Kini Kinar pun telah berada di dalam mobil Adit. Sedari tadi Adit sudah memperhatikan seluruh tubuh Kinar dari mulai jempol kaki sampai ke ujung rambut. Adit benar-benar tergoda dengan tubuh seksi milik Kinar.
"Gadis ini sungguh cantik dan juga seksi. Aku pasti akan sangat puas jika menghabiskan malam bersamanya. Tapi, sekarang aku harus bawa dia ke mana ya? Aku bingung sendiri jadinya. Ga mungkin kalau ke hotel. Mm ... apa ke tempat yang sepi aja ya? Ya, sepertinya itu ide bagus. Tapi, di sini di mana yang ada tempat sepinya coba? Aku aja bingung. Ga tahu juga daerah di sini. Ya sudahlah, sekarang aku susuri saja dulu jalanan ini. Nanti siapa tahu aku nemu tempat yang sepi," celoteh Adit.
Adit pun lantas kembali fokus menyetir mobilnya.
Sementara itu, Sarla saat ini telah kembali dari tempat Papih. Tapi sayangnya tadi Sarla tidak bisa bertemu dengan Papih karena Papih tidak ada. Papih memang sengaja pergi untuk menghindari Sarla.
"Papih ke mana coba? Kenapa dia malah tidak ada? Aku kok jadi curiga sama dia? Apa dia sengaja melakukan hal ini? Bagaimana jika iya? Masa iya aku akan ditipu oleh Papih? Awas saja jika benar begitu," kesal Sarla.
Sarla pun kemudian langsung kembali ke tempat semula tadi saat ia makan bersama dengan Kinar. Sarla ingin menemui Kinar di sana. Tapi nyatanya Kinar sudah tidak ada di sana.
"Loh, kok Kinar ga ada ya? Ke mana dia pergi? Apa mungkin menemani pelanggan? Hm ... ya mungkin saja begitu. Sudahlah, biar saja. Lagian bisa jadi ini hari terakhir Kinar bekerja di sini. Semoga saja begitu, Kinar akan segera terbebas. Tapi, kalau benar begitu, itu tandanya ini juga adalah hari terakhir aku bertemu dengan Kinar dong? Hiks, sedih juga rasanya kalau mengingat aku harus pisah dengan Kinar. Tapi kan perpisahan ini demi kebaikan Kinar. Aku harus ikhlas melepasnya. Hm ... malam ini pokoknya aku ingin menghabiskan waktu bersama dengan Kinar. Setelah selesai kerja, aku mau ajak Kinar jalan-jalan, akh," celoteh Sarla.
Saat dirinya sibuk berceloteh sendiri, tiba-tiba saja ada salah seorang pelanggan yang memanggil dirinya meminta untuk ditemani. Dengan segera Sarla pun menghampiri pelanggan tersebut.
Seperti biasanya, Sarla selalu memancarkan senyum manisnya saat bekerja. Tapi tidak ada seorang pun yang tahu di balik senyuman itu tersimpan kepedihan yang teramat dalam.
Di tempat lain, Adit masih saja mencari-cari tempat yang sepi. Dan pandangan mata Adit pun teralih kepada sebuah jembatan yang begitu gelap dan juga sepi. Di sana tidak ada seorang pun yang lewat. Sebuah jembatan yang di tengah-tengahnya terdapat tanda love.
Bagi Adit itu adalah tempat yang sangat bagus untuknya berbuat kejahatan. Dengan cepat Adit pun langsung saja memberhentikan mobilnya di sana. Setelah itu, Adit juga langsung menggendong Kinar dan membawanya keluar dari dalam mobil.
"Haha ... bagus sekali, akhirnya aku menemukan juga tempatnya," senang Adit.
Adit membiarkan Kinar tergeletak begitu saja di jalanan. Lalu dia pun pergi sebentar ke mobilnya untuk mengambil koran yang akan ia jadikan sebagai tilaman nantinya.
Kembali ke tempat Kinar tergeletak, Adit langsung saja membereskan koran tersebut agar bisa dijadikan tilaman.
Setelah dirasa cukup nyaman, Adit pun kemudian segera menidurkan Kinar di atas koran tersebut.
