webnovel

Langit dan Bumi: First love never die

Volume satu sudah TAMAT sampai bab 24 saja GRATIS!!! Langit adalah pemuda impian setiap gadis remaja masa kini. Tampan, orangtuanya yang berada, senyumannya yang mempesona, dan tingkahnya yang bisa dibilang baik, siapa tak tahu Langit ? sementara Bumi dengan kehidupan ekonomi keluarga yang sulit, kedua orangtuanya pun memutuskan menjadi tenaga kerja di luar negeri dan meninggalkan Bumi bersama kedua adiknya yang lain dengan situasi yang sulit..

Ayun_8947 · Adolescente
Classificações insuficientes
276 Chs

Tak terencana bertemu

" aah.. si toilet ! " ujar Langit dengan suara lantang, sontak Edo dan Max mengerutkan dahi, keduanya salig menepuk bahu tak percaya dengan panggilan Langit pada gadis imut itu

" gila ya, masa kau sebut dengan si toilet ! hahahaa.. " Edo tak bisa menahan tawa juga pada akhirnya

" dia pasti kecewa kalau tahu kau menyebutnya begitu " tuding Edo berusaha menghentikan tawa gelinya

Max menggeleng pelan, dia tak menyangka si tampan ini memberi gelar buruk pada gebetannya

" hei, jangan panggil begitu namanya Bumi ! " terang Max membuat mata Langit membesar

" Bumi… " gumam Langit tak percaya dengan nama gadis itu, dia perlahan membuat senyuman dari tipis hingga jelas memamerkan pipi dan tarikan di wajahnya, dia tersenyum sumringah

" Bumii.. " ulang Langit sekali lagi, dia membalikkan badan berlari menuju kelasnya, dia baru saja berpapasan dengan guru tapi pemuda itu tak memperhatikan pengajar yang menatap wajahnya heran, hatinya seketika tersiram banyak wewangian hingga menyeruak membuat sekitarnya tersebar kelopak bunga, seketika perasaan aneh di dada Langit seolah berubah menjadi biji dan siap tumbuh, pemuda itu menyukai nama gadis yang membuatnya gamang di pagi ini

" ada apa dengan dia ? " tanya guru bingung

****

Edo dan Max bersandar pada tembok tinggi sekolah SMA reguler, mereka sudah lima menit menunggu pintu gerbang hitam itu terbuka

" Langit tidak datang ? " tanya Edo tak percaya, terakhir dia membaca pesan singkat di ponsel bahwa teman tampannya itu akan ikut bergabung tapi sampai jam segini batang hidungnya tak tampak juga

Max menggeleng tak mengerti, dia mencoba menelpon nomer ponsel Langit dan tak ada jawaban, begitupun dengan sederet pesan singkat, semua kalimat nya belum juga di baca, Edo mencoba lagi nomer yang lainnya

---

Langit memilih kemejanya dari dalam lemari, dia mencoba mencocokan di badannya, wajahnya menatap sejenak lalu melempar hanger itu, dia mencoba memilih yang lain, kali ini dia meraih kaos polos, pria itu mencoba mencocokan lagi di tubuhnya, masih dengan wajah bimbang dia melempar lagi ke atas kasur

Sekarang dia jelas melihat ada banyak tumpukan pakaian yang berantakan di kamar luas nya, sudah bisa di tebak berapa lama dia sudah menghabiskan waktu hanya untuk mencari stelan cocok untuknya di hari sabtu ini

Mata Langit terbelalak melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu siang, dia segera meraih handuk dan masuk ke kamar mandi

" deenn.. ada telpon dari den Edooo !! " teriak bi Ipah dari lantai bawah

Langit tak mendengar teriakan suara wanita paruh baya itu, dia menikmati segarnya air yang mengguyur tubuhnya dari shower dengan suhu yang pas di badannya, dia bahkan lupa kalau waktu sudah kian berjalan

Akhirnya Langit menyelesaikan ritual mandinya, sepertinya waktu berjalan semakin cepat, pakaian yang tadi di pilah Langit memakan waktu lama tak dia indahkan lagi, mengingat hari semakin siang dan waktu janjian nya yang sudah terlewatkan tangan Langit langsung menjangkau sweater putih dengan bordir di lengannya, dia memakai bahan fleece itu sambil meninggalkan ruang pribadinya

Dengan langkah cepat dan sembari merapihkan pakaiannya Langit menyusuri tangga

" Deenn.. dari tadi di panggil ga denger denger toh, den Edo nelpon terus katanya aden ga angkat angkat henpon nya " Langit menepuk jidat

kalimat bi Ipah membuat ingatannya kembali akan suatu alat penting yang dia tinggalkan dibawah tumpukan pakaian di ranjang, Langit kembali lagi ke kamar mencari handphone nya

***

Miya menatap heran kehadiran Edo dan Max di gerbang sekolahnya, gadis itu tak menyangka teman baru nya ini akan mampir siang ini

