webnovel

Kevin, pelayan di Bar Glory.

"hei boy, bangun dong. Udah siang lho." Ucap selly pada roy kekasihnya yang masih terbaring ditempat tidur dengan bertelanjang dada bercelana pendek. Ya, mereka adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan lima tahun lamanya semenjak mereka bertemu dikampus tempat mereka kuliah. Roy si cowok cool idaman para cewek, seakan sudah ditakdirkan berjodoh dengan Selly sikutu buku yang periang dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus. Banyak yang bilang mereka adalah kekasih sejati, bagaimana tidak? Sekalipun Roy seorang yang berparas tampan dan bertubuh atletis, ditambah lagi dia adalah anak dari seorang konglomerat ternama dikotanya, perempuan mana yang tidak mau dengannya? Akan tetapi, sedikitpun Roy tidak pernah bergeming dikala para perempuan seksi sekalipun menghampirinya. Banyak yang beranggapan bahwa Selly perempuan beruntung. Dia bukan hanya mendapatkan laki-laki yang sempurna secara fisik. Akan tetapi, Roy benar-benar memperlakukannya bak seorang ratu, sekalipun ketika mereka sedang berada di antara teman-temannya. Pernah sekali waktu, Selly merasa kalau dia hanya sebagai alat taruhan Roy dan teman-temannya. Karena, dia pun merasa tidak mungkin seorang Roy benar-benar menyukainya. Tapi, semua pemikirannya dipatahkan dengan sikap Roy yang benar-benar tulus.

"sebentar lagi ya, masih ngantuk" jawab roy

"ya sudah, tapi aku mau berangkat kerja lho. Kamu nggak apa-apa nanti sarapan sendirian?" tanya selly sambil menatap cermin dan merapikan makeupnya.

"emmmh, temenin dulu" jawab Roy dengan gaya manjanya sambil hendak menarik tangan selly

"aku udah kesiangan sayang. Aku pulang siang kok hari ini. Clien ku cuma dua orang katanya" jelas selly seraya berharap Roy tidak kecewa

"ok deh. Hati-hati dijalan ya. Aku juga kayaknya mau ketemu Ben sebentar saja nanti siang."

"ok" percakapan pagi itupun ditutup dengan perginya selly dari apartemen dua lantai uniknya, sekaligus sebagai tempat nongkrong para pecinta buku dan kopi.

Empat tahun lalu selly memutuskan untuk tinggal sendiri selama kuliah, hal ini dikarenakan tempat tinggalnya yang jauh di pedesaan. Selama setengah tahun mencari tempat yang pas, akhirnya selly menemukan sebuah apartemen mini dua lantai yang menurutnya cukup unik. Ketika masuk dilantai satu, kita bisa langsung berhadapan dengan dinding bata dengan model tanpa plester yang dihiasi rak buku minimalis. Disebrangnya, yakni disamping kanan pintu masuk. Kita bisa melihat kitchen set dengan jendela lebar menghadap keluar sehingga memudahkan cahaya pagi masuk kedalam seluruh ruangan dilantai satu. Jika masuk lebih dalam disamping kiri pintu masuk, kita bisa menemukan pintu kamar mandi. Dan disamping pintu kamar mandi kita melihat tangga yang menuju lantai dua. Dilantai dua sendiri kita akan melihat ruangan tanpa sekat dengan tempat tidur berukuran cukup besar menghadap sebuah TV besar disamping tangga. Disamping kanan tempat tidur terdapat meja rias minimalis. Dan disamping kiri tempat tidur adalah tempat selly menyimpan maupun menggantung pakaiannya secara terbuka. Semacam gantungan minimalis.

Selly termasuk anak yang mandiri, setelah setahun kuliah, dia sudah bekerja paruh waktu disebuah café dekat kampusnya. Hampir 100% biaya kuliahnya dia tanggung sendiri dari hasil kerja kerasnya. Bukan karena dia anak dari keluarga tidak mampu. Keluarganya cukup berada meskipun tidak terlihat sekaya keluarga Roy. Akan tetapi, selly memang bukan anak yang terbiasa berpangku tangan kepada kedua orang tuanya. Ayahnya seorang pemilik toko elektronik terbesar didaerahnya dan Selly merupakan anak satu-satunya.

Roy tidak pernah mengetahui latar belakang Selly dengan jelas. Akan tetapi, dia cukup sering bertemu orang tua Selly. Selly memang tidak pernah bercerita banyak tentang kehidupan orang tuanya. Karena, dia berfikir bahwa laki-laki hanya perlu mengenal bagaimana dirinya, jika laki-laki bisa menerima dia apa adanya, pasti laki-laki itu juga bisa menerima keluarganya.

"Beb, kayaknya aku pulang malem deh, bos aku mendadak dapat clien. Katanya proyek besar." Tulis pesan Selly yang mampir di HP Roy.

"Oh, ya udah. Tapi jangan lupa makan ya" balas Roy singkat dan penuh perhatian.

"Ok, kamu juga ya. Love you" jawab selly dari tempat kerjanya.

Selly kini bekerja disebuah perusahaan Desain Grafis yang berada lumayan jauh dari apartemennya. Dia dipercaya sebagai manager marketing yang ulet dan terampil. Oleh karenanya, gaji yang didapatkannya pun lumayan, sehingga dia dapat membeli apartemen mini impiannya yang saat ini dia tinggali.

Tepat pukul 08.00 malam. Selly sampai diapartemennya. Tentunya dia berfikir bahwa Roy sedang menunggunya didalam. Ketika hendak memanggil Roy, dia seketika diam sejenak karena melihat sebuah sepatu kets dibalik pintu. Mungkin Roy sedang menerima tamu, pikirnya. Memang sudah hal biasa jika Roy sering membawa temannya untuk ngobrol santai atau main game di lantai dua, karena hanya diruang itu yang terdapat TV dan PS kesayangan Roy. Sedangkan dilantai bawah hanya terdapat sofa minimalis tempat Selly bersantai sambil membaca buku.

