"Kau sudah jatuh cinta?" tanya Sofil yang tetap tidak berani menatap istrinya. Ainun terdiam sejenak. Dia tidak dapat memungkiri jika degupan jantungnya semakin kencang. Aliran darah semakin mengalir dengan derasnya,sering kali menelan ludah kasar dengan susah payah.
"Kamu tidak takut kalau aku hanya memberi harapan palsu? Kamu tidak khuwatir jika aku tidak akan memiliki rasa untukmu?" imbuhnya. Pria yang tinggi dengan bahu lebar dan kokoh tersenyum tipis. Bukan ucapan romantis yang terlontar dari Sofil melainkan rasa GR.
"Aku tau dan yakin. Jika kamu takut kepada Allah. Kamu tidak akan menyakitiku," ujar Ainun dengan suara yang teramat lirih.
Jawaban wanita itu sederhana namun penuh filosofi.
"Kamu dan aku tidak tahu seberapa jauh cinta suami istri akan kembali bertemu. Di kehidupan kedua."
Ucapan itu begitu menggoda Sofil hingga dia ingin menatap wanita itu. Pemuda itu memutuskan tidak terpesona dengan afirmasi dari Ainun.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com