webnovel

BAB 1

 

 

     Hai, namaku Amar. Aku juga biasa dipanggil Mamang oleh beberapa saudara dan kawanku. Namun, tak jarang pula mereka memanggilku dengan sebutan Doel, karena nama panjangku diawali dengan kata Abdul. Aku memiliki kisah yang sangat sederhana namun, tak biasa orang punya sebuah cerita tentang perjalanan hidup yang luar biasa dan didalamnya terdapat sekelompok orang yang pandai bercerita tentangku dan kehidupan mereka yang tak ingin dipaksa untuk menjalani sebuah kehidupan yang penuh tanya. Aku anak kedua dari empat bersaudara. Keluargaku terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.

     Kisahku bermula dengan sebuah kata sederhana seperti "tolong", lalu dilanjutkan dengan "mau". Disitulah, aku menemukan sebuah kisah yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan hamba Tuhan semesta.

     Aku punya banyak cerita tetapi, aku hanya mau menceritakan secuil dari kisah hebat yang pernah aku miliki. Tentang sebuah pertemanan biasa tapi menjadi indah karena kuanggap persaudaraan yang melalui banyak perjalanan melintasi bumi, menjelajahi luasnya pulau dan laut lepas dunia, huru hara kehidupan, dan tak jarang, datang sebuah rasa kecewa akibat patah hati yang lumayan parah pada masanya.

     Oh iya, awalnya, kisah ini diukir oleh 10 kawanan manusia yang punya solidaritas tanpa batas. 6 orang anak Adam dan sisanya adalah manusia berdarah Siti hawa. Dan tambahannya akan ada tambahan di sela-sela cerita.

     Yang pertama adalah Beni. Menurutku, ia adalah seorang yang tak mudah patah hati, tetapi ia sangat dikagumi oleh beberapa wanita di kampung halaman maupun di sekolahnya dulu. Tak kenal lelah adalah selogan kehidupannya, memiliki cita cita sebagai TNI angkatan laut dan berkeinginan menjadi Laksamana diusia muda. Selain itu, ia juga menjadi gitaris berbakat yang bertugas sebagai melodi di band kami.

     Yang kedua, namanya Annisa Ayu Rohmah. Biasa dipanggil Annisa dengan garis keturunan yang sangat mulia diantara kami semua. Ia adalah seorang gadis keturunan putri bangsawan Persia. Ayahnya berasal dari keluarga kaya dan ibunya adalah keturunan Jawa timur yang sangat menjunjung tinggi keislaman yang ada dan siap mengorbankan segalanya demi agama. Berjilbab biru muda dengan memakai celana panjang dan jarang memakai rok adalah kesukaannya. Ia juga seorang muslimah yang taat kepada Tuhannya. Hanya saja, dia adalah seorang yang memiliki sifat sensitivitas yang sangat tinggi. Hanya mau berteman dengan segelintir orang dan tidak mau jatuh ke dalam masalah patah hati yang serius. Melawan luka yang ada dengan cara bernyanyi dalam band kami, suaranya indah dan sangat merdu, tak heran jika dia sering menjadi qori' atau pembaca Al quran di acara acara penting.

     Yang ketiga adalah seorang traveler cantik berdarah Kosta Rika bernama Ratu Selena Cantika, biasa dipanggil Selena atau Lina. Ayahnya yang memberi nama layaknya seorang warga Indonesia dan ibunya hanya berjasa melahirkan dan merawatnya saja karena menurut budaya Kosta Rika seorang ayahlah yang berhak memberi nama seorang anak dari keluarganya sendiri. Berkulit putih dan rambut lurus yang jarang dikuncir adalah ciri khas seorang gadis yang tinggal di pusat kota dekat pasar modern Kabupaten Bogor. Hobi traveling dan menguncir rambutnya dengan gaya lurus kebelakang saat berpergian adalah kebiasaan yang sangat mudah diingat dari ciri biasanya. Selain itu ia juga seorang Nasrani yang sangat sederhana dan tak pernah memandang remeh agama yang lainnya. Meski kami berbeda keyakinan, tapi ini bukan masalah agama atau ras dan keluarga, tapi ini adalah tentang rasa persaudaraan yang kami jalin dengan merangkul semua perbedaan dan kami ikat dengan jalinan kekeluargaan.

