menggigit bibir bawahnya kuat, jimin yang menyadari bibir shyaya terluka akibat gigitannya hingga darah segar mengalir disekitar bibir mungil shyaya.

"apa yang kamu lakukan" bisik jimin sambil memberikan tissue pada shyaya.

shyaya tersadar dari kepanikannya dia menoleh arah pria tersebut dengan luka yang ada dibibir manisnya.

"jangan sakiti dirimu sendiri" bisik pria itu lagi.

shyaya hanya mengangguk mengusap lembut bibirnya tanpa menghiraukan keberadaan mereka.