Sejak hari itu dan hari-hari selanjutnya, Shoaib selalu merekam setiap adzan yang berkumandang dan mengirimkannya kepada kekasihnya yang jauh diufuk timur itu. Dia juga menceritakan sejarah adzan di Turki yang dulunya pernah diganti dan menggunakan bahasa Turki. Masa-masa itu adalah masa sulit Turki setelah berpuluh-puluh tahun Kesultanan Utsmaniyah ditumbangkan dan Mustafa Kemal Ataturk naik menjadi presiden pertama Turki. Ia menyelinap ke lini tengah kesultanan dan mengobrak-abriknya hingga hancur berantakan.
Pada awal-awal pemerintahannya, banyak yang demo dan protes akan tindakannya itu. Masyarakat menginginkan kesultanan kembali berdiri. Namun Mustafa Kemal yang berniat menjadikan Turki sebagai negara sekuler, ia membantai orang-orang yang kontra dengannya beserta tiga puluh ulama lainnya. Ia menggantung tiga puluh ulama. Dia merupakan Firaunnya umat itu. Jika saja Firaun masih hidup, maka ia akan bertepuk tangan dan tertawa bersamanya.
Selama pemerintahan Mustafa Kemal, ia merubah segala hal. Pemerintah dan agama dipisahkan. Adzan diganti kedalam bahasa Turki. Beberapa masjid ditutup dan dijadikan museum. Salah satunya adalah Masjid Ayasofya. Sebuah bangunan megah nan indah beserta dengan arsitekturnya yang sangat menakjubkan. Ayasofya dulunya merupakan gereja sebelum datangnya Sultan Muhammad Al-Fatih ke Konstantinopel (nama lawas Turki).
Dengan susah payah Sultan dan pasukannya menembus Kota Konstantinopel, kota terindah dan tercanggih dengan arsitektur-arsitekturnya bagaikan surga pada masa itu sambil membawa panji-panji bertuliskan tauhid. Semangat mereka pasang-surut menghadapi benteng yang tinggi, tebal, dan berlapis tiga itu. Disetiap jarak dinding itu, ada jebakan dan senjata yang sangat mematikan sedang menanti mereka. Kota itu sedari dulu mustahil untuk ditembus. Namun kakek-buyut Sultan Al-Fatih tidak berputus asa. Mereka terus-menerus menceritakan kisah perjuangan dan usaha mereka untuk menembus kota itu kepada keturunannya.
Mereka percaya bahwa kata-kata Rasulullah adalah benar. Beliau pernah berkata bahwa Kota Konstantinopel dan Roma suatu saat nanti akan takluk ditangan Islam. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan Rasul tidak pernah salah. Rasul kami tidak pernah bohong. Ucapan itu dipegang teguh oleh seorang anak. Lalu itu dibuktikan di era kepemimpinannya. Namun, penaklukan Konstantinopel tidak semudah yang dikira. Diujung keputusasaan para prajurit, Sultan memiliki ide yang cemerlang.
Jika tiga lapis dinding itu tidak bisa ditembus, maka ada harapan untuk menyerang dari sisi seberang, yaitu sisi selat. Namun ada tantangan baru. Wilayah selat Konstantinopel telah dibatasi oleh rantai besi yang sangat besar dan kuat untuk menghadang kapal-kapal musuh yang akan masuk. Sultan sudah berpikir jauh tentang hal itu. Beliau mengkomando semua prajurit untuk mengangkat kapal-kapal mereka ke daratan Galata. Namun Galata bukan sekedar daratan biasa, tetapi itu merupakan bukit-bukit. Mendengar ide cemerlang itu, seluruh pasukan memuji kecerdasan Sultan. Seketika semangat mereka bangkit ketika menemukan solusi itu.
Strategi itu tidak pernah disangka-sangka oleh siapapun. Tidak ada yang menduga bahwa pasukan muslim akan mengangkat kapal-kapal perang mereka menyeberang ke atas bukit Galata demi menghindari rantai besi itu. Alhasil, tujuh puluh dua kapal berhasil berlabuh di Konstantinopel dalam kurun waktu satu malam. Tidak ada yang tidak mungkin jika berlabelkan restu dan kehendak Allah. Jika Allah mau, maka rintangan apapun akan dibuat-Nya mudah. Mukjizat Allah akan datang kepada orang-orang yang bertaqwa dan yakin pada-Nya.