     Selain Selena, ada juga kawan kami yang berbeda keyakinan namanya Hera, kalau tidak salah nama panjangnya Ketut Hera Pramudya. Ia berasal dari Bali yang pindah rumah di Jawa karena ayah dan ibunya adalah seorang pengusaha yang memilih membuka usahanya berupa bisnis kerajinan tangan yang tersebar di pelosok negara. Ia sudah menetap di Jawa sejak usia lima tahun dan sangat akrab denganku sejak kami duduk dibangku taman kanak-kanak dulu. Tapi kami berpisah saat sekolah dasar karena aku sekolah di SD Muhammadiyah sedang dia sekolah di SD negri di kawasan kita berdua. Hanya berpisah sekolah dan lanjut komunikasi dirumah sebagai kawan desa yang bermain dengan permainan lama yang jarang anak kecil jaman sekarang tahu. Berambut pirang dengan panjang se alisnya merupakan ciri yang mudah di kenal oleh teman teman sebaya kita.

     Yang kelima, keenam dan ketujuh adalah saudara kembar seiras dan tak seiras. Bagaimana bisa?, Dua orang kembar laki laki dan seorang gadis kembar tak seiras berambut panjang. Nama mereka Dana, Dani dan Dian, cukup akur untuk dianggap saudara. Bahkan aku masih ingat saat Dana terjatuh dari sepeda dan mengakibatkan siku dan keningnya berdarah, Dani dengan sabar dan penuh tangis merawatnya sampai tak ada luka dan meninggalkan bekasnya saja. Aku mengenal seorang Dian sebagai gadis yang sering berjilbab berwarna hitam dan tak jarang pula ia mengenakan yang berwarna putih. Selain itu, ia juga sangat suka pelajaran fisika yang membuat banyak anak berseragam putih abu-abu pusing di buatnya.

     Selanjutnya, ada dua orang yang sangat seru. Mereka adalah Tomi dan Lisa. Dua orang pesilat tangguh yang menjadi kader saat usia mereka 15 tahun, tetapi mereka sela 4 bulan menjadi kader. Tomi pada bulan Januari, sedangkan Lisa pada bulan Mei. Berseragam hitam dan berselendang merah cerah adalah simbol dan arti warga pesilat sejati menurut mereka. Aku kagum dengan sifat mereka yang tak ingin memperlihatkan keahlian mereka dalam bidang pertarungan untuk menguji siapa yang kuat, tetapi hanya memperlihatkan keahlian mereka pada saat terancam dan dalam posisi yang membahayakan saja.

     Terakhir, ia adalah temanku sejak kecil namanya wanto. Ayahnya adalah seorang kapten TNI angkatan darat yang tewas pada pertempuran di tahun 90 an pada zaman presiden Soeharto. Kini ia tinggal bersama Mbah dan emaknya di kampung. Tapi semenjak aku masuk ponpes aku sudah jarang komunikasi dan hanya bisa berbincang kala di rumah saja. Ia yang paling tua diantara kami semua.

     Dan aku sendiri tidak bisa menilai bagaimana cara mereka mengenalku dan apa saja yang mereka kenal dan menjadi ciri khasku. Mungkin aku akan meminta mereka menuliskannya dibawah ini dan meminta pendapat mereka tentangku.

 

Dari: Annisa

Aku mengenal Amar sebagai sesosok gitaris rythem dan bisa menjadi seorang gitaris serta vokalis yang baik dan tak pernah sombong serta tak pernah memainkan haknya sebagai pemimpin band kami. Ia juga sering terlihat aktif sebagai remaja masjid walau hanya sebagai guru pengajar ngaji anak-anak kecil.