" kaliaan.. " ujar Miya heran dan takjub, dia tak percaya dengan kehadiran dua pemuda yang memakai pakaian bebas, mereka terlihat berbeda dengan celana jeans, sepatu kets dan sweater khas anak muda jaman sekarang, alis Miya bertaut ketika sadar jika dua pria itu bukanlah orang yang dia harap kan

" mm.. kalian Cuma berdua ? " tanya Miya memancing

" hay Miya, Langit sepertinya telat " ujar Edo mengerti akan wajah bingung Miya

" ooh. Ah tapi maaf sekali orang yang kau tunggu hari ini tak bisa ikut serta sepertinya " Miya menoleh ke arah Max, dia juga mengerti akan wajah mencari Max, pasti dia mencari keberadaan Bumi

" kemana Bumi ? " Max langsung to the point

" mm.. dia ada kelas tambahan, Bumi itu sangat berprestasi, dia akan ikut lomba mewakili sekolah makanya dia tak bisa pulang jam segini, dia banyak jam tambahan di hari sabtu " jelas Miya dengan wajahnya yang bingung, dia mengerti betul tangkapan wajah kecewa Max

" harusnya kau mengabari kalau mau kesini " ucap Miya dengan wajah cangguhnya pada Max, gadis itu merasa tidak enak sendiri melihat raut riang Max yang berubah seketika

" tidak masalah Miya, kami kebetulan sedang di daerah sini " kilah Edo membuat alibi

" eh.. berhubung kalian sudah di sini, ayo aku traktir minuman " tawar Miya mencoba mengobati kekecewaan Max, Edo menyambut dengan wajah senang

" ah sebentar, seseorang akan bergabung dengan kita " Edo mengangkat teleponnya dengan cepat

" oh oke. Kita bertemu di… " Edo menoleh ke arah Miya, dia bertanya mereka akan di traktir di mana

" Cats Café ! " ujar Miya sedikit berbisik

" ketemu di cats café ya " balas Edo pada suara di seberang sana

" apa itu Langit ? " Miya bertanya penuh harap

***

Langit melangkahkan kaki cepat menuruni taksi biru muda yang mengantarnya, dia menoleh ke kiri dan ke kanan, tak ada orang yang dia kenal

" ah mereka dimana lagi ? " Langit mencoba menyentuh layar ponselnya, sayang sekali ketika di sentuh layar itu langsung mati, pemuda itu tak mencharger handphone nya sejak semalam

Dia melihat gerbang besar sekolah yang terbuka lebar, tak ada security yang sedang berjaga

" apa mereka di dalam ? " Langit bingung sendiri, dia akhirnya memilih memasuki gedung sekolah asing itu untuk memastikan

" baru jam dua tapi kenapa sepi ? " wajah Langit jelas heran, jika di sekolahnya jam dua adalah waktu menjelang jam istirahat kedua, dimana penghuni kelas sudah terlihat gelisah dan tak fokus, mereka menanti jajanan atau waktu bergosip saat istirahat

Beda dengan sekolah reguler ini, jam dua siang gedung sekolah sudah lumayan sepi, kelas kelas mulai kosong hanya menyisahkan beberapa siswa dan siswi yang sibuk dengan kegiatan masing masing, bahkan beberapa siswa sudah mengganti seragam mereka dengan pakaian bebas

Langit menyusuri kelas demi kelas, mengikuti koridor panjang di depan matanya, dia tak mendapatkan wajah yang dia kenal

" kemana Edo ya ! " Langit mencoba berpikir, dia perlahan melangkah, tiba tiba suara kursi di lantai atas mengagetkannya, Langit dengan cepat melangkah mendengar kursi yang dilipat atau dibuka dari lipatan yang terdengar gaduh, mungkin temannya ikut bergabung di sana, begitu pikir Langit

Langit tak mendapati wajah Max ataupun Edo yang terkejut akan kehadirannya, dia yang saat ini jelas terkejut, wajahnya seperti tak percaya dengan penglihatannya, dia melihat gadis itu serius membaca buku di depan sana

Bumi meneliti catatannya, dia mencoba membaca kembali dan mengulang ulang untuk meyakin kan diri kalau dia semakin menguasai materi, gadis itu terlihat serius, mulutnya berkali kali mengulang kata kata yang sama, saat dia merasa tak benar dengan segera bibirnya tertawa, dia tertawa sendiri dengan catatan dan buku di pangkuannya, Langit masih saja menatap tak mampu mengalihkan sorot matanya yang terpesona

Lama Langit menatap Bumi serius tanpa disadari oleh gadis itu, hingga dia beranjak dari posisinya dan bersiap merapihakan tasnya, matanya kini menangkap sosok pemuda yang msih menatapnya serius di depan sana, sesekali wajah itu tersenyum kecil, Bumi menoleh ke belakang, samping kiri dan kanan, dia tak mendapati ada orang lain lagi selain mereka berdua di atap sini, dia tersenyum sendiri ? bisik batin Bumi sedikit ngeri

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Ayun_8947creators' thoughts