webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Fantasia
Classificações insuficientes
181 Chs

Chapter 92 - Duel terakhir di benteng Drachen

Edward memberikan serangan terakhirnya dengan menggunakan teknik milik Belial tetapi tidak ada yang menyangka jika teknik itu hanya untuk mengelabui Ivalid yang merupakan musuhnya. Edward menerjang dan menciptakan kepulan debu, Ivaldi dengan lihai pula menghindari serangan Edward namun itu adalah akhir untuknya.

Diantara kepulan debu, Edward menyelinap kebelakang Ivaldi lalu ujung lancip pedang kayu Edward menyentuh punggung Ivaldi. Ia sudah tidak bisa menghindar, jika menganggap pertempuran sesungguhnya, maka Ivaldi telah tertusuk dari belakang.

Edward meraih kemenangan dan melambaikan tangannya kepada para kadet yang kagum dengan segala teknik dan gaya berpedang Edward. Lalu berjabat tangan dengan Ivaldi yang masih tampak tak senang dengan kekalahannya.

"He--hey jangan marah begitu," ucap Edward seraya tersenyum canggung kepadanya

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com