webnovel

Tamu tak dikenal

"Aghhh!"

"Dasar sialan," Bara mengamuk di dalam kamarnya, ia seperti tidak tenang. Karena kejadian tukang ac, dan mereka di ketahui.

"Sial! Tukang ac bajingan," ujar Bara mengamuk.

"Ada apa dengan dirimu?"

"Apakah dia semalam melihat kita sedang bermain, itu sama saja memberikan diriku gratis, bajingan!"

Sumpah serapah terus terusan keluar dari mulut Zean.

"Sudah diamlah, biarkan saja dia. Dia tidak akan menceritakan ini," ujar Zean merasa yakin.

"Kau benar benar yakin? Bagaimana kalau ia menyebarkannya ke orang- orang?"

"Ohh sayang, kau sangat ke takutan ya," Zean memeluk Bara.

"Lepaskan aku!"

Zean menuruti perkataan Bara, ia melepaska pelukannya di tubuh Bara.

"Aku benar - benar takut untul hal ini, apa lagi kalau ini sampai ke orang tuaku, mungkin aku akan mati."

"Aku tidak akan membiarkanmu mati segampang itu."

"Bagaimana kau yakin?"

Zean tersenyum, ia tak mau membahas itu lagi.

"Sudahlah, aku sudah berbincang dengannya. Lagian ia tak sengaja bukan," cetus Zean menyapu nyapu rambut Bara.

"..."

"Kau percaya denganku kan Bara?"

"Aku selalu percaya denganmu."

"Anak pintar," Zean bulak balik menciumi pipi Bara.

"Aaaaa... Zean hentikanlah."

"Sekarang tidurlah, aku juga ingin tidur."

"Zean," Bara menahan tangan Zean.

"Aku hanya ingin menghentikanmu, karena aku ingin tidur denganmu," cetus Bara.

Zean menuruti permintaan Bara, ia naik ke tempat tidur merapikan bantal senyamannya, kemudian Zean terletak di atas kasur itu, dan Bara sendiri menjadikan dada Zean sebagai bantalnya.

Zean mengelus elus rambut Bara manja.

"Bara, what are you thinkinh right now?" tanya Zean memandang Bara tersenyum tipis.

"Aku tidak tau. Apa yang ada di pikiranku saat ini, yang penting aku akan selalu di sampingmu."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa? Kau tidak mau jika aku di sampingmu selalu?"

"Bukan, akan aku jelaskan kapan kapan. Sekarang kau hanya perlu tidur."

Bara mengangkat kepalanya, ia bergeser ke tempat lain.

"Oiiy, kenapa kau menjauh dariku?"

"Kau bilang, kau tidak mau aku berada di sampingmukan?"

"Aku tidak bilang begitu."

"Apa aku perlu mengulang kalimatnya," memalingkan wajah.

"Kau salah artian bodoh, you are a special person in my life, you are the persob i always care about. Kau mengerti sekarang," Zean memukul kepala Bara pelan.

"Oiiy, bajingan," tetapi Bara kembali mendekati, ia pun tidur lagi di atas dada Zean.

***

Pagi harinya

Seperti biasa Zean bangun deluan untuk mempersiapkan sarapan, sebelum mereia berangkat ke sekolah.

Pagi itu karena semua sudah selesai ia siapkan, sebelum mandi Zean duduk di meja makan, sembari menunggu air, karena masih dingin.

Zean membuka ipadnya, ia mendapatkan pesan dari seseorang yang ia percayai di rumah utama.

"Maaf tuan Zean, jika mengganggumu. Aku hanya ingin menyampaikan bahwasanya tuan besar telah mengutus beberapa orang untuk datang mengunjungimu, bagaimana? Apakah orang itu telah datang?"

"Aku tidak tau, tetapi tidak satu pun ada yang datang kemari. Terimakasih atas informasimu."

"Ohh baiklah tuan."

"Tapi bisakah aku minta tolong kepadamu?"

"Minta tolong apa tuan?"

"Lacak dimana ke beradaan mereka, lalu kirim kepadaku."

"Baik tuan, beberapa menit lagi aku akan mengirim informasi terbaru kepadamu."

Percakapan di antara ke duanya pun berakhir, Zean melanjutkan untuk mandi, tetapi sebelum itu ia harus membangunkan Bara agar mereka mandi barang.

***

Setelah mendengar berita itu Zean mulai khawatir namun ia tau bagaimana caranya untuk tidak menampakkan ke khawatiran itu.

