webnovel

Kisah Helena

21++ Mature Audience Only (Kisah Helena- TAMAT) "Mengapa dia tidak ingin menyentuhku? Aku sudah menjadi istrinya?" Helena tidak tahu apakah dia harus senang atau bersedih? Pria yang ia nikahi, bahkan tidak meliriknya dimalam pertama. Sebegitu hinakah Helena dimatanya? Kalau bukan karena permintaan Ratu Revania, tidak mungkin Helena mau menikah dengan Raja Louis. Pria dengan segala kesempurnaan, bahkan pujaan bagi semua rakyat dari Negara Aarez.

Sita_eh · Urbano
Classificações insuficientes
444 Chs

Membuat Bayi Dengan Sang Raja

"Wah..."

Satu kata yang keluar dari mulut kecil Helena, ketika dia masuk untuk pertama kalinya kedalam kamar sang Raja.

"Permaisuri Helena, apa ada hal lain yang anda butuhkan?" tanya pengawal yang baru saja mengantar Helena, ia sedang membungkuk hormat dihadapan Helena.

"Tidak ada, tapi... dimana Raja Louis?" tanya Helena.

"Raja Louis masih berada diluar, menghadiri pertemuan penting. Kemungkinan Raja Louis akan melewatkan makan malam di Istana." Jelas pengawal tersebut.

"Pertemuan penting?" tiba-tiba Helena teringat akan cerita yang sempat diceritakan oleh Harika. Tapi dia belum bisa mengingat jelas, dan disaat itu tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar, dengan Rima - sang Kepala Pelayan yang baru saja tiba.

"Bisa tinggalkan kami? aku harus persiapkan malam berkabung dengan Permaisuri Helena." Pinta Rima dengan tegas, dan pengawal itu mengangguk setuju lalu meninggalkan mereka berdua didalam kamar Raja Louis.

"Ri... Rima? Ada apa?" tanya Helena yang menjadi canggung, wanita itu mendekat kearah Helena dengan dekat.

Hal yang pertamakali Rima lakukan adalah menaikkan dagu Helena dengan segera, lalu menegakkan kedua bahu Helena agar dadanya bisa sedikit membusung.

"Permaisuri Helena, apa Harika masih kurang memberikan anda pelajaran?" tanya Rima dengan sorot mata yang tajam mengarah ke arah Helena.

"Apa? Harika banyak membantuku, bahkan terlalu banyak sampai-sampai aku harus..."

Rima memicingkan matanya dengan tidak suka, ketika Helena terlalu banyak berceloteh.

"Permaisuri Helena, cukup!"

Bibir Helena mengatup rapat dengan segera, "Apa aku melakukan kesalahan, Rima?" tanyanya bingung.

"Permaisuri Helena, meskipun aku lebih tua dariku. Tapi kau harus tetap menegakkan wajahmu, dan juga intonasi suaramu yang harus tegas. Jangan merendahkan dirimu, apalagi dihadapan pelayan sepertiku." Ucap Rima menjelaskan, dan Helena segera melakukan apa yang dimaksud oleh Rima.

"Eee... apa seperti ini?" tanya Helena dengan dada yang terlalu membusung tinggi.

"Oh... dewa-dewi." Jawab Rima sambil ia menepuk keningnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Apa aku membuat kesalahan lagi, Rima?" Tanya Helena polos, dan ia memperhatikan Rima yang menarik napasnya dengan dalam dan panjang.

"Permaisuri Helena, malam berkabung ini sangat penting untuk anda. Dan untuk Negara Aarez, anda harus mengambil hati Raja Louis dengan segera." Rima menarik kursi kearah Helena.

"Duduklah Permaisuri, karena tidak pantas jika aku harus berdiri sejajar dengan anda."

Helena menurut dan segera duduk, meskipun dia masih belum paham apa yang ingin dilakukan oleh Rima. Wajahnya bahkan terlihat semakin gelisah, ketika Helena sudah duduk.

"Waktuku tidak banyak untuk menjelaskan kepada anda, tapi selama ini saya sangat dekat dengan Ratu Revania. Setidaknya saya tahu bagaimana sifat dari sang Raja Louis." Rima menjelaskan dan berdiri dihadapan Helena yang masih menyimak dengan serius.

"Aku yakin Permaisuri akan belajar lebih cepat, dan tolong anda manfaatkan malam berkabung ini selama satu Minggu. Anda harus memanfaatkannya malam ini untuk membuat bayi dengan Raja Louis."Rima menjelaskan.

"Apa membuat bayi? Tapi... aku... apa kau tidak tahu bagaimana dia memperlakukan malam pertamaku... Dan..." Helena ingin memprotes kembali, tapi wajah Rima sudah berubah cepat. "Baiklah, aku akan mendengarkannya."