Selagi mengeluarkan belanjaan dari kantong belanja sepulang kerja tadi, Selly juga membersihkan piring kotor dan tak lupa mencuci sayuran dan memasukkan susu dan buah-buahan kedalam kulkas. Karena Roy tak kunjung turun, Selly pun berniat menghampirinya kelantai atas. Dengan makasud agar tidak mengganggu, Selly melangkah perlahan disetiap anak tangga. Semakin dekat, selly malah keheranan karena suasana ruangan cukup gelap. "Tak biasanya Roy bermain PS dalam suasana yang gelap", ucapnya dalam hati.

Sesampainya dilantai atas, samar-samar Selly melihat selimutnya bergerak-gerak. "Apa yang sebenarnya Roy lakukan?" pikir Selly. Karena penasaran yang teramat sangat, Selly pun memberanikan diri menyalakan lampu. Betapa terkejutnya dua sejoli yang sedang berada diatas tempat tidur ketika ruangan seketika terang. Begitupun dengan Selly

"ROY???" Selly terkejut dan sedikit teriak

Seketika hati Selly hancur melihat pemandangan didepannya, orang yang selama ini dia cintai dan percaya sepenuh hati, tega melakukan hal menjijikan dirumahnya, ditempat tidurnya. Tanpa pikir panjang Selly turun kebawah dan hendak pergi keluar rumah. Roy dengan cepat segera mengenakan celana dan berlari mengejar Selly.

"Sayang tunggu" Tegas Roy sambil menyambar tangan Selly

"KAMU TEGA YA. APA INI YANG KAMU LAKUKAN KETIKA AKU TIDAK DIRUMAH SELAMA INI? AKU PIKIR KAMU BEDA DENGAN LAKI-LAKI LAIN ROY, TAPI TERNYATA SAMA AJA." Teriak Sellly seraya memuntahkan amarahnya.

"Tidak, baru kali ini. Tadi sepulang meeting aku sedikit mabuk, dan dia yang mengantarku. Aku benar-benar nggak sengaja." Sanggah Roy berharap Selly mengerti

"NGGAK SENGAJA KAMU BILANG? AKU PULANG KERJA ITU SUDAH HAMPIR SATU JAM. KEGIATAN SELAMA ITU KAMU BILANG GAK SENGAJA? GILA KAMU ROY." Amarah selly semakin tak terbendung

"Oke, oke. Ini memang nggak wajar. Tapi sumpah, ini baru pertama kalinya Sel. Aku mohon kamu maafin aku. Aku nggak mau kita pisah, aku nggak mau kamu pergi. Please" Roy memohon kepada Selly

"Nggak, aku mau kamu pergi sekarang juga. Bawa semua barang-barang kamu dan perempuan jalang itu." Perintah Selly dengan sedikit menekan amarahnya.

Roy sadar situasi sangat tidak terkendali, Orang yang amat mencintainya harus melihat hal yang menyakitkan, sudah pasti tidak akan ada ampun. Tapi dihati kecilnya Roy tetap berharap Selly dapat memaafkannya. Dan malam itupun Roy pergi.

Keesokan paginya Roy masih bersikeras memohon maaf kepada selly dengan berbagai cara, dari mulai telepon. Pesan singkat yang tak hentinya dikirim. Sampai dengan mendatangi apartemennya Selly dan berharap Selly mau membukakan pintu walau sebentar saja. Akan tetapi, rupanya Selly tidak ada dirumah. Roy pun menunggu hingga malam hari karena khawatir Selly melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Ditempat lain, terlihat Selly sedang duduk sendiri dimeja Bar yang tak jauh dari rumahnya. Dia minum (alkohol) cukup banyak. Dan tanpa sadar, dari kejauhan ada sosok pria yang sedari tadi memperhatikannya. Pria dengan tinggi tak jauh beda dengan Roy, tidak kurus namun juga tidak begitu atletis, berparaskan manis dengan rambut rapi namun tidak klimis. Pria itu salah satu barista di Bar tersebut. Sembari melayani tamu, matanya terus tertuju kepada Selly dan seakan bertanya "sedang apa dia sendirian dan minum begitu banyak? Kemana laki-laki yang biasa menenaminya?" katanya dalam hati. Rupanya bar tersebut memang biasa didatangi Selly dan Roy, dan laki-laki itu kerap melayani mereka.

Melihat Selly sudah tak sadarkan diri, sang barista itupun pun membantunya berdiri dan mencoba mengajaknya pulang. Ternyata pria itu juga merupakan tetangga Selly, namanya Kevin, rumahnya hanya terhalang beberapa rumah saja dari rumah Selly.

Sesampainya didepan apartemen Selly, rupanya Roy masih setia menunggu didepan pintu. Melihat Selly dari kejauhan sedang tidak baik-baik saja, dia langsung berlari ke arah Kevin dan menyambut tubuh Selly yang sudah tidak terlalu sadarkan diri.

"Dia minum terlalu banyak tadi, karena tidak ada yang menjemputnya, jadi aku coba mengantarnya karena rumahku juga tak jauh dari sini" jelas kevin pada Roy

"Terima kasih, iya tadi handphone dia tidak aktif." Jawab Roy sembari langsung membawa Selly masuk kerumah.

Mereka berdua masuk kerumah dan meninggalkan Kevin. Sedangkan Kevin hanya memandangnya sampai mereka benar-benar masuk lalu kemudian pergi.

Pagi hari, selly mulai bangun dari tidurnya. Dia merasakan kepalanya pusing. Namun, sesaat dia bertanya dalam hatinya, bagaimana dia pulang kerumah tadi malam?. Tiba-tiba dari tangga muncul sosok laki-laki yang tak asing. Roy membawakannya segelas susu hangat dan roti bakar kesukaan Selly.

"sedang apa kamu disini?" Tanya Selly dengan ketus

"kemarin aku mencarimu kemana-mana, karena kamu tidak bisa dihubungi sama sekali, jadi aku menunggu didepan rumah seharian. Sampai akhirnya tetangga kita yang barista itu membawa pulang kamu yang dalam keadaan mabuk. Aku khawatir Sel." Jelas Roy panjang lebar sembari duduk bersimpuh disamping tempat tidur sambil memandangi wajah kekasihnya itu.

"Barista?" gerutu Selly dalam hati. Rupanya dia lebih tertarik memikirkan orang yang sudah mengantarnya pulang dibandingkan mendengar penjelasan panjang lebar Roy.