"Gawat, aku tidak bisa diam saja disini, aku harus segera bergerak cepat," Zean bangkit dari bangkunya, seperti biasa Zean tidak pernah memberi tahu Nata saat ia ingin pergi kemana pun.

Tak terlalu jauh dari tempat Nata duduk, Zean melirik Nata yang tengah asik menyalin catatan. Beruntungnya Zean karena disisi lain Nata tidak pernah menganggap Zean itu aneh, tingkah Zean sama saja baik pada saat itu, mau pun sebelumnya.

"Excuseme," Zean memasuki ke dalam kelas Bara. Kehadirannya membuat semua orang bertanya tanya siapa yang memasuki kelas mereka. Berbeda dengan Bara, ia terkejut ketika mendengar suara yang yang jelas jelas tak asing baginya, wajah Bara menunduk ia membulatkan matanya.

Apa lagi pada anak perempuan, mereka semua terpelongo melihat ketampanan Zean.

Mata mereka perlahan mengikuti kearah Zean yang menghampiri Bara.

"Bar," ujar Zean.

Bara tetap menunduk ia tak berani melihat wajah Zean.

Angga yang berada disitu hanya melihati Zean, kemudian matanya berpindah melihat Bara. Ia melihat Bara yang hanya diam saja, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

"Bar, aku butuh kau," ujar Zean dengan wajah dingin.

"Ada apa?"

"Ayo, ikut aku keluar sebentar," ujar Zean, kemudian ia pergi deluan keluar. Barulah Bara menyusul dadi belakang

"Zean kenapa?"

"Bara, hari ini aku kedatangan tamu jauh, cepat atau lambat mereka akan sampai kerumahku," jelas Zean dengan santai.

"Tapi bagaimana? Apa kita cabut?"

"Ia, kau mau cabut denganku?"

"Baiklah, aku mau," jawab Bara sebegitu cepatnya.

Untung saja ide mereka begitu cepatnya tidak di ketahui oleh guru.

Karena ide menipulatif Zean yang cemerlang, membuat mereka saat ini bisa berada dirumah.

"Kau memang luar biasa," memukul Zean.

"Oiiy mengapa kau memukulku."

"Hehe, kah hebat sekali mengarang, aku juga ingin jadi pengarang sepertimu."

"Diamlah, dan ayo masuk."

Mereka berdua memasuki kamarnya masing masing.

***

Tokk...tokkk...

Suara ketukan pintu berasal dari luar, Bara tanpa pikir panjang bangkit membukakan pintu, karena Zean yang berada masih di dalam kamar.

Bara pelan pelan membuka pintu, ia mengintip daei cela pintu ada 4orang yang berdiri menunggunya membukakan pintu lebar lebar.

"Nyari siapa ya?" tanya Bara agak takut.

"Kami mencari Zean," ujar mereka.

"Ta... tapi Zean-" ucapan Bara terpotong.

"Tidak ada tapi tapian dimana Zean!" bentak salah seorang dari mereka.

Mendengar suara itu, Zean sudah paham siapa yang akan datang. Ia menghampiri Bara.

"Ada apa? Oh kalian ternyata, ayo masuklah," ujar Zean mempersilahkan mereka ke dalam, ia kemudian mengunci pintu.

"Silahkan duduk dulu, aku akan membuatkan kalian minum."

"Ta... tapi."

Mereka sebenarnya tidak enakan, bagaimana pun juga Zeankan merupakan anak dari bos besar mereka.

"Kenapa? Kalian pasti hauskan."

"Bara kau bisa masuk ke kamaemu dulu, atau ke ruangan itu," menunjuk ruang red room.

"Baiklah," Bara naik ke atas, langkah Bara terus terusan di perhatikan Zean.

"Jadi ada apa kalian datang kemari?"

"Bos besar memerintahkan kami."

"Ohh begitu, tidakkah kalian bisa menolak perintahnya itu?"

"Maa.. mana mungkin kami berani," ujar mereka menunduk.

"Sepertinya ada hal serius disini," Zean mengeluarkan pistolnya.

"Aku ingin menggunakan ini, tetapi sayang sekalu pria kecilku saat ini berada di rumahku," Zean bangkit dari tempat duduknya, ia menghampiri Bara ke kamarnya.

"Bara ayo ikut denganku," ujar Zean.

"Ada apa Zean?"

"Bara bagaimana kalau malam ini kau menginao di rumah Angga."