Dari: Beni

Menurutku, Amar adalah seorang teman yang mau menemani kala aku sendiri. Mungkin karena masalah cinta, aku banyak sakit hati. Tapi dengannya, aku bisa melupakan semua ingatan meski biasanya ingatan itu muncul dan mengakibatkan aku menjadi seorang yang tidak tegar. Namun, ia memberiku masukan tentang hikayat seongok rasa yang tak bisa diungkapkan lewat kata, hanya hati dan pikiran yang sanggup menerimanya. Dan lainnya terserah.

Dari: Selena

Agama memang banyak membuat kita saling berselisih di dunia, tapi kita juga harus sadar bahwa semua agama mengajarkan kebaikan kepada kita dan tak ada agama yang mengajarkan keburukan di semesta. Dan Amar menyatukan kita tanpa harus berselisih dan adu kekuatan, hanya bertukar pikiran tanpa melibatkan emosi dan kekerasan. Semoga tuhan memberkatinya dan kita semua

Dari: Hera

Seorang anak dari mayor TNI angkatan laut yang tak pernah bangga dengan pangkat Abahnya. Dan hanya ingin membuktikan bahwa ia mampu dan bisa dengan sendirinya, walau bantuan itu juga perlu. Hanya satu masalahnya, ia suka menyimpan dan memendam masalahnya sendiri. Hey.., sharelah dengan kawan sendiri !.

Dari: Si kembar tiga

Rela menolong dan tak pernah perhitungan dengan apa yang pernah diperbuatnya.

 

Dari: Tomi dan Lisa

Kami anggap dia adalah seorang guru yang hebat. Tetapi ia tidak terlalu fanatik dengan sebuah ilmu beladiri, yang penting menurutnya adalah membela itu kewajiban dan itu harus dilaksanakan.

 

 

Dari: Wanto

Terimakasih, telah menjadi bagian dari sebuah persaudaraan yang tak pernah ada putusnya sampai hari tua menjemput kita.

Ya.. mungkin itu pendpat mereka tentang bagaimana cara mereka mengenalku. Dan mungkin ada beberapa teman lanjutan pada cerita kami dalam perjalanan menyusuri indahnya pelosok negeri ini.

 

Dan mari mulai kisah ini dari sebuah elegi desa anak bumi.

 

     Kisah ini bermula dari aku yang jarang berkomunikasi dengan mereka, dan mungkin banyak dari mereka yang tidak mengenalku dan sebaliknya. Tetapi, kami ingin menjalin ikatan persaudaraan yang dipadu dengan asas kesederhanaan. Karena aku adalah orang yang ingin punya banyak teman.

     Maklum, aku adalah seorang santri pondok pesantren asal lamongan yang jarang sekali untuk pulang. Memang, dulu aku memutuskan untuk menjalani kehidupan berbasis pesantren modern yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum menjadi satu kesatuan utuh. Walau kehidupanku dengan mereka sangat jauh berbeda tetapi, terkadang kita saling melengkapi satu sama lainnya. Aku adalah yang paling muda diantara mereka bersama Annisa dan Selena. Hanya saja, aku lahir terlebih dahulu di bulan Januari sedangkan Selena lahir di bulan Juni dan Annisa di bulan September. Meski umur kita jauh berbeda namun, tak ada salahnya kita berteman dengan asas persaudaraan tapi, tetaplah kami menjalin semua ini dengan tata krama yang baik menurut adat yang ada di pulau Jawa.

     Mungkin, kalian bertanya tanya bagaiman bisa aku kenal dengan Selena padahal kita berdua sangat berjarak jauh sekali, aku di Lamongan sedangkan ia di Bogor?. Begini, ia memiliki ayah yang berasal dari kampung halamanku, dan ibuku adalah teman akrab ayahnya pada saat di SMP negeri dulu. Sampai saat ini, aku mengenal keluarga Selena beserta garis keturunannya. Walau berbeda keyakinan, tapi inikan Indonesia, negeri yang tak pernah berhenti untuk memberikan keragamannya tanpa memandang rendah pesona lainnya.