"kamu mau maafin aku kan?" Tanya Roy berharap Selly sudah melupakan masalah kemarin

"Maafin? Kamu pikir perbuatan kamu itu patut dimaafkan? Lima tahun yang kita jalani dengan serius lalu kamu bercanda dengan hal menjijikan seperti itu, dan masih berharap aku maafin kamu? Atau selama ini hanya aku yang menganggap hubungan kita serius?" Jelas Selly tak bisa menahan kekesalannya.

"aku janji cuma kali ini saja. Tidak akan pernah terulang lagi. Kemarin aku benar-benar khilaf." Roy tetap mecoba menjelaskan dengan hati-hati

"Tidak, sekali tidak tetap tidak. Tanpa kamu sadari, suatu saat nanti kamu bisa saka melakukannya lagi dan lagi. Jadi tolong, jangan ganggu aku lagi." Tak terasa air mata Selly pun keluar deras, dan Roy pun tak tahu harus berbuat apa melihat kekecewaan terberat itu.

Roy keluar dengan perasaan berkecamuk, karena jauh dilubuk hatiknya, dia masih sangat menyayangi Selly. Diapun kecewa dengan perbuatannya, dia berharap malam itu tak pernah terjadi. Dia benar-benar mabuk malam itu dan berfikir bahwa yang menemaninya adalah Selly. Sebelumnya dia tidak pernah mabuk berat jika sedang tidak bersama Selly. Dia termasuk orang yang mudah mabuk. Dan malam itu, rekan-rekannya membuatnya minum terlalu banyak. Dan sialnya, teman perempuan yang sangat menyukainyalah yang mengantarnya pulang. Melihat kondisi rumah yang kosong dan hanya berdua saja dengan orang yang dia sukai, perempuan itupun tidak menolak ketika Roy mengajaknya tidur bersama.

Sebulan berlalu, Selly dan Roy sudah benar-benar menjalani hidupnya masing-masing. Sampai akhirnya terdengar kabar disebuah grup reuni kampus bahwa Roy berpacaran dengan perempuan yang malam itu bersamanya diapartemen Selly. Seketika Selly merasakan sakit yang teramat di dadanya, tapi tak bisa berkata apa-apa karena itu sudah bukan urusannya lagi. Diapun memutuskan pergi ke Bar tempatnya biasa melepas penat. Terlihat Kevin tengah sibuk melayani beberapa konsumen. Ya, rupanya hari itu pengunjung sedang ramai. Sepertinya sedang ada yang mengadakan pesta. Selly sempat berfikir bahwa dia datang dihari yang kurang tepat. Karena, bukannya bisa menenangkan diri, disana malah terdapat banyak orang yang sudah hampir mabuk sambil tertawa kencang. Tapi selly juga butuh minum, pikirnya. Atau mungkin bergabung dengan mereka yang sedang berpesta bisa sedikit memecahkan kepenatannya. Kebetulan, beberapa pria pun menghampirinya, dan tanpa pikir panjang Selly pun menyambutnya. Berharap diantara mereka ada yang bisa menghiburnya.

Dari kejauhan Kevin memperhatikan Selly dan para pria itu sembari tangannya sibuk meracik minuman. Dia melakukan pekerjaannya dengan sangat profesional meskipun pandangannya hanya tertuju pada Selly. Dia memperhatikan para pria yang bersama Selly. Semakin lama semakin tidak wajar, pikirnya. Mereka bergantian menggendong selly dipangkuannya sembari tertawa, dan Selly sudah dalam keadaan mabuk berat. Dalam hati, Kevin merasa tidak nyaman melihat hal itu dan bertanya-tanya kenapa Selly membiarkan para pria memperlakukannya seperti itu.

Sudah habis kesabaran Kevin melihat kondisi Selly dengan para pria tersebut, diapun membuka apron hitamnya dan menghampiri Selly untuk membawanya keluar dari tempat itu. Salah satu pria tak terima dengan perlakuan Kevin tersebut. Akhirnya adu mulut pun tak dapat dihindari. Sang manager bar turun tangan dan mencoba melerai Kevin dan si pria. Karena tahu posisi pegawainya benar, sang managerpun menyuruh Kevin pergi membawa Selly.

Disepanjang perjalanan pulang, Selly yang setengah sadar mengeluarkan semua uneg-uneg dan alasannya pergi ke Bar itu. Kevin yang sedari tadi menggendongnya hanya terdiam dan seakan dengan sengaja berjalan sangat pelan, seperti tak ingin buru-buru sampai tujuan. Sejak satu tahun terakhir, Kevin memang sudah mulai menyimpan rasa terhadap Selly. Mneurutnya, Selly adalah wanita periang yang dapat membuatnya merasakan kehangatan tersendiri dalam hatinya, sifat Selly tersebut seakan membawa aura positif bagi orang-orang disekitarnya. Akan tetapi, kenyataan bahwa Selly selalu terlihat bahagia bersama Roy, membuat Kevin tak bisa berharap lebih. akan tetapi, sejak sebulan lalu ketika mengetahui Selly sudah dikhianati Roy, Kevin ingin memberanikan diri untuk mendekati Selly. Namun karena kesibukannya, dia tak bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk menemui Selly.

Kevin adalah adik dari pemilik Bar tempatnya bekerja. Sedari kecil, dia sudah terbiasa berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang dia mau. Ayahnya pengusaha kaya raya namun gila wanita. Ibunya seorang ibu rumah tangga biasa dan sering sakit-sakitan. Oleh karenanya dia selalu menyibukkan diri dengan bekerja agar dapat memiliki tempat tinggal sendiri dan menjauh dari ayahnya. Sesekali dia menitipkan uang hasil kerjanya kepada kakaknya untuk diberikan kepada ibunya. Karena, dia sama sekali tidak mau berjumpa dengan ayahnya.

Sesampainya dirumah Selly, Kevin kebingungan. Dia tidak tahu kode kunci rumah Selly, lalu bagaimana membawa Selly masuk? Pikirnya. Dia mencoba bertanya kepada Sellly tapi sepertinya Selly sudah tak sadarkan diri sama sekali. Akhirnya dengan perasaan ragu, dia membawa Selly pulang kerumahnya.

Sesampainya dirumah, dia membasuh wajah, tangan dan kaki Selly dengan hati-hati. Dia berharap Selly bisa beristirahat dengan nyaman. Kemudian, Dia membawa bantal dan selimut menuju ruang tamu untuk tidur disana, sedangkan Selly tidur dikamarnya.

