Berhadapan, Edward dan Belial memegang pedang mereka dengan kuat, tidak ada lagi rasa ragu dalam diri belial saat Edward memberinya sebuah isyarat. Belial menunduk sedikit, melirik tajam kearah Edward mengintimidasinya. Berdiri bulu kuduk Edward merasakan aura yang mengerikan itu, melawan sang pemimpin Prajurit Kekaisaran sangatlah mustahil baginya sekarang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan berpedang. Tetapi, ia harus melakukannya karena perhatian para calon prajurit tertuju kepada mereka.
"Haaa!"
Edward mengambil langkah besar, mengayunkan pedangnya secara sembarangan tanpa memikirkan resiko mendapat serangan balik. Begitu banyak celah yang Belial lihat ketika sang Kaisar mengayunkan pedangnya. Mengayunkan pedangnya berulang kali, serangan Edward terus ditepis oleh pedang Belial yang terus mengambil posisi bertahan
Edward terengah-engah, ia mengambil jarak dua lompatan kebelakang dari belial. Dengan kuda-kudanya yang mulai rapuh, Edward mencari celah dari sosok sang pemimpin prajurit Kekaisaran.
'Luar biasa, aku sama sekali tidak menemukan celah. Apa yang harus kulakukan?'
Bingung, dirinya sama sekali tidak dapat menggores kulit Belial. Bahkan ia sama sekali tidak menemukan celah dari kuda-kuda Belial, begitu kuat dan kokoh bagaikan sebuah tembok. Menyunging sombong mulut Belial, ekspresi di wajahnya nampak begitu menikmati pertarungan dengan sang Kaisar. Separuh jumlah prajurit teralihkan perhatiannya kepada mereka diikuti ejekan yang dilontarkan kepada Edward.
Ucapan dan tatapan itu mengembalikan perasaan pahit yang pernah Edward rasakan, ia sudah terbiasa mendengar hinaan dan tatapan jijik orang lain yang berkali-kali ia rasakan karena itu saat ini mudah untuknya mengabaikan itu meskipun terasa begitu pahit ia rasakan.
"Ada apa? Sudah selesai? Kalau begitu sekarang giliran ku."
Belial menarik kaki kirinya kebelakang, menguatkan kaki kanannya dan kemudian ia mendorong dirinya dengan kaki kanan, melesat dengan cepat kearah Edward mengayunkan pedangnya dari atas kepalanya. Edward tidak memiliki kesempatan untuk menahannya dengan pedang, tubuhnya menjadi sasaran terbuka serangan itu. Pukulan yang keras dari pedang kayu menjatuhkannya, semua orang bertepuk tangan atas aksi Belial.
"Ah sial … Sakit," lirih Edward memegangi pundaknya ya yang sedikit memar. Belial mendekat dan mengulurkan tangannya, mengarahkan tangannya ke arah pundak Edward, cahaya lembut berwarna kehijauan muncul dari telapak tangannya. Rasa sakit yang ia rasakan perlahan menghilang, begitu pula dengan waran biru legam di pundaknya.
"Ah …"
'Magic: Healing, berhasil di dapatkan.'
Suara system bergema di kepalanya, hanya dengan melihat ia sudah dan merasakan ia kembali mendapat sihir. Membuka layar skill & magic, langsung mempelajari sihir yang menyembuhkan luka memarnya itu. Telapak tangan yang mengarah kearahnya berputar, Edward meraihnya dan ditarik sampai berdiri oleh Belial.
"Itu luar biasa, Tuan Belial. Saya tidak bisa melihat serangan Anda," Ucap Edward tersenyum kaku kepada Belial.
"Terima kasih pad–. Ehem!" Belial salah bicara, sangat jelas terdengar di telinga Edward "Ya, itu bukan gerakan yang sulit, Kau harus menguatkan kakimu terlebih dahulu. Jika tidak, kakimu akan hancur, kalian semua mengerti?!" Ia mengalihkannya menjadi sebuah penjelasan teknik yang ia gunakan sebelumnya.
"Ya pak!" Para kadet menjawab serentak, tanpa perintah mereka kembali berlatih dengan pasangan mereka.
