webnovel

Hukuman selesai 18+

MOHON MAAF JIKA CERITA INI MENGANDUNG UNSUR PELECEHAN, DAN KATA KATA KASAR🔞

Bara merasakan sakit bekas cambukan yang luar biasa, sekaligus mulai tumbuh rasa benci di hatinya terhadap Zean, namun Bara hanya bisa diam karena semuanya mengalahkan rasa sakit yang di cambuk Zean.

"Aaaa..."

"Sudah aku bilang, jangan bermain main dengan aturan yang sudah ku buat!" bentak keras Zean.

Ctasshh...

"Aaa Zean," teriak Bara ke sakitan, seluruh tubuhnya berkeringat dingin menahankan cambukan itu.

"A.. aku hanya-"

Ctasshh...

"Aaagh..."

Belum selesai Bara berbicara, Zean malah mencambuk lebih keras.

Zean memegang pipi Bara keras, "Sekarang apa lagi?" tanya Zean dengan geram.

Zean membuang kasar pipi Bara.

"Cuiih," Zean meludahi wajah Bara tega.

Orang itu hanya diam, karena tangan nya yang di borgol, dan kakinya yang di ikat membuat tubuhnya tak berdaya.

"A ampun, aku hanya-"

Ctasshh...

"Aaahhh..." teriakan Bara semangkin keras.

"Jangan menjerit, atau aku akan menggantungmu.

"Ampun," Bara menggigit gigi bawahnya sebagai pelampiasan menahan rasa sakit.

Ctash...

Ctashh...

Ctashhh...

Zean semangkin lama semangkin kuat mencambuk tanpa henti, membuat tubuh kecil Bara melemas.

"Su... dah Ze- ze an hentikan," lirih Bara dengan suara yang perlahan menghilang, mata Bara berkaca kaca menahankan ke sakitan.

Tubuh lelaki itu akhirnya benar benar pingsan di ikatan.

"Ouhh kasihan, kau sudah pingsan ya," menyapu pipi Bara.

"Im sorry," Zean mengambil dasi, menyumbatkan dasi itu kedalam mulut Bara, ia juga menggantung Bara dalam ke adaan yang sudah pingsan.

"Im sorry Bara, ini sedikit kasar, aku tau itu. Tetapi aku mencintaimu," Zean membuang cambuknya ke atas tempat tidur yang berada di ruangan itu.

Zean keluar, ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 03.08, kemudian Zean beranjak ke dapur mengambil air di dalam kulkas, dan membawa potongan buah buahan yang sudah di sediakan.

"Oh tidak ada garpu ya," Zean mengambil pisau.

Dan ia kembali ke ruangan itu.

"Hyy baby," ujar Zean menutup pintu.

Zean berdiri membungkuk di belakang kursi menatap Bara yang sudah pingsan.

"I'm concerned about you," ujar Zean menyiramnya dengan air dingin yang ia ambil dari kulkas tadi.

"Kau terlihat imut," ucapnya duduk di kursi sembari menonton Bara yang ia gantung.

Zean menikmati buah yang berada di tangannya itu, apa lagi ia memakan buah itu dengan ujung pisau tadi.

***

Zean duduk di meja makan dengan membawa air putih, dan roti. Ia minum sambil memainkan ponselnya.

Tanpa sadar sudah 40 menitan Bara sibuk dengan ponselnya. Ia seakan melupakan Bara yang ia hukum di kamar.

"Hello," ujar Zean yang masih membuka pintu sedikit.

Mendengar suara Zean, Bara membuka matanya.

Zean smirk. Lalu ia duduk di pinggir kasur melihati Bara, ia tersenyum tipis.

"Mengapa kau diam saja?"

Bara melihat Zean dari samping, mata Bara seperti marah bercampur aduk. Tetapi apa boleh buat dirinya saja sekarang hampir sakarat.

"Apa kau aka melakukannya lagi," bentak Zean tiba- tiba.

Zean melihat cambuk yang berada di tempat tidur.

Ctashh... melibaskan cambuk itu ke udara.

Mata Bara tertutup takut.

"Ups sory, and sekarang sudah pukul 07.15, apakah kau akan ke sekolah?" Tanya Zean melepas dasi yang menyumpal mulut Bara.

