webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Fantasia
Classificações insuficientes
181 Chs

Chapter 128 - Perasaan yang tak boleh dimiliki

Bergerak dalam kegelapan, mereka melihat sesuatu yang menjadi ancaman untuk keberadaan mereka. Sebuah cahaya yang tidak bisa mereka telan, menjadi satu-satunya ancaman nyata selain sosok yang menjadi kebencian mutlak.

"Ini adalah kesempatan kita. Pasukan utama Holy Civitas sedang terpecah ke berbagai kota. Pemimpin mereka bukanlah halangan untukmu, kan?"

Suara menggema diantara pepohonan rimbun, tanpa ada seorang pun selain seclain dirinya

"Ya."

Suara lembut menyahut ucapannya, berbicara kepada permata hijau yang bercahaya.

"Kalau begitu lakukanlah. Jika Holy Civitas jatuh, maka pergerakan kita akan jauh lebih leluasa."

Sebuah perintah yang mutlak, tak bisa sedikitpun ia tentang. Meskipun bisa, ia tidak akan pernah melakukannya. Dia menyeringai puas dengan dibalut kengerian segala rupa.

"Baiklah, dimengerti. Tuan, ku."

Setelahnya ia menjawab, kehancuran kota perdagangan telah ditentukan.

**

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com