Mata Belial kembali bertemu dengan Edward, terkejut sesaat Edward kemudian tersenyum canggung. Merasa terganggu dirinya saat mengalahkan Edward atau bisa dibilang mengalahkan sang Kaisar, ada rasa bersalah juga bingung saat ia melukai Void. Ia tahu kekuatan sang Kaisar sangatlah besar, bahkan ia bisa saja langsung lenyap. Tetapi apa yang ia rasakan saat mengalahkan Kaisar dengan mudah benar-benar membuatnya terganggu.
Pelatihan terus berlangsung sampai matahari yang sudah setinggi langit perlahan turun merubah warna langit menjadi oranye. Semua kadet kembali ke bangunan utama benteng yang bagai kastil kecil dan beristirahat di ruang bawah tanah yang berada tepat dibawah tempat mereka berlatih sebelumnya. Luas, memiliki kamar mandi dan juga kamar untuk beristirahat juga sebuah kantin yang tidak begitu besar. Setiap kamar ditempati oleh 4 orang dan Edward juga akan menempati salah satu kamar, tetapi Ink Owl melarangnya.
"Eh? Kenapa?"
"Paduka tidak perlu beristirahat bersama mereka, itu hanya untuk para prajurit! Ayo kembali ke Istana" Ia mencemaskan kedudukan Edward yang saat ini kembali berganti peran menjadi Void.
Kini mereka berada di ruangan Belial, ruangan di lantai paling tinggi di bangunan utama benteng. Setelah pelatihan selesai, Void berniat bergabung dengan kadet lainnya pergi ke ruang bawah tanah. Tetapi, Belial memerintahkan prajurit untuk membawa Void untuk datang ke ruangannya dan itu atas perintah dari Ink Owl yang sejak pelatihan dimulai menunggu di ruangan itu.
"Eeeeh? Tapi Aku belum selesai di tempat ini, Aku berniat untuk pulang besok," Ucap Void, bersikeras untuk tetap tinggal di benteng itu.
"Ta--tapi … Ah benar! Anda bilang kepada Nona Scintia–."
"Ah, soal itu tolong sampaikan permintaan maaf ku karena tidak menepati ucapan ku untuk cepat pulang, aku akan tetap disini sampai besok siang," Void memotong ucapannya, bersikap egois demi alasan pribadinya.
Menjadi kuat sebelum pahlawan menghampirinya, hanya memiliki kekuatan sihir yang luar biasa baginya itu sama sekali tidak cukup untuk melawan sang Pahlawan. Ia tidak memiliki waktu beristirahat, karena nyawa nya lah yang dipertaruhkan. Ia memalingkan wajahnya dari Ink Owl, terlihat oleh Belial wajahnya yang serius saat mengatakan hal itu. Belial mengangkat tangannya, menyela pembicaraan mereka berdua.
"Maaf. Saya mengerti kekhawatiran Tuan Ink Owl, tetapi paduka sudah memutuskan keinginannya. Anda tidak perlu khawatir, Saya yang akan melindungi Paduka."
Belial mencondongkan tubuhnya dengan kepalan tangan kanannya yang ditaruh di dada kirinya, dengan senang hati ia menerima tanggung jawab itu jika Ink Owl memberikannya. Kaisar sudah memutuskan, ucapan yang keluar dari mulut Belial itu membuat dirinya menyerah. Karena bagi mereka, keinginan, perintah dan ucapan Kaisar mereka adalah mutlak.
"Baiklah paduka, saya akan kembali ke istana dan memberitahu Nona Scintia jika Anda tidak pulang hari ini. Tuan Belial, tolong jaga paduka dan jangan sampai keberadaanya diketahui orang lain terutama para calon prajurit. Kalau begitu saya pergi dulu," Setelah mengatakan itu, Ink Owl berteleportasi kembali ke Istana.
Void menghela nafas lelah, pelatihan ini mendorong tubuhnya untuk melakukan hal yang tidak biasa ia lakukan. Ia tidak pernah melakukan hal-hal yang berat, dalam kehidupan sebelumnya pun ia hanya melakukan olahraga ringan dengan waktu yang sangat singkat dan tidak pernah ia lakukan setiap hari, hanya satu minggu satu kali, itupun jika dia ingat. Karena itu, ia berani bertaruh jika ia memakai tubuh di kehidupan sebelumnya pasti ia akan tergeletak tak sadarkan diri saat pelatihan berlangsung.
