Kadang hidup tak semulus yang kita bayangkan. Berbagai duka seperti mengerak dalam hati. Tapi bukankah hal itu yang dapat mendewasakan?
•••
Anneta masuk ke dalam rumah. Gadis itu melempar tasnya di sofa kemudian duduk sambil menutup wajahnya. Ariel datang dengan baju serba hitam, kemudian duduk di sebelah Anneta.
"Sana siap-siap. Kita pergi ke pemakaman Papi," ucap Ariel.
"Harus banget ya kita pergi?" tanya Anneta. "Kita kan bukan siapa-siapanya Papi lagi!"
Ariel menghela napasnya, "Jangan ngomong gitu, ntar Papi nggak bisa tenang di sana."
"Biarin aja. Emang masalah buat Ann?" ucap gadis itu acuh tak acuh.
"Kamu nggak boleh gitu, Ann."
Anneta melipat tangannya, "Kenapa sih, Mami selalu belain Papi? Apa Mami lupa gimana dulu Papi udah kejam sama Mami?!" tanya Anneta.
Perempuan paruh baya itu menguatkan hatinya, dia melihat ke arah Anneta yang sekarang sudah menitikkan air mata.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com