webnovel

24

"Zean, aku mau memberi tahumu bahwa besok aku ada kegiatan dengan adik kelas."

"Lalu?"

"Aku dengan, Angga, dan teman temanku lainnya."

"Lakukan saja semaumu, selagi kau bisa menjaga jarak dengannya. Aku tidak akan mengganggu, tenanglah."

"Kau tidak marahkan denganku?"

"Tidak, buat apa aku marah, sudah jelas bahwa kau hanya milikku, lalu buat apa aku harus takut kau dengannya, bukan begitu?"

"Kau benar Zean."

"Berjanjilah, kau tidak memperlakukan ia lebih, karena itu akan membuatku cemburu. Dan taukan apa yang terjadi?" tanyaku menaikkan alis.

"Ia, aku tau. Aku bakalan kau hukum ia kan."

"Nah itu kau tau, jadi aku tidak perlu menjelaskan lebih kepadamu."

"Ia aku tau, aku akan memperlakukan hal lebih, dan hal lainnya hanya dengan Zean saja," ucapku mencium kening Zean.

"Kalau begitu mari kita makan malam, aku sudah memasakkanmu ayam goreng asam manis."

"Kau tidak melupakan tomatnyakan?"

"Tentu tidak."

"Kau juga tidak lupa dengan kecapkan."

"Tidak," sekilas obrolan mereka sebelum sampai ke meja makan.

"Aku suka hal ini," ujar Zean.

"Kau merindukan sesuatu ya Zean?"

"Kemungkinan saat ini ia, tetapi biarlah itu."

Bara terdiam, ia merasa menyesal telah mempertanyakan itu.

***

"Malam ini kau tidur dengankh ya."

"Mengapa memangnya?"

"Aku memiliki banyak tugas, kau maukan menemaniku, ya sekalian jika kau rajin sambil membantuku," celoteh Zean mengunyah nasi.

"Baiklah, aku akan menemanimu, tetapi tidak untuk membantumu mengerjakan tugas."

"Terserahmu saja."

Bara memang benar benar menemani Zean, sesuai apa yang ia bilang. Zean mengerjakan tugasnya sendiri, sedangkan Bara ia hanya menonton tv, dan juga menikmati sedikit cemilan yang tersisa.

"Yah habis," ujarnya kecewa.

"Kenapa?"

"Habis, cemilannya."

"Ckk, ya sudahlah, kau lebih baik tidur saat ini."

"Kau sudah siap mengerjakan tugasmu?"

"Sedikit lagi."

"Aku akan menemanimu sampai kaj selesai."

"Buat apa kau menemaniku lagi, kau saja hanya makan, sambil tiduran, dan menonton," cetus Zean tersenyum.

Bara tidak bisa menjawab ia hanya ketawa cengegesan.

"Akhirnya siap," Zean merapika tugas tugasnya, ia juga menyusun loster mata pelajaran yang akan di bawa besok, kemudian setelah itu semua selesai Zean naik ke tempat tidur, ia sengaja mematikan tv karena ini sudah jamnya buat mereka tidur

"Ckk... kau ini Zaan."

"Lihat jam sudah menunjukkan pukul 22.50, kau harus tidur. Kau mau tidur jam berapa?" tanya Zean sedikit membentak Bara.

"..."

"Sini sayang sini," ujar Zean memanggil Bara menggunakan tangannya.

"Ada apa lagi."

"Kau tidak ingin tidur denganku?"

"Aghh, kau pasti ingin menghukumku kan," ujar Bara yang sudah terbiasa akan hukuman hal hal seperti ini.

Bahkan ia sudah hapal bagaimana cara Zean mengajaknya untuk berhubungan.

"Tenanglah Bara, aku tidak akan menghukummu, aku hanya ingi tidur malam ini bersamamu."

***

Sesampainya mereka ke sekolah.

"Astaga!"

"Ada apa Bar?"

"Aku lupa membawa bekalku."

"Sudahlah nanti aku akan membelikannya buatmu."

"Tapikan itu, sudah selesai aku buat."

"Tidak apa apa, aku akan membelinya dengan cintaku."

"Kau bisa aja."

"Sekarang, apa kau mau pergi meninggalkanku seperti sebelum- sebelumnya,"

"Tidak."

Mereka berdua berjalan begandengan, sampai keduanya harus berpisah jalur.

"Sampai bertemu nanti."

"Heyy Bara," seseorang merangkul Bara dari belakang, ia melihat tangan itu. Bara langsung mengenalin bahwa itu adalah Angga.