Pagi hari dirumah minimalis nan asri milik seorang bujang manis namun sedikit cool itu, Selly terbangun dari tidurnya. Samar-samar dia memperhatikan sekelilingnya. Tak ada satu benda pun dirumah itu yang dia kenal. Jendela besar disamping tempat tidur membuat seluruh ruangan terlihat sangat jelas karena terkena sinar mentari pagi. Tak butuh waktu lama, Selly mulai menyadari bahwa dia bukan sedang berada dirumahnya. Seketika dia kaget, namun pening dikepalanya juga mengganggu konsentrasinya. Dari luar terdengar suara langkah kaki menghampiri kamar dan seseorang membuka pintu kamar.

Kevin masuk dengan membawa nampan berisikan susu dan roti diatasnya. Wajah yang terlihat tampan walau tanpa senyum itu melihat kearah Selly tanpa rasa ragu. Mendekat dengan tenang kearah tempat tidur dan meletakkan nampan dimeja kecil disamping tempat tidur.

"Kamu…?" Tanya Selly perlahan namun tak bisa menutupi kagetnya

"Maaf, semalem gue bawa lo kesini karena gue gak tahu kode kunci rumah lo" jelas Kevin dengan suara lembut sembari duduk dikursi samping tempat tidur

"Tapi, ini dimana? Dan lo siapa?" Tanya selly masih penasaran dengan laki-laki tinggi putih dihadapannya itu

"Gue Kevin, pelayan di Bar Glory. Semalam lo mabuk berat." Jelas Kevin masih dengan nada yang lembut dengan tatapan coolnya.

"Kevin?" Tanya Selly dalam hati.

"Sarapan dulu sebelum pergi, gue juga mau pergi kerja. Lo tahu arah pulang kan? Nggak jauh kok dari sini." Kevin berdiri hendak pergi dari kamar. Tapi,,,

"Ma makasih. Boleh keluar sama-sama?" Selly menarik tangan Kevin sebelum Kevin benar-benar berjalan ke arah pintu kamar. Dan beberapa detik merekapun bertatapan seakan berbicara satu sama lain dari hati. Kevin pun mengangguk dan menunggunya beranjak dari tempat tidur.

Disepanjang perjalanan, Selly hanya berjalan dibelakang Kevin. Wajahnya jelas memeprlihatkan begitu banyak pertanyaan tentang Kevin. "Dimana aku mengenalnya?", "Kenapa dia begitu peduli?","apakah dia tinggal sendirian sehingga berani membawa wanita mabuk malam-malam?" dan banyak lagi pertanyaan yang melintas dipikirannya.

"nggak usah dipendam, kalau mau nanya, nanya aja" tiba-tiba Kevin menghentikan lamunan Selly sembari berbalik badan dan menghentikan langkah Selly tiba-tiba

"HAH? bikin kaget aja. Kok lo tahu...?" Jawab Selly dengan kagetnya

"Kita udah lama tetanggaan. Cuma lo nya aja yang nggak sadar. Gue juga tahu hari apa aja lo bakal pergi ke Bar bareng pacar lo. Gue juga tahu Lo suka jogging keliling komplek kalau lagi libur kerja" Kevin menjelaskan panjang lebar sejauh mana dia suka memperhatikan Selly

"Tunggu, tunggu. Lo penguntit? Kok bisa tau semua kegiatan gue sehari-hari? Jangan-jangan, semalam Lo juga udah ngapa-ngapain Gue?" Tanya Selly dengan sedikit merasa khawatir

"Iya, emang kenapa? Toh Lo gak sadar juga kan?" Jawab Kevin iseng sembari melanjutkan perjalanan.

"APA? HEI, TUNGGU." Selly marah dan menarik baju Kevin.

Seketika Kevin berbalik dan mereka pun beradu pandang dengan sangat dekat. Selly seketika kaget tak bisa berkata-kata. Tanpa sadar dia berfikir kalau laki-laki dihadapannya tampan juga. Rambut pendek belah samping yang gak terlalu rapi dengan hidung mancung dan sudut mata yang tajam dengan tatapan lembut itu seketika membuatnya tak sadar bahwa dia sedang kesal.

"Gue gak akan pernah Nyakitin orang yang Gue sayang." Bisik Kevin pelan, tepat ditelinga Selly. Seketika membuat Selly mematung namun hatinya meleleh dan pipinya mulai memerah.

Kevin melanjutkan perjalanannya dan membiarkan Selly berdiri sendiri ditrotoar, tepat didepan rumah Selly. Sambil melambaikan tangan, Kevin mengisyaratkan seakan mereka akan berjumpa lagi.

Usai mandi dengan handuk masih terpasang dikepalanya, Selly duduk di kursi mini bar dapurnya sambil menghadap jendela. Tiba-tiba dia teringat kata-kata Kevin. "apa maksud perkataannya?","kenapa hatiku campur aduk mendengarnya?" gerutu Selly dalam hati. Dia teringat sosok Roy mantannya. Jika disandingkan, Roy dan Kevin sebenarnya sama-sama tampan dengan tinggi yang proporsional. Hanya saja, Roy adalah sosok yang sedikit ceria dibandingkan Kevin yang seperti pemurung. Selly juga masih sangat takut akan dikhianati. Jadi, dia mencoba untuk tidak menganggap serius ucapan Kevin.

pukul sepuluh malam, Kevin pulang bekerja melewati rumah Selly, dia berhenti sejenak memandangi pintu rumah itu. Cahaya lampu didalam rumah masih menyala terang. "apa dia masih kerja?","tapi biasanya jam sembilan semua lampunya udah redup". gerutu kevin dalam hati. Sedikit khawatir kevin mencoba mendekati pintu rumah. Ketika hendak mengetuk pintu, dia ragu. Takut kalau selly tidak ingin bertemu dengannya lagi karena kejadian tadi pagi. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara barang pecah dari dalam rumah. Kevinpun kaget dan mecoba mencari tahu dari balik jendela. Terlihat samar-samar seorang perempuan sedang tergeletak dilantai dengan tangan berusaha meraih sesuatu diatas meja. Sontak kevinpun ketakutan dan mencoba mendobrak pintu dengan sekuat tenaga sambil memanggil-manggil Selly. Setelah masuk kedalam rumah, tanpa pikir panjang Kevin langsung menggendong Selly dan membawanya kerumah sakit.

