webnovel

Kisah Cinta Tak Biasa

Wanita yang selama ini terus murung dan bersedih, berubah menjadi wanita yang ambisius demi membalaskan dendamnya. Dia nekat menjebak lelaki yang telah membuatnya kecewa dengan membuat dirinya hamil anak dari lelaki tersebut. Jati dirinya sebagai wanita misterius penunggu jembatan cinta perlahan hilang saat dia memutuskan meninggalkan tempat persinggahannya tersebut. Masa lalu kelam yang harus membuatnya tinggal menyendiri. Dan, dendam yang membuatnya kembali berbaur dengan orang-orang. Dalam misi membalaskan dendamnya, dia harus kembali terjebak dalam buaian cinta. Saat dirinya kembali jatuh cinta, dengan tega suaminya menikah dengan wanita lain yang tengah mengandung anaknya.

Euis_2549 · Urbano
Classificações insuficientes
312 Chs

Adit

Siang harinya, Sarla terus saja murung. Dia masih memikirkan tentang kejadian semalam.

"Hiks ... aku sudah tidak punya harga diri. Hiks," sedih Sarla.

Saat Sarla tengah menangis, tiba-tiba saja Kinar pun juga masuk ke dalam kamar Sarla dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sarla," ucap Kinar.

Buru-buru Sarla langsung saja menghapus air matanya tersebut karena dia tidak ingin Kinar mengetahui bahwa dirinya saat ini tengah bersedih. Sarla takut Kinar akan curiga.

"Ya," sahut Sarla dibarengi dengan senyumannya.

Kinar tidak dapat berbicara lagi, dia hanya menunjukan air matanya saja di hadapan Sarla.

"Loh, Kinar, ada apa? Kenapa kamu menangis seperti itu, Kinar? Apa yang telah membuatmu bersedih?" tanya Sarla. Bukannya menjawab pertanyaan dari Sarla, Kinar justru malah semakin menangis tersedu. Kinar pun juga langsung saja memeluk Sarla mencoba mencari ketenangan di balik pelukan itu.

"Sarla ... hiks," tangis Kinar.

"Kinar, coba ceritakan padaku yang sebenarnya terjadi padamu? Bukankah semalam kamu pergi ke rumah orang tuamu? Lalu mengapa saat pulang dari sana kamu malah menangis?" heran Sarla.

"Sarla, ayahku telah memfitnahku. Hiks, Ayah memutar balikkan fakta," terang Kinar.

"Apa? Kok bisa sih seperti itu?" bingung Sarla.

Lalu Kinar pun langsung saja menceritakan kepada Sarla tentang kejadian di rumahnya.

Sarla sangat geram kepada ayah Kinar saat setelah ia mendengar cerita dari Kinar.

"Brengsek! Ayahmu itu sudah benar-benar keterlaluan, Kinar. Dia harusnya mendapat hukuman. Aku jadi sangat geram mendengarnya. Aku ingin sekali membunuh ayahmu itu," kesal Sarla.

"Ya sudahlah, Sarla. Tidak apa. Aku juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Biarkan saja begitu. Lagian juga kan aku sudah terlanjur berada di dalam pekerjaan ini. Aku akan menerima nasib sialku ini, Sarla," pasrah Kinar.

"Tidak! Itu tidak boleh terjadi, Kinar. Aku sama sekali tidak akan pernah setuju kalau kamu menyerah. Kamu tenang saja, Kinar. Tak lama lagi kamu akan segera dibebaskan oleh Papih dari pekerjaan ini. Aku sangat yakin akan hal itu," yakin Sarla.

"Mengapa kamu bisa seyakin itu, Sarla?" tanya Kinar.

'Ya, aku sangat yakin, Kinar. Aku telah mengorbankan diriku untukmu. Aku telah memberikan tubuhku ini kepada pria bau tanah itu hanya untukmu, Kinar. Demi kamu. Semoga saja kamu segera bebas ya, Kinar. Aku sangat berharap akan hal itu'. Batin Sarla.

"Sarla, kenapa kamu hanya diam saja? Kenapa tidak cerita padaku? Ayo katakan padaku, Sarla! Apa yang telah kamu lakukan?" selidik Kinar.

"Tidak ada kok. Sudah ah, kamu ga usah bahas masalah itu lagi. Aku hanya yakin saja kok," bohong Sarla.

"Kamu yakin? Kamu tidak sedang membohongiku, kan?" tanya Kinar.

"Ya ampun ... ya nggaklah, Kinar. Aku mana mungkin membohongimu. Udah ah, aku mau siap-siap. Bentar lagi kan sore, terus malam. Aku mau siap-siap dulu ya," ucap Sarla yang langsung saja melengos pergi. Sarla tidak ingin Kinar banyak bertanya lagi dan akan membuatnya nanti tidak sengaja mengatakan hal yang sebenarnya.