"Kau sekarang lebih cepat datang."

"Tentu saja, karena aku ingin menjadi murit teladan," cetus Bara sembarang.

"Ouhh baiklah, aku percaya itu."

"Angga banyak sekali buku yang kau bawa," cetus Bara melihat Zean mengekuarkan beberapa buku.

"Aku meminjamnya dari lerpus, aku hampir saja lupa untuk mengembalikannya kembali."

"Aku ingin mengembalikannya dulu ya."

"Baiklah."

***

"Eehh tunggu tunggu," ujar Bara.

"Ada apa Bar?"

Mara mengikut dengan Angga.

"Kau mau ke kantinkan?"

"Ia, mengapa memangnya?"

"Aku ikut ya."

Melihat ini Angga tidak yakin dengan Bara, ini benar benar seperti tidak Bara, yang biasanya sangat susah untuk keluar waktu jam istirahat, namun hari ini Bara mau ke luar.

"Tumben tumbenan, ada gerangan apa?" tanya Angga.

"Aku hanya ingin keluar, aku ingin jajan ke kantin, lagian aku lupa membawa bekal buat nanti."

"Ouh, ya sudah ayok."

Pov kantin.

Sampai di kantin Bara mengambil mie instan, dan memesan minuman, begitu pun dengan Angga.

Tak berapa lama Zean, beserta teman teman cowonya juga sampai di kantin, langkah Zean terhenti, melihat Bara yang menyeduh Mie itu dengan garpu.

"Ckk," dercit Zean.

Salah seorang teman Zean mundur menyenggolnya yang diam di tempat.

"Hayo, mengapa kau diam saja."

"Deluanlah, aku mau mengangkat telepon," saat itu juga teman Zean kembali pergi, dan ia berjalan dari sisi Bara yang ingin memakan mie itu, namun saat Zean lewat, ia merampas mie dari tangan Bara.

Zean melihati, Bara tajam. Sedangkan, Angga, dan Bara hanya diam dengan wajah kesal.

"Tidakkah ada seseorang yang melarangmu memakan makanan ini?" tanya Zean berhenti sebentar, kemudia ia kembali pergi.

"Sial!" dalam hati Bara.

Wajah Bara terlihat tidak kesal, ia sudah tidak mood lagi, Bara pergi dari kantin ke kelas, dengan cepat Angga mengejar Bara.

"Bar, Bara tunggu," mempercepat langkahnya.

Akhirnya langkah mereka bersamaan, Angga berjalan di samping Bara yang masih terlihat kesal.

"Sudahlah, aku akan membelikanmu nanti roti."

"Dia sangat bajingan, aghh," ujar Bara yang ingin mengamuk, tetapi Bara harus bisa mengontrol emosinya.

"Memangnya siapa dia tadi?"

"Entahlah, orang gila mungkin, aku juga tidak kenal dengannya. Yang jelas dia adalah laki laki sialan yang ku temui barusan," Bara sama sekali tidak menganggap Zean pada saat itu, karena gara gara Zean mood Bara berubah, ia jadi malas harus mengapain.

"Bara tenanglah, kau harus bisa mengontrol moodmu, ingatkan kita nanti akan melakukan kelompok belajar."

"Ia Angga, aku tau kok."

"Baguslah, kau tidak perlu memperbesar masalah yang tadi, anggap saja itu tidak terjadi. Kalau kau terus terusan mengingatnya itu bisa membuatmu semangkin emosi, kau tidak akan bisa mengontrol moodmu lagi."

"Kau benar, aku tidak perlu mengingat itu," perlahan moodku sedikit demi sedikit kembali memulih, karena di ingatkan oleh Angga.

"Angga, aku mau ke kamar mandi dulu ya, kau deluan saja ke kelas."

Pov kamar mandi.

Aku menutup pintu kamar mandi, di wc hanya ada aku sendiri.

"Ihhh Zean sialan, kau kurang ajar," menumbuk numbuk dinding, sebagai pelampiasan emosiku.

"Zean tidak tau diri," menumbuk keras dinding.

"Auww sakit," sebenarnya tanganku ke sakitan karena menumbuki dinding, tetapi itu tidak masalah karena aku menganggap dinding itu adalah Zean sialan.

"Aku benci kamu Zean, tapi aku sayang sama mu aghh," kembali tanganku menghantam dinding yang tak bersalah itu. Setelah merasa puas dengan kata kata makianku kepada Zean, aku pun masuk ke dalam kelas kembali.