Bara hanya diam meredupkan amarahnya sendiri, karena ia sadar kalau ia marah pun semangkin akan membuat Zean bertambah emosi.

"Jadi apakah kau mau pergi sekolah?"

Bara mengganguk.

Zean pun memurunkan rantai yang menggantung Bara, ia melepas borgolan, dan rantai pengikat kaki Bara.

Bara akhirnya di lepaskan, namun pada saat ia mencoba berdiri sendiri kakinya gemetar, tubuh Bara tak mampu menahani lagi ia pun jatuh kembali. Untung saja Zean yang berada disitu telah siap siaga dengan Bara.

Zean meletakkan tubuh Bara ke tempat tidur.

Tokk...tokk...tokk...

"Shit," siapa yang datang begini pagi pagi," Zean keluar memutup pintu.

Pov: Zean

"Oh kau, ada apa?"

"Aku haha berkunjung."

"Ckk," Zean seperti malas malas menerima tamunya itu.

Ia membawa ke meja makan, mereka berbincang berdua di sana.

"Joy, seberapa lama lagi kau mau disini?"

"Auhh Ze," lelaki itu berdiri di belakang Zean ia menggoda Zean, namun awalnya Zean merasa jijik tetapi Zean akhirnya tergoda juga.

Zean memeluk Joy dari belakang, mengisap leher Joy.

"Ahh hyung," desah Joy.

Mereka berdua membuat adegan panas di dapur.

Zean melupakan Bara yang berada di dalam ruang hukuman.

Ke adaan Bara semangkin membaik ia, berusaha sekuat tenaga bangkit dari situ.

Bara keluar pelan pelan ia melihat Joy, dan Zean sedang melakukan adegan panas. Bara kaget melihat Ke duanya disitu, begitu pun dengan Zean yang terkejut melihat Bara yang sudah sadar, Zean menulakkan Joy pelan.

"Aku mau ke kamarku dulu, kalian lanjutkan saja," ujar Bara lemas.

Bara berlanjut masuk ke kamarnya, ia hanya menangis di dalam kamar melihat tingkah Zean, namun dirinya tidak bisa berbuat apa apa.

"Setelah aku sembuh, aku akan pergi darisini," tegas Bara.

"Joy pakai bajumu, sekarang pulanglah aku ada perkara disini," ucap Zean memakai celana dalamnya.

Joy melihat wajah Zean yang serius, ia pun menuruti ucapan Zean sepenuhnya.

***

Zean mengetuk ngetuk pintu kamar Bara namun Bara di dalam tidak ingin membukakan pintu itu, apa lagi melihat wajah Zean saat itu.

"Bara buka pintunya."

"Bar!"

"Kau mendengarku kan?"

Aku benar benar membiarkan lelaki itu di luar.

"Bara, I'm coming," mengetuk.

Aku mengambil bantal menutup telingaku agar tak terdengar suaranya.

"you are fine there? Oke!"

"just this once," lanjut Zean.

"Oke," ia pergi karena tidak mendapat sahutan dari Bara.

Akhirnya Zean meninggalkan kamar itu dengan senang hati, Zean kembali keruangan Bara di hukum.

Ia memberesi ruangan itu, menaruh kembali peralatan ketempatnya masing masing. Setelah selesai Zean kembali ke kamarnya.

Di kamar Zean.

"Ini hanya masalah waktu biarkan Bara membaik dengan sendirinya," ujarnya memandang keluar jendela.

Zean, mengambil rokok di dalam sakunya, ia meniupnya pelan pelan, mengelurnya santai.

Hari ini aku tidak melakukan aktivitas apa pun selain di rumah menunggu Bara membaik.

Aku juga sedang menunggu beberapa temanku yang akan datang ke rumah ini, untuk memperkenalkan Bara kepada mereka.

"Hufff...Bara kecil, i really lov you baby," ucap Zean pelan.

"Bara kau adalah peliharaanku, yang akan aku sayang," menutup pintu jendela dengan ke dua tangannya.

Bara berdiam diri di dalam kamar nya ia benar benar malas melakukan apa pun saat ini, apa lagi Bara harus menahankan sakit bekas cambukan tadi malam.

"Sial," ujar Bara memejamkan matanya dan menangis di dalam kamar.

"Aku benar benar membencimu Ze."

"Aku benci Z E A N."