Di tempat lain Iyosan sedang menikmati makan paginya perlahan-lahan sambil memikirkan seseorang.
"Siapakah wanita tuna wisma yang berada di kediaman keluarga Kenjiwa itu?"
Kemudian ia bertanya lagi, "Jika aku ke sana sekarang, apakah dia masih ada?"
Kemudian terlintas sebuah ide dalam pikirannya. Lalu ia pun segera menghubungi sopirnya.
Lalu sopirnya itu di ajak makan pagi bersama.
Tak pernah seumur-umur Iyosan mengajak sopirnya untuk duduk makan bersama-sama.
"Aneh. Sepertinya dia ada maunya dariku." Kata si sopir dalam hatinya.
Rupanya Iyosan dapat membaca pikiran si sopir. Lalu katanya dengan suara yang terdengar tenang.
"Makanlah dulu. Sesudah kenyang, barulah saya kasih tahu kamu apa yang harus kamu lakukan."
Mendengar itu malah membuat selera si sopir bukannya hilang malah semakin bertambah banyak.
Melihat makanan yang di ambilnya sebanyak itu, Iyosan berkata dengan suara pelan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com