Seperti halnya ketika pasukan Sa'ad bin Abi Waqqas bertemu dengan pasukan Persia. Mereka dipisahkan oleh sungai Tigris yang terkenal luas dan deras airnya. Panglima Rustum tidak menyebrang namun ia menanti pasukan muslimin untuk menyebrang menghampirinya. Ia yakin bahwa mereka tidak akan berani karena orang Arab pastilah tidak pernah melihat sungai yang begitu luas dan deras airnya yang seperti itu. Pasti mental mereka hancur lalu mundur dan menyerah.
Namun dugaannya salah besar. Karena ketidaktahuan mereka tentang sungai, maka pasukan Sa'ad bin Abi Waqqas berani menyebrangi sungai Tigris tanpa memikirkan akan resiko terbawa arus. Dengan kepercayaan yang tinggi mereka bergandengan tangan lalu berjalan menyebrangi sungai itu. Semua selamat diujung sungai dan tidak ada satupun yang terbawa arus. Melihat itu seketika Panglima Rustum langsung membagi pasukannya untuk kembali ke kerajaan dan melindungi rajanya. Ia tahu bahwa ia akan kalah berhadapan dengan pasukan yang kompak seperti itu walaupun jumlah pasukan muslimin hanya tiga puluh ribu orang, sedangkan pasukannya berjumlah tiga ratus ribu orang.
Dengan keyakinan dan ketaqwaan mereka yang sama, Allah tidak membelahkan sungai seperti halnya Nabi Musa. Frekuensi keimanan Nabi Musa dan Bangsa Yahudi tidaklah sama. Frekuensi keimanan mereka tidak nyambung. Maka Allah memberi Nabi Musa sebuah mukjizat untuk membelah lautan dan Bangsa Yahudi menyebrang bersamanya. Sedangkan frekuensi keimanan pasukan Sa'ad bin Abi Waqqas sama, maka Allah tidak perlu membelahkan sungai untuk mereka.
Seperti halnya dengan pasukan Sultan Al-Fatih. Pertolongan Allah sangat luar biasa bagi siapapun yang beriman pada-Nya. Mengangkat tujuh puluh dua kapal-kapal perang adalah hal yang bukan mustahil. Pagi-pagi buta setelah bangun tidur, pasukan Konstantinopel tercengang-cengang menyaksikan itu. Mereka tidak menyangka bahwa wilayah yang mereka kira paling aman, sekarang berubah menjadi paling mematikan. Pasukan muslim sudah melabuhkan kapal-kapal mereka diujung daratan Galata. Strategi dasyat itu tidak pernah mereka saksikan sebelumnya. Lalu mereka berkata bahwa Sultan Al-Fatih sudah gila. Ia melebihi Alexander Agung. Alexander Agung membawa kapal-kapalnya mengarungi lautan, sedangkan Sultan Al-Fatih membawa kapal-kapalnya mengarungi bukit-bukit sebagai pengganti ombak-ombak. Sultan Al-Fatih sudah gila. Maka tak lama kemudian perang yang sebenarnya berkecamuk dan kemenangan jatuh ke tangan Islam.
Kurang lebih delapan ratus tahun perkataan Rasulullah terbukti nyata. Rasul kami tidak pernah bohong. Apapun yang dikatakannya adalah kebenaran dan akan terbukti. Sesungguhnya kami juga dalam penantian untuk menyaksikan kebenaran itu datang satu per satu dan siksa Allah adalah nyata bagi para pembangkang. Nikmat mana lagi yang didustakan? Rasul adalah rahmat bagi seluruh alam dan Islam adalah agama yang benar. Sesuai perkataannya delapan ratus tahun silam, akhirnya Konstantinopel jatuh di tangan muslimin dan diganti namanya menjadi Turki. Suatu hari nanti kita semua di muka bumi ini akan menyaksikan Kota Roma jatuh ke tangan Islam seperti halnya Konstantinopel. Kami sedang berusaha untuk bersatu dan kuat sekuat pasukan Sa'ad bin Abi Waqqas dan pasukan Sultan Al-Fatih. Entah kapan itu terjadi, yang terpenting bahwa Rasul kami tidak pernah bohong.