Selly terkena kram perut akibat beberapa hari dia mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Dengan setia Kevin menemaninya diruang UGD Rumah sakit tanpa meninggalkannya sedikitpun. Bahkan dia hampir tidak tidur dan hanya duduk disamping tempat tidur Selly. Sampai pada akhirnya Selly terbangun setelah semalaman tak sadarkan diri. Dia menyadari Kevin sedang menemaninya. Perasaan cemas yang amat sangat, terpancar jelas dari wajah Kevin. Selly segera berusaha bangun. Namun dengan sigap Kevin menahannya.

"Jangan bangun dulu, belum disuruh sama dokter" perintah Kevin seraya memaksa

"Gue udah mendingan kok, Gue mau pulang." Jawab Selly dengan tetap berusaha bangun dari tempat tidurnya.

"Ih ngeyel ya. Lo lupa semalem keadaan lo kayak gimana?" Kata Kevin dengan raut muka cemas terlihat jelas diwajahnya

Dokterpun menghampiri mereka dan segera mengecek keadaan Selly. Tak lama dokter memberikan resep obat kepada Kevin dan mempersilahkan mereka untuk pulang. Disepanjang perjalanan, tanpa sadar Kevin terus menggenggam tangan Selly didalam taxi. Selly yang tak mau menyinggung perasaan Kevin membiarkan kejadian itu meskipun sedikit membuatnya tak nyaman

"Kenapa? Bingung tangannya dipegangin kayak orang mau nyebrang?" tanya kevin tiba-tiba tanpa melihat Selly

"Hah? i i iya. Kenapa sih? Aneh banget." Jawab Selly sedikit kaget dan malu-malu

"abisnya, Lo gak mau bersandar kebahu gue, ya udah. Tangannya aja yang gue pegang." Jelas Kevin berusaha jujur tapi masih dengan gaya santainya.

Sesampainya dirumah, Selly masih bingung dengan tingkah Kevin sejauh ini. "ini orang maunya apa sih?","kok bisa sePeDe itu tapi tetap santai?" gerutu Selly dalam hati.

"Tunggu, gue mau Lo jelasin apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Selly seraya menahan diri Dan juga Kevin didepan rumahnya.

"Jelasin apa?" Tanya Kevin dengan gaya santainya

"Sebenarnya apa yang Lo mau dari gue? Kenapa Lo bisa sebaik ini sama gue? Apa gue punya hutang sama lo yang gak gue sadari?" Tanya Selly panjang lebar hanya dengan satu tarikan nafas

"Nggak, lo gak punya hutang apa-apa?" jelas Kevin dengan singkat

"Terus, kenapa lo seperhatian ini sama gue? Gue baru kenal lo beberapa hari lalu. Jangan bilang lo Cuma lagi jadiin gue bahan taruhan lo dan temen-temen lo." Tegas Selly dengan membayangkan jawaban apa yang akan Kevin berikan.

"Apa itu yang cowok lo dulu lakuin? Sampai-sampai lo gak bisa buka hati lo lagi buat laki-laki lain?" Kevin kembali bertanya sembari menatap Selly dengan serius

"A Apa? Apa urusan lo ngurusin masa lalu gue? Emang gue sodara lo?" Tanya Selly dengan sedikit tersinggung

"Gue berharap lebih dari itu". Tegas Kevin menghentikan percakapan panas itu beberapa saat.

Mereka saling pandang untuk waktu yang lama. Selly tidak berfikir akan mendapatkan jawaban seperti itu. Dia pun ragu apakah harus mulai membuka hatinya lagi atau tidak untuk laki-laki. Tiba-tiba mata selly berkaca-kaca. Dia tidak dapat membendung air matanya. Seketika Kevin panik dan merasa bersalah.

"Lo kenapa? Sakit lagi perutnya?" tanya Kevin penuh kekhawatiran

Selly hanya menggeleng sambil menundukkan kepalanya. Dia bingung harus bicara apa. Dia bahagia namun juga ragu dengan laki-laki itu. Dia bahagia tapi takut patah hati lagi. Seketika tangisnya pecah dan hampir jatuh karena merasa kakinya lemas. Tapi kevin dengan sigap menahannya dan memeluknya erat.

"maaf kalau gue salah. Gua gak bermaksud buat lo sakit. Gue cuma gak bisa menahan lagi perasaan gue. Gue sayang sama lo sejak pertama gue lihat lo. Meskipun lo punya yang lain waktu itu. Gue juga gak berharap lebih. Gue cuma mau lo tau perasaan gue. Cuma mungkin sikap gue emang kurang tepat" jelas Kevin dengan sedikit khawatir Selly akan merasa sakit hati dengan perkataan dan perbuatannya selama ini.

"Nggak, gue gak marah sama lo. Gue cuma bingung harus anggap lo apa? Gue takut patah hati lagi. Gue takut kecewa lagi." Selly mencoba menjelaskan perasaannya juga sembari menahan air matanya.

"ya udah, mending kita ngobrol didalam ya" Kevin menggandeng selly masuk ke dalam rumah.

Kevin membuatkan Selly teh hangat, dan perlahan berjalan menuju Selly yang tengah duduk disofa tengah rumah dengan pandangannya yg fokus ke arah meja. Suasana cukup hening seakan mendukung pikiran semrawut mereka berdua. Mereka bingung satu sama lain harus mulai pembicaraan dari mana.

"Selama ini lo cuma berusaha menghibur gue kan? Lo gak serius sama ucapan lo tadi kan? Gue baru kenal lo, gue yakin lo juga baru kenal gue, jadi gak mungkin lo bisa seyakin itu sama perasaan lo." Ucap selly seakan bertanya pada Kevin namun dengan pandangan yang tertuju pada meja didepannya.

"Gue emang butuh teman, tapi bukan teman semacam itu. Gue benar-benar pernah kecewa sama laki-laki. Dan gue tak…." Seketika ucapan sellypun terhenti ketika bibir lembut mendarat dibibirnya. Selly tak berdaya menghindar karena Kevin memegang bahunya dengan erat. Tak lama kemudian, Kevin melepas genggaman dan kecupannya.

