webnovel

sketsa sang pencipta 2

"Huaaaahh.. gubraakk.." tiba-tiba adik kelas yang ada di dalam UKS histeris dan membenturkan kepalanya ke besi yang ada di ranjang.

"Ratih, pegangin yang kenceng, itu kepalanya keluar darahnya" kata Doni panik.

Seketika Ratih yang ada di luar UKS langsung masuk dan ikut memgang tubuh adik kelas itu, anehnya dengan badan yang sekecil itu, dia bisa menghempaskan Doni dan Ratih.

"Huu.. uuu.. hahahaha.. Ting.. Ting..".

Setelah menghempaskan Doni dan Ratih, dia kembali membenturkan kepalanya ke besi yang ada di ranjang.

"Ada apa ini..?" Kataku yang baru tiba sembari melemparkan roti yang aku beli ke meja tunggu di depan UKS.

Entah bagaimana seperti ada suara di kepalaku yang menyuruhku untuk memegang jarinya dengan tangan kiriku, seketika itu aku memegang keningnya sambil membaca doa yang aku sendiri tidak merasa pernah menghafalnya.

Setelahnya dia pingsan, lalu kami memanggil guru piket yang langsung membawanya ke puskesmas terdekat.

Beberapa hari kemudian, aku beserta Doni dan Ratih berkunjung kerumahnya. Ternyata karena kejadian itu, orang tuanya jadi tidak terima karena merasa, sekolah tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan luka yang cukup parah pada anaknya, aku memaklumi hal itu, tapi kejadian itu begitu tak terduga, siapa juga yang mengharapkan mengalami kejadian seperti itu. Musibah adalah takdir, tanpa diminta pun dia akan tetap datang.

5 hari, sesampainya aku tinggal di asrama, ketika aku dan ke 4 temanku ingin joging, kami turun dari lantai 2 melewati ruang perpustakaan.

"Loh kok pintunya jam segini sudah terbuka ?". Gumamku karena melihat ada cahaya dari pintu yang sedikit terbuka.

Aku berada paling belakang diantara kami berlima. Ketika aku melangkah tepat di depan pintu, aku melihat ada adik kelas yang sedang tertidur di meja yang penuh buku.

"Semangat bener.. sampai ketiduran disini".

Tanpa kusadari, ternyata tepat di ventilasi yang ada di depan pintu aku melihat ada sosok yang melayang, tubuhnya transparan, tapi masih terlihat agak jelas rambut berantakan dan wajahnya yg berwarna hitam di ventilasi.

"Bro.. itu di perpus kok ada kayak cewek melayang pakai baju putih ya ?" Tanyaku sambil menyusul langkah temanku.

"Ah.. yang bener lu.. masa jam setengah enam pagi ada kayak gituan, halu kamu..". Dia menjawab begitu, tapi sambil berlari menjauhi ruang perpustakaan yang menyebabkan kami semua lari sambil terasa merinding yang ada di sekujur tubuh.

"Sial bener pagi ini ya, mau joging doang kok sudah ada yang aneh begitu".

"Sudah.. nggak usah terlalu difikirin, toh dia nggak mengganggu kan" jawab Rio sambil tersenyum.

Di dalam asrama sekolahku satu ruangan berisi 8 orang, agak sempit sih, tapi ya bagaimana lagi, demi menghemat uang.

Di suatu malam beberapa hari setelah kejadian ruang perpustakaan, kembali aku mengalami hal aneh.

Suasana pada malam itu ramai, kami mengobrol sana-sini, sambil minum kopi dan memakan gorengan. Ketika kusadari ternyata sudah mendekati jam 10 malam, temanku memutuskan untuk tidur dulu sementara aku masih bangun untuk mengikat sepatu.

Posisi kamarku dan kawan-kawan ada di lantai 2, dan di belakang tembok asrama ada sebuah makam dari perintis berdirinya sekolah dan asrama. jadi tidak mungkin ada yang bisa mengetuk jendela malam hari.

sesaat sebelumnya,

"eh.. Fatan disini tuh kalau malam nggak boleh berisik, apalagi ngetok-ngetok lemari, bisa memancing penghuni di sini buat menjahili orang yang ribut".