Di sana Adit mulai membuka pakaiannya sendiri. Dan dia telah berhasil melepas baju dan celana luarnya. Hanya tersisa pakaian dalam saja.
Kemudian setelah itu, Adit pun langsung saja beralih kepada pakaian milik Kinar. Baru saja Adit akan melepas pakaian Kinar, Kinar langsung tersadar. Tapi meski sudah sadar, Kinar tetap lemas dan merasa pusing.
Betapa terkejutnya Kinar saat melihat Adit yang telah berada di atas tubuhnya dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.
"Apa yang akan kamu lakukan?" kaget Kinar.
"Ahaha ... sudahlah, Kinar, kamu tenang saja ya. Aku tidak akan macem-macem kok sama kamu. Hanya satu macem saja. Haha ..." tawa Adit.
"Ikh ... pergi kamu! Menyingkir dari atas tubuhku sekarang juga!" titah Kinar.
"Haha ... jangan harap, Kinar! Itu sangat tidak mungkin akan aku lakukan. Sudahlah, kamu santai saja. Tidak perlu terlalu tegang begitu. Hm ... atau ini pengalaman pertamamu ya? Wah ... bagus sekali kalau begitu. Aku sangat beruntung menjadi lelaki pertama yang akan menyentuh dan menikmati tubuhmu itu," cicit Adit.
"Jangan harap kamu bisa melakukan hal itu padaku! Dasar brengsek! Bajingan kamu!" murka Kinar.
Kinar sebisa mungkin langsung mencoba untuk terlepas dari Adit. Namun sia-sia saja karena dirinya tidak memiliki tenaga yang cukup kuat. Ditambah lagi saat ini dirinya begitu lemas dan juga pusing karena terlalu banyak minum.
"Percuma saja, Kinar. Percuma kamu mencoba untuk pergi, kamu tidak akan pernah bisa lari dariku. Sudah, terima saja. Malam ini kita akan bersama," celetuk Adit.
"Tidak! Adit, aku mohon jangan! Jangan lakukan hal itu padaku, Adit! Aku mohon," mohon Kinar.
Percuma saja Kinar memohon kepada Adit, karena Adit sama sekali tidak mungkin akan mendengarkan permohonan dari Kinar tersebut.
"Maafkan aku ya, Kinar, tapi aku tetap akan melakukannya. Bersiaplah," sungut Adit.
Adit langsung melanjutkan kembali perbuatan bejatnya kepada Kinar.
Dan semuanya sudah berakhir, kini Kinar sudah bukan seorang gadis yang masih perawan lagi. Adit telah merampas semua itu dari Kinar.
Kinar telah ternoda di sebuah jembatan cinta.
Deraian air mata sudah membasahi pipi Kinar. Kinar sudah benar-benar hancur, dan itu semua karena Adit.
Setelah selesai melakukan hal itu kepada Kinar, Adit dengan segera mengenakan kembali pakaiannya.
"Terimakasih, Kinar. Terimakasih karena sudah menemaniku malam ini. Aku sangat suka," kelakar Adit.
Setelah mengatakan hal tersebut, Adit pun kemudian langsung saja bergegas pergi dari tempat itu. Adit takut kalau keburu ada orang yang melihat dirinya.
Buru-buru Adit pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan mengendarainya. Adit meninggalkan Kinar sendiri di jembatan cinta itu.
"Argh ... ini tidak adil! Kenapa ini harus terjadi padaku? Aku sudah tidak suci lagi. Aku telah ternoda! Aku ingin mati saja. Aku ingin mati! Hiks, Ibu," tangis Kinar yang begitu memilukan.
Hari semakin larut, Sarla telah selesai bekerja. Sedari tadi Sarla terus saja mencari-cari keberadaan Kinar, namun dia tidak bisa menemukan Kinar juga.
"Ini Kinar ke mana sih? Kok dia tiba-tiba ngilang kayak gini? Ke mana sebenarnya Kinar pergi? Astaga ... ada-ada saja," ujar Sarla.
Tak sengaja kebetulan ada orang lewat di depan Sarla. Dia merupakan pekerja juga di tempat Papih.
Tanpa menunggu waktu lama lagi, Sarla pun langsung saja menghentikan langkah kaki orang tersebut untuk bertanya tentang Kinar.