"Gue tulus sayang sama lo, dan gue berharap bisa jadi yang terakhir buat lo sampai akhir hayat gue." Ucap Kevin seraya meyakinkan Selly kalau dia tidak main-main dengannya.

"Dan mulai sekarang, gue gak mau lihat lo sedih lagi. Gue bakal berusaha buat lo bahagia." Jelas Kevin meyakinkan lagi Selly.

"Sekarang lo istirahat, jangan mikirin macem-macem. Besok gue kesini lagi sebelum pergi kerja. Ok?" Perintah Kevin dengan lembut sembari berdiri hendak menuju dapur untuk beres-beres. Akan tetapi, Selly menarik tangannya.

"Mau nggak lo nemenin gue malam ini disini?" tanya selly dengan wajah penuh harap

Kevin berfikir sejenak lalu kemudian

"Lo yakin mau gue temenin?" tanya Kevin meyakinkan Selly

"Lo nggak mau?" Balas Selly sedikit kecewa, lalu berdiri hendak menuju tangga.

Seketika Kevin menarik badan selly dan memeluknya dengan lembut.

"Ok, gue temenin sampai Lo tidur." Jawab Kevin meyakinkan Selly

Selly yang sudah bersiap tidur dengan selimut menutupi setengah badannya. Sedangkan Kevin duduk dikursi samping tempat tidur sambil menatap Selly. Keduanya berpandangan sambil terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian Selly mengawali percakapan.

"Gue masih gak percaya dengan kejadian hari ini." Ungkapnya

"iya, gue tahu." Jawab Kevin singkat sambil memindahkan rambut Selly yang hampir menutup sebelah matanya

"Gue baru kenal Lo, gak tau latar belakang kehidupan Lo. Nomor HP Lo aja gue gak tau." Pungkas Selly

"Terus, Lo maunya gimana? Lo mau tau keluarga gue? Kakak Gue pemilik Bar ditempat gue kerja. Orang tua gue bukan Asli orang sini. Dan gue gak berniat ngenalin Lo sama mereka, kecuali kalau Lo udah siap jadi Istri Gue." Jelas Kevin mencoba meyakinkan Selly

"Kok Gitu? Maksa banget. Emang Lo yakin kalau gue juga suka sama Lo?" Gerutu Selly dengan sedikit manja

"Kalau nggak, Lo gak bakal mau deket sama gue kan?" goda Kevin

Mendengar pernyataan Kevin, Selly membalikkan badannya membelakangi Kevin.

"Kalau mau pulang tolong matiin lampunya" ucap Selly dengan nada agak kesal.

Namun tiba-tiba tempat tidurnya bergerak. Ada tangan yang merangkulnya dari belakang. Seketika Selly kaget dan membalikkan badannya ke arah Kevin. Mereka beradu pandang cukup dekat. Bibir Kevin bahkan hampir menyentuh bibirnya.

Ke sekian kalinya Kevin melakukan hal-hal yang membuat jantung Selly berdegub kencang. "Perasaan apa sebenarnya ini?" ucapnya dalam hati

"Malam ini boleh tidur disini kan?" tanya kevin sembari memejamkan matanya

Seketika Selly tak bisa menjawab pertanyaan Kevin. Dalam hatinya dia memang ingin Kevin menemaninya. Dia merasa aman dan nyaman ketika berada didekatnya. Tapi, dia tidak mengenal laki-laki ini. Haruskah dia percaya sepenuhnya pada laki-laki ini? Gerutu Selly dalam hati.

Tak terasa, malampun berganti pagi. Selly pun terbangun dari tidurnya. Dia kaget mengetahui Kevin tak ada disampingnya. Seketika dia pun menangis. Dia bergumam dalam tangisnya dan merasa bahwa dirinya perempuan bodoh. Terlalu percaya kepada laki-laki. Padahal belum lama dia dikhianati oleh laki-laki. Harusnya dia tidak mempercayai laki-laki begitu mudahnya. Dia kecewa untuk kedua kalinya. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar langkah kaki ditangga. Seketika Selly terdiam dan menoleh kearah suara. Ternyata itu Kevin yang sedang membawakan sarapan untuknya. Melihat Selly seperti habis menangis, Kevin menyegerakan langkahnya dan menghampiri Selly.

"Kenapa? Ada yang sakit lagi? Mau kedokter?" Tanya Kevin dengan tergesa-gesa sambil mencari-cari barangkali ada bagian tubuh Selly yang kesakitan

Selly hanya menggelengkan kepala sambil menahan tangis. Sambil menatap Kevin diapun berkata.

"Kenapa kamu gak bangunin aku kalau mau pergi?" gerutu Selly sambil tak dapat menahan tangisnya

"kamu? Aku?" Kevin keheranan lalu tersenyum geli

Ini pertama kalinya Selly melihat senyum manis Kevin. meskipun Kevin tak pernah kelihatan buruk dikala bersikap dingin. Tapi, senyum Kevin merupakan hal baru dan sangat manis baginya.

"Kenapa senyum-senyum?" timpal Selly

"Gue gak salah dengerkan? Lo bilang "kamu"? Gue gak mimpi kan?" Tanya Kevin tak percaya

"Emang salah? Bukannya itu panggilan yang lebih baik untuk pasangan?" Jawab Selly sambil mengusap air matanya.

"Maksudnya? Kita pacaran nih sekarang?" Tanya Kevin masih tidak percaya

"Gak mau? Ya udah, gak usah." Jawab Selly dengan wajah kesal

"Nggak, nggak. Maksudnya. Gue eh, Aku maksudnya, resmi jadi pacar kamu dong?" Tanya Kevin dengan sedikit menggoda

"Ih apaan sih? Tau ah. Sini sarapannya. Laper tahu." Jawab selly malu-malu dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Pembicaraan mereka pun dilanjut dengan canda tawa.

Sebulan berlalu sejak Selly dan Kevin resmi pacaran. Keduanya tampak serasi dan harmonis. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama karena jarak Bar lebih dekat dengan rumah Selly. Itu mempercepat waktu untuk Kevin pergi bekerja. Suatu hari, Kevin pergi bekerja seperti biasa. Sepulang bekerja, biasanya dia pergi ke swalayan untuk berbelanja kebutuhan rumah. Dia tidak ingin menyusahkan Selly sedikitpun.

