webnovel

Davin

Pagi itu Bara terbangun sangat cepat, tak seperri biasanya kali ini ia bangun subuh subuh buta. Jam 05.00 Bara telah bangun, ia keluar dari kamarnya lalu ia turun kebawah, sampai di dapur ia mihat Zean yang keluar dari kamar di pojokan itu, yaitu kamar hukuman ia waktu itu.

"Zean," sapa Bara.

"Eh kau," Zean langsung menutup pintu itu, Zean melihat Bara dengan perasaan yang sedikit canggung.

"Kau sudah bangun ya Zean? Apa kau tadi malam tidur di kamar itu?"

"Ia, aku ketiduran setelah aku selesai membersihkan ruangan itu. Oh ia tumben engkau cepat bangun, ada gerangan apa?"

"Ga adasih, aku nanti piket kelas, kau sendiri mengapa bangun sepagi ini?"

"Karena aku nanti akan pergi ke sekolah lamaku."

"Kamu serius Zean?"

"Ia, aku lupa memberi tahumu tadi malam. Sewaktu itu wali kelasku meneleponku menyuruh datang mengurus berkas berkas, karena berhubung aku sudah kelas 12."

"Eee... Zean," Bara mendekat ia kemudian memeluk Zean.

"Tenanglah," Zean membalas balik pelukan Bara, lelaki itu mengelus elus kepala peria kecil yang berada di hadapannya.

"Zean bakalan ninggalin aku."

"Tenanglah, aku akan pulang cepat."

"Kau janji akan pulang cepat? Aku tidak ingin sendirian disini."

"Aku janji padamu, kalau aku akan pulang cepat nanti, lagian juga aku tidak tidak tahan bila harus jauh darimu lama lama," mengecup kening Bara.

Mereka masih berdiri di depan pintu kamar yang menjadi temoat hukumanku itu, aku memeluk Zean sangat erat, bahkan hari itu juga aku tidak ingin ia pergi.

Kalau pun Zean mau pergi ia harus bersamaku.

"Bara ayo kita mandi, aku akan mengantarkanmu nanti ke sekolah."

"Tapi itu akan memakan waktumu nantikan."

"Tidak masalah, asalkan kau sampai ketujuan," ujar Zean yang mengandeng kamar Bara pergi ke kamar mandi di bawah.

Mereka pun selesai mandi.

Di kamar Zean.

Aku telah selesai memakai pakaian sekolahku, tinggal aku menunggu Zean yang masih mengenakan bajunya, tak berapa lama Zean pun selesai ia mengenakan baju kaos, dan celana zens nya yang sobek di bagian lutut.

Aku melihati penampilan Zean dari atas hingga bawah.

"Zean apa kau ingin mengenakan pakaianmu seperti ini?"

"Ia emangnya kenapa? Aku nantikan memakai jeket lagi," menaikkan alisku. Lagian aku rasa pakaianku tidak ada yang salah.

"Ahh Zean pakaianmu tidak rapi, mana mungkin kau pergi ke sekolah dalam ke adaan seperti ini," aku juga melihat rambut Zean yang belum di sisir.

"Memangnya kenapa?"

"Kalau kau mengenakan pakaian ini, kau tidak rapi apa kata guru gurumu nanti, sini biar aku ganti pakaianmu."

"Ouhh kau mau mengubah pakaianku, mengapa kau sekalian tidak memakaikannya, atau sekalian memakaikan pakaian dalamku," ujarku meledek Bara.

"Diamlah kau," ucapku mencari baju Zean yang cocok ia kenakan.

"Sini, sini Zean," aku telah memilih baju kemeja, dan celana hitam.

"Mengapa kau memilihkan kemeja, dan celana hitam itu?"

"Agar engkau terlihat rapi," ujar Bara membuka celana yang kukenakan pertama.

Kalau di lihat lihat cara Bara berpakaian memang rapi, apa lagi bajunya yang putih bersih tanpa ada kotoran sedikit pun di baju itu, Bara benar benar memperhatikan penampilannya.

"Sudah selesai," aku juga menyisiri rambut Zean.

"Terimakasih sayang," mencium Bara.

***

Pov: Davin

"Eeh coy," memukul belakang Davin.

"Apaan?" tanya Davin yang sedang fokus menyalin jawaban pr mati matika punya temannya.

"Aku dengar dengar katanya Zean nanti mau kemari ya?" ujar orang itu menarik bangku duduk di samping Davin.

"Apa!" tangan Zean berhenti menulis.