Tidak ada perjuangan yang mudah. Islam memanglah disebarkan dengan pedang. Namun Islam tidak pernah menyuruh pasukannya untuk merusak peribadatan agama lain, tidak membunuh anak-anak dan perempuan, melepaskan lawan yang menyerah dan melarikan diri, dan lain sebagainya. Seperti halnya yang sudah dilakukan oleh Sultan, ia tidak mengusir masyarakat Konstantinopel dan juga tidak membunuh mereka. Beliau mengayomi mereka seperti halnya orang-orang muslim lainnya. Yang terpenting adalah pemerintahan Konstantinopel sudah mengakui kekalahan mereka.
Susah payah dan berdarah-darah sampai bertaruh banyak nyawa, Sultan dan pasukannya menaklukan kota itu. Namun beratus-ratus tahun kemudian, muncullah kanker yang bernama Mustafa Kemal dan mengobrak-abrik sisa-sisa perjuangan Sultan Al-Fatih. Semuanya berubah drastis dan ia menjauhkan masyarakat dari agama Islam. Sangat beruntung Shoaib terlahir dan besar di keluarga keturunan Pakistan yang masih memegang teguh ritual keagamaannya dan budayanya.
Ia tidak mengikuti arus sebagaimana anak-anak muda Turki lainnya. Teman-teman sebayanya tak jarang meninggalkan sholat. Kecintaan mereka kepada islam mulai luntur dan memudar sejak tragedi itu. Bisa dihitung dengan jari jumlah orang-orang yang mengikuti sholat berjama'ah dimasjid seantero Turki. Walau masjid mereka sangat megah, namun yang sholat berjama'ah hanya segelintir orang saja. Anak-anak mudanya sering kali melakukan aktifitas lainnya, seperti jalan-jalan ataupun nonton bioskop. Jumlah para ulama pun sedikit dan tidak bisa merangkul semua anak-anak muda. Itu semua tak lain dikarenakan oleh Mustafa Kemal. Ialah pemanen dosa yang beruntun di akhirat kelak.
Diujung akhir hayatnya, Mustafa Kemal mendapatkan balasannya. Hukuman Allah menimpanya silih berganti. Ia menderita penyakit kulit yang membuat kulitnya gatal diseluruh badannya. Balsem pereda rasa gatal yang diberikan oleh dokter tidak berfungsi sama sekali. Ia terus menerus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal sampai berdarah-darah. Siksaan lain yang dialaminya adalah penyakit liver, penyakit kelamin, perutnya yang membesar berisi cairan aneh dan juga merasakan panas yang teramat sangat disekujur tubuhnya. Ia terus menjerit-jerit dan membuat orang-orang di istana negara itu ketakutan.
Kemudian ia minta dipindahkan ditepi lautan karena angin laut diharap bisa meredakan rasa panasnya, namun itu semua percuma. Rasa panas yang dialami tidak berkurang sedikitpun. Sakratul maut itu berlangsung selama delapan tahun lamanya. Ia tidak bisa bergerak dan terus-menerus menjerit kepanasan. Sungguhlah Allah membalasnya di dunia dan di akhirat. Namun media Amerika dan buku-buku biografi yang diterbitkan oleh Amerika sebagai sekutunya, mereka menuliskan bahwa Mustafa Kemal meninggal karena overdosis minuman beralkohol. Itu sungguhlah dusta besar.
Para ulama Turki tidak mau memandikannya ataupun menyolatinya sampai jasadnya membusuk dan mengeluarkan bau. Hingga akhirnya adik perempuan Mustafa memohon-mohon kepada mereka untuk mengurus jenazah Mustafa Kemal dengan layak. Setelah dimandikan dan disholati, lagi-lagi murka Allah menimpanya. Ia menyuruh bumi untuk menolak jenazahnya dikebumikan. Dua kali percobaan, dua kali gagal. Akhirnya mereka mempunyai ide untuk mengubur jenazahnya didalam cairan semen yang dibangun diatas tanah. Dengan cara itulah Allah menghinakan dirinya.
Diujung paragraf itu, Aisyah menutup laptopnya. Ia tercengang mengetahui sejarah Turki yang kelam. Ia menjadi antusias untuk mempelajari apapun yang berkaitan dengan kekasihnya itu. Shoaib juga mulai mengajarinya kosakata bahasa Turki atas permintaan gadis itu. Aisyah yang otaknya sudah terbiasa dengan kecepatan daya pikir bak pesawat terbang, ia dengan cepat mempelajari bahasa yang baru itu walaupun logatnya sangat berbeda dengan logat Turki. Itu adalah hal yang wajar dan tidak menjadi masalah.