Suatu ketika diswalayan, terjadi suatu ledakan yang kencang. Karena penasaran, Kevin berlari keluar. Nahasnya, itu adalah tabrakan mobil. Saking kencangnya tabrakan itu, salah satu mobil terpental hingga mencapai swalayan. Kevin seketika ambruk terkena hantaman mobil. Dia lalu dilarikan kerumah sakit.

Selly yang mendengar kabar itu buru-buru mendatangi rumah sakit. Air matanya tak terbendung membayangkan hal buruk yang terjadi pada Kevin. Sesampainya dirumah sakit, rupanya Kevin mengalami luka yang cukup serius dikepalanya. Selly hanya bisa menunggu dibalik pintu operasi dan berharap Kevin akan baik-baik saja. Tak lama kemudian, seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa. Laki-laki itu menoleh ke arah Selly.

"Selly?" Tanyanya perlahan

"I, Iya." Jawab Selly sembari sesegukan

"Saya kakaknya Kevin. bagaimana keadaannya sekarang?" Tanyanya memastikan

"Dia sedang dioperasi. Luka dikepalanya cukup serius. Kemungkinan dia akan pulih agak lama." Jawab Selly mencoba menerangkan dengan hati-hati. Meskipun hatinya sedang sedih, dia berusaha untuk membuat Kakaknya Kevin tidak ikut cemas.

"Baiklah kalau begitu. Saya kebagian administrasi dulu ya." jelas Kakak Kevin sembari meninggalkan tempat itu. Selly mengangguk tanda paham.

Tiga jam sudah berlalu, Operasi pun selesai. Dokter bilang Kevin akan pulih, hanya saja akan sedikit meninggalkan trauma hilang ingatan sementara, sehingga butuh pendampingan yang telaten agar dia bisa pulih dengan cepat. Selly mengangguk tanda meng-iyakan

Setelah Kevin berada dikamar pasien. Selly segera menghampirinya. berharap Kevin dapat segera sadar dan tersenyum kembali. Selly dengan setia menemaninya tanpa meninggalkannya sedikitpun. Untungnya, Kakak Kevin datang membawakannya makanan sehingga Selly tak perlu pergi meninggalkan Kevin. Sang kakak juga tahu betul seperti apa hubungan mereka. Maka, Kakaknya pun mempercayakan Selly untuk menjaga Kevin selama perawatan dirumah sakit.

Tiga hari berlalu, Kevin masih belum sadarkan diri. Tapi Selly dengan setia menjaganya dari mulai mengecek Cairan Infus sampai dengan membersihkan tubuh Kevin. Tiba-tiba dari balik pintu, masuk seorang perempuan. Diperkirakan umurnya sebaya dengan Selly, akan tetapi, penampilannya yang berbeda jauh dengan Selly. Rok Mini dengan rambut panjang ikal diikat ponitail, mengenakan cardigan beludru putih serta makeup yang lengkap. Tak lupa juga, sepatu wedjes setinggi 7cm.

"Kevin, kenapa bisa sampai begini?" ucapnya pada Kevin yang masih terbaring tak sadarkan diri ditempat tidur.

"maaf, kamu siapa ya?" tanya selly penasaran

"Eh, kamu temannya ya? maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya benar-benar syok mendengar kabar Kevin kecelakaan. Oh ya, saya Mega, pacarnya Kevin." Jawab Perempuan itu panjang lebar dengan diakhiri kalimat yang membuat seakan dunia Selly runtuh seketika

"Maaf, pacarnya?" Tanya Selly memastikan

"Iya, saya pacarnya sejak kuliah dulu. Hanya saja, kita LDR karena saya melanjutkan study diamerika. Kamu teman kerjanya?" Jelas Mega tanpa rasa curiga sedikitpun

"I, Iya. Saya teman kerjanya. Maaf, apa kamu menetap disini?" Jawab Selly dengan hati-hati

"Iya, saya akan menetap disini. Oh ya, terima kasih sudah menjaganya beberapa hari ini. Saya tahu keluarganya belum berubah. Dan saya yakin ayahnya tidak akan pernah menjenguknya. Apalagi ibunya, kakaknya pasti merahasiakan kejadian ini padanya." Pernyataan Mega sedikit mengusik pikiran Selly

"keluarganya? Kenapa?" Tanya Selly penasaran

"Oh, kamu belum kenal lama ya dengan Kevin? Kevin ini seperti anak broken Home, ayahnya pengusaha kaya namun gila wanita. Ibunya sering sakit-sakitan. Satu-satunya keluarga yang peduli ya Kakaknya. Dan ketika ada kejadian-kejadian seperti sekarang, Kevin melarang siapapun memberitahu ibunya. Dia pikir, ibunya sudah cukup menderita karena ayahnya." Jelas Mega menyadarkan Selly.

Kevin yang selama ini dia anggap laki-laki yang manis dan tegar. Ternyata adalah seorang yang sangat butuh perhatian lebih. Mungkin karena itu Kevin selalu terlihat cuek dan seperti tak peduli dengan sekitarnya. Dia hanya tidak paham bagaimana mengekspresikan kebahagiaan sesungguhnya. Melihat perempuan yang dihadapannya seperti sangat mengenal Kevin, akhirnya dia memutuskan bahwa Kevin harus bersama dengan perempuan yang benar-benar bisa mengerti dia.

Satu bulan sudah, akhirnya Kevin bisa pulang dari rumah sakit. Seperti yang dikatakan dokter, Kevin sepertinya kehilangan ingatannya. Karena selama dirumah sakit dia ditemani oleh Mega. Maka hanya Megalah yang dia kenal. Sepulangnya dari rumah sakit, mega membawa Kevin ke Bar Kakaknya terlebih dahulu untuk membantu Kevin mengingat tempatnya bekerja. Setelah itu mereka pulang menuju rumah Kevin. Di depan rumah Selly, Mega memanggil Selly yang hendak membuang sampah.

"Hey, kamu temannya Kevin itu kan? Ternyata tinggal didaerah sini juga?" Tanya Mega

"I, Iya. Kevin sudah baikan?" Selly balik bertanya

"Iya, dokter bilang sudah boleh pulang. Tapi, sepertinya dia tidak ingat apapun. Kamu ingat dia kan sayang? Dia temanmu lho. Tiga hari pasca operasi, dia yang menemani kamu." Tanya Mega pada kevin

Meskipun Selly masih menyayangi Kevin, tapi dia berharap Kevin tidak akan mengingatnya lagi.