"Kalau begitu aku akan pergi ke tempat mereka."
"Ah tentang itu, maafkan saya."
Belial memotong ucapan Void, meminta maaf sebelum Void pergi dari ruangan itu.
"Ada apa?" Tanya Void.
"Sebenarnya semua kamar di ruang bawah tanah sudah penuh karena semua sudah mencapai kapasitas maksimal. Karena itu saat ini tidak ada ruangan yang tersisa. Tolong maafkan saya," Jawab Belial, terdengar begitu menyesal
Untuk sesaat Void kembali teringat apa yang terjadi di lapangan sebelumnya, ia sendirian tidak memiliki pasangan karena jumlah kadet menjadi ganjil berkat kehadirannya.
"Ah begitu, tidak apa-apa. Salah ku juga karena datang tiba-tiba. Tapi sebaiknya aku tidur dimana ya?" Void sebenarnya tidak begitu masalah dimana pun ia tidur, karena ia tepi orang yang mampu tertidur dengan mudah meski tempatnya tampak tidak nyaman. Ia bertanya hanya untuk basa-basi saja "Ya terser–."
"Paduka, Anda bisa tidur di ruangan saya disana."
Belial menunjuk kearah sebuah pintu kayu ek yang tidak jauh dari Edward berdiri.
"Eh? Lalu bagaimana dengan mu?" Tanya Void karena tempat itu hanya satu.
"Saya tidak akan tidur. Ya sebenarnya ada beberapa pekerjaan yang harus saya lakukan, berkaitan tentang pelatihan selanjutnya."
Void terdiam sesaat, tidak tidur seharian rasanya sangat berat. Hanya duduk di depan layar komputer saja membuatnya kelelahan, bagaimana dengan orang yabg bekerja tanpa tidur sama sekali? Entah bagaimana pertanyaan seperti itu terlintas dikepalanya.
"Kau yakin?" Tanya Void.
"Ya paduka, silahkan pakai ruangan saya."
"Begitu," Void melangkah menuju pintu itu, kemudian langkahnya terhenti tepat di depan pintu "Bekerja tanpa istirahat itu tidak baik, istirahatlah jika sempat, Belial," Setelah mengatakan itu Void masuk kedalam ruangan.
"Terima kasih atas perhatian anda, paduka."
Kebaikan hati sang Kaisar yang diberikan kepadanya membuat perasaan gelisah yang ia rasakan semakin menguat. Void langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang sempit, ia menatap langit-langit berwarna abu-abu baja tanpa ukiran apapun.
Membuka layar status, Void membuka bar skill dan sihir. Dalam beberapa hari skill dan sihir baru ia dapatkan, meski begitu ia merasa tidak cukup bila harus menghadapi sang pahlawan. Ia tahu seberapa kuat sang pahlawan itu karena dirinya sendiri lah yang menciptakannya.
"Oh ya, aku mendapat sihir baru berkat Ink Owl. Sihir Kamuflase? Sepertinya di dalam game namanya berbeda, deh," gumam Void merasa aneh dengan nama sihir itu.
Pernah sekali ia memakai sihir seperti itu di dalam game, karena tidak berguna jadi ia tidak sering memakainya, meski begitu ia ingat nama sihir itu yang namanya sangat berbeda dengan sihir yang ia dapat sekarang, atau mungkin itu memang sihir yang berbeda? pikir Void masih merasa bingung.
"Salah satu sihir ilusi, mengubah penampilan seseorang secara total. Sihir yang mendistorsi pikiran dan penglihatan orang lain, memaksa mereka untuk melihat sesuatu yang berbeda dari kenyataan. Walau begitu, jika ada orang lain lebih teliti mungkin ada yang membongkar penyamaran ku, tapi tergantung kekuatan sihirnya juga ... Ya terserahlah ... Ah," kala itu Void menyadari sesuatu, sebuah alasan kenapa dirinya bisa mendapatkan sihir dan skill hanya dengan mengerti bagaimana sihir dan skill bekerja.
To be continue