"Permaisuri Helena, aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku barusan. Kau harus memiliki anak dari sang Raja." Lanjut Rima dengan matanya yang berkilat-kilat.

"Permaisuri Helena, asal anda tahu. Satu-satunya wanita yang paling dicintai oleh Raja Louis adalah Ratu Revania, bahkan hingga kematian memisahkan mereka. Raja masih terlihat bersedih." Rima menjelaskan, terlihat ia juga sedih ketika menceritakan soal Revania.

"Setelah kepergian Ratu Revania, sudah jelas posisi Ratu sekarang ini menjadi kosong. Dan ini akan dimanfaatkan oleh Permaisuri Raja lainnya, karena Raja harus menentukan siapa penerus dari Ratu Aarez." Rima mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya yang terlipat, sebuah plastik kecil dengan warna bening. Didalam plastik itu ada bubuk putih, yang Helena sendiri tidak tahu apa itu.

"Satu-satunya agar anda menjadi Ratu Aarez, adalah memiliki anak dari Raja Louis." Tangan Rima seperti begetar ketika ia menggenggam kuat bungkus plastik tersebut.

"Akan sangat sulit jika harus menunggu Raja Louis memutuskan, cintanya pada Ratu Revania terlalu kuat. Meskipun anda masih muda, diantara dua permaisuri lainnya. Tapi aku tidak yakin, anda bisa memiliki karismatik yang sepadan dengan Ratu Dilara atau Emira." Lanjut Rima menjelaskan, sambil ia berjalan mendekati Helena.

"Ini... anda bisa menggunakan ini," Rima memberikan bungkusan plastik itu kearah Helena. Ia meletakkan pada tangan Helena, dengan raut wajah yang cemas dan penuh ketakutan.

"A... apa ini Rima?" Tanya Helena jujur, dan ia mendapatkan firasat tidak enak ketika melihat wajah Rima yang seperti ragu.

"Ini adalah satu-satunya cara agar anda dan Raja Louis bisa tidur bersama, obat ini akan membuat Sang Raja tidak bisa menahan hasratnya... Permaisuri Helena, aku tahu ini cara yang salah. Tapi... kita tidak memiliki jalan lain, dan... ininsemua demi keselamatan Negara Aarez, jangan sia-sia usaha Ratu Revania yang sudah lebih dulu meninggalkan kita." Ucap Rima dengan kedua matanya yang berkaca-kaca, dan tidak lama air mata itu mengalir melewati pipinya.

"Apa... Hah..?" Helena mendekap mulutnya, karena ia menjadi paham apa yang diberikan oleh Rima untuknya.

***

Malam Hari.

Didalam kamar sang Raja, Helena terlihat berjalan tanpa arah. Ia sedang gelisah saat itu, karena waktu malam yang tiba menandakan Sang Raja akan kembali ke kamarnya.

Helena sudah mengenakan gaun putih berkabung, dengan pita emas yang melilit pinggangnya. Rambut pirangnya yang panjang, ia kuncir separuh dengan jepit rambut panjang yang berwarna perak. Riasan Helena juga tampak sederhana, tapi kesan manis pada wajah mudanya masih nampak jelas.

Dengan meminta bantuan para pelayan kerajaan, Helena sudah menyiapkan makan malam, didalam kamar yang raja. Meja bundar yang sudah dihias rapi, layaknya makan malam sepasang kekasih.

Tapi Helena belum memasukkan apapun pada makanan atau minumannya, bubuk putih itu masih aman dalam genggamannya. Dan entah mengapa jauh di lubuk hatinya terdalam, Helena tidak ingin menggunakan cara ini.

Helena berjalan pada jendela besar yang ada di kamar sang Raja. Saking besarnya ada sebuah kursi panjang yang lebar, dan bisa digunakan untuk ia duduk menjulurkan kedua kakinya, atau mungkin saja berbaring.

"Ratu Revania, apa yang harus aku lakukan. Usiaku saja bahkan belum mencapai dua puluh tahun, tapi bebanku seperi wanita berumur limapuluh tahun." Keluh Helena memandang langit malam, dan duduk pada kuris yang ada dibawah jendela.

"Aku tidak berani melakukan ini, bagaimana bisa aku istrinya tapi aku menggunakan obat ini agar dia mau... Ahhh... Helena apa yang kau pikirkan." Mendadak saja semua bulu kuduk Helena berdiri, dan ia menggelengkan cepat kepalanya.

Suara pengawal yang berjaga di pintu kamar menyerukan kehadiran Raja Louis, dan tidak lama pintu kamar terbuka lebar. Helena segera saja beranjak dari duduknya, ia berjalan cepat untuk bisa sampai ke pintu depan.

"Selamat malam Raja Louis, salam dan hormat saya untuk semua kebaikan di negeri ini." Helena memberikan salam dan doa untuk suaminya.