"Kamu serius?" tanya Davin ragu ragu, seperti yang ia tau temannya Alno sering sekali berbohong, dan bercanda. Apalagi Alno sering mengusilin Davin.

"Seriuslah ya kali aku berbohong."

"Aku ga mau percaya ucapanmu, kalau aku percaya ucapanmu sama saja aku tidak percaya sama tuhan."

"Anjing! Aku serius."

"Kalau kamu serius apa buktinya kalau Zean nanti mau datang kemari?"

"Aku tau dari buk Sindy, kepsek nyuruh dia buat ngasih tau ke Zean masalah sekolahnya, Zeankan hanya di keluarkan dari sini bukan di berhentikan semata, surat keterangan juga ga ada. Nah itu makanya buk Sindy nyuruh Zean datang."

"Ahh aku masih belum percaya," bagaimana pun sulit untukku percaya kepada ucapan Alno.

"Terserah kau saja," aku lanjut fokus menyalin pr temanku.

Hari itu aku biasa biasa saja sama seperti sebelum sebelumnya jam istirahat ke kantin, tetapi pada saat melewati ruang guru tadi aku semoat mendengan nama Zean. Mereka seperti mengobrol. "Kenapa Zean belum datang," aku hanya berhenti sebentar lalu lanjut kembali ke kantin.

Sebenarnya aku juga bertanya tanya apa mungkin Zean akan datang? Dari pada penasaran aku pun menanyakannya kepada Alno yang berada duduk di depanku.

"Al!"

"Apa?" Menyendok nasi goreng.

"Lo seriuakan kalau Zean mau datang? Atau lo cuma bercanda?"

"Ga mungkin aku bercanda, emang benar kok dia mau datang," jawabku sambil mengunyah nasi goreng.

"Tapi kok dia lama ya nyampainya kemari?"

"Mungkin kena macat kali," ujar eart, yang merupakan sahabatku.

"Ga mungkin kena macat selama ini."

"Mungkin ada urusan lain kali," sambung Al kembali.

"Ckk," aku memakan nasi gorengku pasrah sembari menunggu Zean.

Selesai kami makan saat hendak kembali ke kelas, kami bertiga melihat parkiran yang ramai, namub aku tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi begitu pun dengan Al, dan ear, kami terus saja ke kelas.

"Apasih yang mereka lihati?" tanyaku mulai penasaran.

"Tau ah, mungkin ada anak unta berubah jadi tapir arab kali," celoteh Al ngasal.

"Anjir, palingan juga habis berantam biasalah," lanjut Ear sembarang.

***

Pov: Zean dan Davin.

Di kelas.

Setelah Zean selesai dengan urusannya ia singgah ke kelasnya yang lama sebenatar untuk bertemu melepas rindu dengan tema temannya.

Zean masuk kedalam kelas, semua orang tercengang melihatnya, karena mereka sudah lama tidak bertemu wajah Zean juga banyak perubahan. Teman teman Zean pada masih tidak percaya kalau yang masuk itu adalah Zean.

"Mengapa kalian diam saja," ujar Zean yang naik duduk ke atas meja.

"Ze... Zean itu elu?" tanya Al tidak percaya.

"Yes thi is me, why?"

"Aaa Zeaannnn...," teriak Ear yang berlari langsung memeluk Zean karena mereka sudah lama tidak bertemu, kemudian teman teman yang lain oun ikut memeluk Zean yang berada di depan. Kecuali Davin yang hanya masih diam mematung di bangkunya.

"Ahh aku rindu sekali denganmu," ujar Ear yang mengacak ngacak rambut Zean.

"Kamu sekarang udah berubah banget ya Ze," lanjut Al.

"Aku juga rindu dengan kalian semua, but hy you! Come here why dont you join hugging me," ujar Zean memandang senyum Devin.

Akhirnya Davin bangkit gemetar mendatangi Zean.

Sampainya ia di depan Zean melihat Davin, begitu pun dengan Davin, ke duanya saling tatap tatapan.

"Come here close to me!"

Akhirnya Davin mendekat keduanya saling berpelukan rindu karena sudah 1tahun tidak bertemu, mereka berdua menangis haru, apalagi dengan Davin yang akhirnya bisa melihat wajah kekasihnya yang dulu lagi secara langsung.

"Aku benar benar merindukanmu Zean," Davin tanpa sadar menangis membasahi baju Zean.

"I know, aku juga rindu kau," ujar Zean yang juga ikut menangis dengan Davin.

Ke duanya benar benar bertemu kembaki dalam suasana haru bahagia.

"Aku kira aku tidak bisa melihatmu lagi."

Zean menyapu nyapu belakang Davin.