Ruangan berlatih itu terlihat sepi, tidak ada siapapun selain Dilara yang sedang mengenakan seragam latihannya yang berwarna putih.
Sebuah samsak tergantung tinggi, dan beberapa kali ia menendang kuat kearah samsak tersebut. Kedua tangannya dibalut dengan perban, tapi ada noda darah yang mulai merembes dari perban yang melilit pada telapak tangan Dilara.
Dilara sudah memasang kuda-kudanya, kembali ia mengingat kejadian yang terjadi di Istana milik Emira.
**Beberapa saat sebelumnya.
James sudah puas melukai telapak tangan Dilara, yang sudah terluka dengan darah segar yang mengalir. Ia tidak menunjukkan rasa kasihan pada putrinya sendiri, yang tetap mampu duduk dengan posisi menegap.
"Ingat… aku tidak suka jika ada kesalahan yang terjadi. Bertindak lebih hati-hati, dan jangan sampai kalian berusaha untuk menguji kesabaranku." Ucap James, dengan cambuk yang ada ditangannya.
Setelah James dan beberapa pengawal pribadinya pergi, barulah Emira berani mendekati kakaknya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com