"Ah, mana dia ingat. Kita baru kenal. Yang penting dia sudah pulih. Kalau begitu, saya masuk dulu ya." Ucap Selly seraya ingin mengakhiri percakapan dan segera masuk kerumah sembari menahan air matanya.

Melihat Mega dan Kevin pergi menjauh. Air matanya tak dapat dibendung lagi. Kisah cintanya bersama Kevin yang diharapkan dapat bertahan hingga maut memisahkan mereka, nyatanya tak semudah itu. Dia merelakan Kevin dengan Mega, dengan harapan Kevin dapat hidup lebih bahagia.

Seminggu kemudian saat sedang lari pagi, Kevin berhenti tepat didepan rumah Selly. Selly yang sedang membuang sampah mencoba menyapanya walau sedikit ragu.

"Hey, Sepertinya sudah pulih ya? pacarnya mana?" tanya Selly basa basi

"Ada." Jawab Kevin singkat

"Oh, kalau begitu saya masuk dulu." Ucap Selly tak ingin terlalu lama basa basi dengan Kevin

"nggak kerja?" tanya Kevin segera

"hah? oh, nggak. Lagi libur." Jawab Selly sedikit kaget

"Kapan-kapan boleh mampir?" Tanya Kevin serius

"Bo, Boleh. Mampir aja. Jangan lupa bawa pacarnya." Jawab Selly sedikit kebingungan

"Kalau sekarang boleh?" Tanya Kevin masih dengan tatapan serius

"Hah? Emmmh. Boleh. Tapi agak berantakan nggak apa-apa ya?" Jawab Selly sedikit salah tingkah

Mereka berduapun masuk kedalam rumah. Kevin melihat-lihat kesekeliling rumah seakan mencari-cari sesuatu. Selly yang melihatnya pun sedikit kebingungan tapi tetap berfikir positif.

"Kamu beneran nggak inget apa-apa?" Tanya Selly ragu-ragu, takut menyinggung perasaan Kevin

"Aku boleh lihat ke atas?" Kevin mengalihkan pertanyaan Selly

"Hah? boleh sih. Tapi berantakan." Jawab Selly kebingungan namun juga penasaran

Tanpa pikir panjang Kevin langsung naik kelantai dua meskipun Selly belum mempersilahkannya. Sellypun sedikit kaget dan mengikutinya.

"Kamu nggak tinggal sama pacar kamu?" tanya Kevin tiba-tiba

Selly tak bisa menjawab. Dia hanya mengikuti Kevin dari belakang sampai ke lantai atas.

"Kamu suka Art ya?" Tanya Kevin sambil melihat-lihat dinding kamar Selly

"Iya." Jawab Selly singkat

"Kalau sama aku suka juga?" Tanya Kevin sambil membalikkan badannya tiba-tiba ke arah Selly.

Selly kaget dengan sikap dan pertanyaan Kevin yang tiba-tiba.

"Maaf? Kenapa tiba-tiba ya?" Tanya Selly penasaran

"Bukannya kamu suka sama aku?" Tanya Kevin kembali

Tiba-tiba Selly berkaca-kaca. Dia tak sanggup menyembunyikan kesedihannya. Tapi dia takut semua ini hanyalah mimpi. Dia tidak berani menatap Kevin. dia hanya bisa menunduk menyembunyikan kesedihannya. Kemudian, ada tangan lembut mengangkat dagunya. Selly melihat Kevin yang dia kenal dari matanya. Dan yang dia takutkan pun jadi kenyataan. Ingatan Kevin sebenarnya sudah kembali dua hari lalu. Dia segera menjelaskan kepada Mega siapa Selly, dan seperti apa hubungannya dengan Selly. Saat itu juga Mega memutuskan untuk pergi. Namun Kevin heran dengan sikap Selly seminggu yang lalu. Seakan Selly baru mengenalnya. Kevinpun penasaran dan ingin mencari tahu.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu ini pacarku pada Mega?" Tanya Kevin sedikit tegas

Air mata Selly pun tak terbendung lagi. Dia ambruk kelantai dan duduk dengan lemas. Kevin mengikutinya duduk dilantai

"Aku takut nggak bisa bahagiain kamu. Aku dengar semua cerita tentang keluargamu. Aku nggak mau jadi beban kamu selanjutnya. Dan aku lihat Mega lebih pantas buat kamu." Ucap Selly menjelaskan bagaimana perasaannya.

"Aku berharap kamu nggak ingat aku lagi. Tapi kenapa sekarang kamu kembali?" Tambahnya

Seketika Kevin memeluknya dan menghiburnya.

"Kamu tuh mendahului Tuhan, Tuhan bilang kita harus sama-sama, kenapa kamu malah ninggalin aku dan berlagak tidak mengenalku?" Ucap Kevin

Selly sesegukkan dan mencoba melihat wajah Kevin. Kevin membalas tatapannya dan tersenyum.

"Kenapa kamu selalu membuatku ingin tertawa dan memelukmu erat?" Tanya Kevin seraya menghibur Selly.

Kevin mencoba mengangkat Selly untuk berdiri. Dia mengajak Selly duduk disamping tempat tidur.

"Kenapa harus nangis pagi-pagi? Nanti dikira orang KDRT lho.." Hibur Kevin berharap Selly dapat tersenyum

"Kenapa kamu jadi lawak begini setelah hilang ingatan?" Gerutu Selly manja.

"Masa sih? Tapi aku makin cinta juga sama kamu." Kevin mencoba gombal

"Ih apaan sih. Nggak lucu." Balas Selly sembari berdiri hendak pergi.

Namun, segera Kevin menarik tangan Selly sedikit kencang hingga Selly pun jatuh ketempat tidur. Disusul Kevin yang tak sengaja jatuh diatas tubuh Selly. Tak lama kemudian, Kevinpun menjatuhkan bibirnya dengan lembut ke bibir Selly, kecupan demi kecupan yang cukup lama dari biasanyapun terus berlanjut. Tanpa sadar merekapun tenggelam dalam pelukan satu sama lain.