"Hmm ... tapi kok aku merasa kalau Sarla saat ini sedang menyembunyikan suatu hal dariku ya. Tapi apa itu? Aku harus secepatnya cari tahu tentang hal ini," celoteh Kinar.

Kinar pun juga ikut pergi ke dalam ruangannya sendiri di tempat kerja Papih. Dia juga akan bersiap.

Malam harinya, Kinar dan juga Sarla telah siap. Mereka berdua makan dulu sebelum melakukan pekerjaan yang tidak ingin mereka kerjakan itu.

"Aku sudah selesai makan, Kinar. Aku akan pergi dulu ya sebentar," ucap Sarla saat setelah dirinya selesai makan.

"Loh, kamu mau ke mana?" tanya Kinar.

"Ada lah. Aku pergi dulu ya," ucap Sarla yang kemudian pergi.

Sarla sebenarnya ingin menemui Papih. Dia akan menagih janji Papih yang katanya akan membebaskan Kinar.

"Tuh kan, Sarla semakin mencurigakan saja. Aku harus ikutin ke mana dia akan pergi," putus Kinar.

Diam-diam Kinar pun mulai mengikuti langkah kaki Sarla. Namun saat dirinya hampir setengah perjalanan, tiba-tiba saja seorang pria memegang tangannya.

"Hai cantik, kamu bekerja di sini ya?" ucap pria tersebut.

'Kalau bukan demi uang, aku tidak akan sudi untuk meladeninya'. Batin Kinar.

"Hmmm ... ya tentu saja. Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Kinar.

"Ada dong, Sayang. Temenin aku minum, yuk," ajaknya.

"Oh ... ok, mari," setuju Kinar.

Kinar pun kemudian langsung saja membawa pria itu ke tempat minum. Saat telah sampai di sana, dengan segera Kinar menuangkan minuman untuk pria tersebut.

"Nah ... ayo silahkan minum, tampan," ucap Kinar yang seolah tengah menggoda pria tersebut.

"Hm ... baiklah, Sayang. Mmm ... kalau boleh tahu, namamu siapa?" tanyanya.

"Kinar. Namaku adalah Kinar," aku Kinar.

"Waw ... nama yang sangat indah sekali, Sayang. Namaku Adit," ucapnya memperkenalkan dirinya sendiri.

"Owh ... Adit. Baiklah, Pak Adit," ucap Kinar.

"Eits, jangan panggil saya dengan sebutan, Pak! Saya tidak suka. Panggil saja saya Adit," titah Adit.

"Baik, Adit," ucap Kinar.

"Nah, gitu dong, Sayang," senang Adit. "Mari, kamu juga harus ikut minum," ajak Adit.

"Hm ... ok, aku akan minum juga," setuju Kinar.

Kinar memang sudah biasa ikut minum saat menemami pelanggannya minum.

Kinar bisa menghabiskan minuman sampai dua gelas saja. Tapi jika lebih dari itu, Kinar tidak mungkin kuat.

Saat ini Kinar telah selesai menghabiskan dua gelas minuman. Kinar merasa sedikit pusing.

'Aduh ... aku tidak kuat untuk minum lagi. Jangan sampai dia menyuruhku minum lagi'. Batin Kinar.

"Ayo, Kinar. Minumlah lagi," titah Adit.

"Mmm ... tidak usah deh. Aku sudah cukup," tolak Kinar.

"Yah ... kok gitu? Ayolah, satu gelas lagi saja," paksa Adit.

"Mmm ... tapi," ragu Kinar.

Tanpa menunggu persetujuan dari Kinar terlebih dahulu, Adit pun kemudian langsung saja menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas dan memberikannya kepada Kinar menyuruh Kinar agar segera meminumnya.

Karena sudah seperti itu, mau tidak mau Kinar harus meminumnya. Dan ternyata saat setelah Kinar menghabiskan minuman itu, Adit juga lagi dan lagi menuangkan minunan ke dalam gelas dan memberikannya kembali kepada Kinar.

Sudah lima gelas minuman yang telah Kinar minum. Saat ini Kinar benar-benar merasakan pusing yang sangat luar biasa.

Kinar pun kemudian langsung sempoyongan. Tubuhnya sudah tidak seimbang. Dan di detik barikutnya Kinar pun langsung tidak sadarkan diri.

Adit langsung tersenyum senang melihat hal itu.

'Baguslah, wanita ini tidak sadarkan diri juga. Haha ... sekarang aku bisa bersenang-senang dengannya. Tapi aku harus mencari tempat yang aman dulu'. Batin Adit.

Adit memiliki rencana yang begitu jahat untuk Kinar.

Dengan segera Adit pun langsung saja membawa tubuh Kinar ke dalam gendongannya. Adit langsung beranjak pergi sembari menggendong Kinar.