      Setelah enam tahun belajar, aku lulus dari pondok pesantren dan ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya. Hanya belajar dan belajar, itu saja pekerjaan terakhir yang aku lakukan akhir akhir ini.

     Lanjut cerita, aku mulai bertanya kepada kawan kecilku Wanto. Ia sedang bekerja sebagai penjaga dan penerus toko sembako di ujung jalan dekat rumah sakit dari usaha emaknya di desa. Kabarnya, ia sedang menjalani sebuah hubungan rahasia tentang seongok rasa yang namanya cinta atau apalah terserah. Aku menjadi agak sungkan, karena kebanyakan orang setelah menjalin sebuah hubungan akan menjadi seorang yang sangat egois dan sangat tak peduli dengan apapun asalkan pasangan itu bahagia, segala cara dihalalkan.

     "Halo, apa kabar ?", tanyaku pada Wanto yang sedang melayani pembelian cabe 2 kilogram.

     "Hey, Mamang, Suwe gak ketemu rek !" (lama gak ketemu), ia langsung menjabat tanganku dengan penuh rasa percaya sambil berkata " Pye Urip e sampean nang pondok ?" (bagaimana kehidupan mu di pondok ?). "Alhamdulillah", jawabku dengan senyum tipis. Setelah toko mulai sepi dengan pelanggan, kami mulai berbincang bincang tentang kehidupan kami masing-masing, aku bercerita tentang kehidupan yang kujalani dipondok, sedangkan ia juga menceritakan ceritanya tentang kehidupan di sebuah toko sembako, keluarga, dan tak jarang ia menceritakan kisahnya kasih yang sedang ia jalani di dunianya sendiri.

     Setelah puas bercerita, aku memutuskan pamit dan pergi meninggalkan Wanto di tokonya. Dan sebelum aku pergi ia berkata bahwa ia ingin selalu hidup bersama dengan kekasihnya selamanya. Aku pun tersenyum tipis di hadapannya dengan berkata "Semoga saja..". Wanto suka dengan tipe cewek berusia satu tahun lebih muda dari usianya. Selama aku menemaninya, aku sering membuat puisi puisi cinta atau apalah terserah, yang jelas berisi kalimat kalimat yang sedikit mengandung unsur unsur romantisme yang dalam sepertinya. Lanjut cerita, aku meninggalkannya pergi dengan motor CB 100 warna putih dominan merah milik kakak sepupuku. Sesudah bertemu Wanto, aku ingin bertemu dengan kawan dengan usia setahun lebih tua dari umurku. Dia adalah Beni. Seseorang yang menjadi idola di sekolah dan kampung halamannya. Sekarang ia belajar di universitas negeri yang cukup keren di kota Semarang Jawa tengah. Kudengar, ia menjadi aktivis muda arii fakultas hukum yang sangat aktif. Memang tak salah ia menjadi seorang yang sangat dikagumi oleh teman sebayanya bahkan dengan wanita-wanita yang ada di sekelilingnya. Tapi, ia bersifat bodo amat dengan urusan atau masalah percintaan yang menurutnya fana dan sementara. Karena menurutnya, ia memiliki prinsip mengejar bukan dikejar. Terdengar sedikit aneh, tapi yang jelas ia akan memperjuangkan seorang wanita yang ia cinta tanpa berpindah atau berganti pasangan dengan pacaran.

     Setelah kudatangi dan kuketuk pintu rumahnya, aku tak mendengar ada suara orang di dalam. Aku beranggapan bahwa rumahnya sedang kosong dan penghuninya sedang keluar untuk beberapa urusan. Aku menaiki motor yang kupakai pada saat itu, tak lmaa kemudian suara mobil Honda Civic pun membunyikan klaksonnya sambil berkata "Hey, Amar !". Aku pun menengok kebelakang dan melihat ayah Beni baru kembali dari mana aku tak tahu, yang jelas terlihat ia habis perjalanan jauh seperti keluar kota. Aku pun memutuskan untuk turun dan menyalaminya seperti kebanyakan orang Jawa lakukan jika bertemu dengan orang yang jauh lebih tua.

 "Nggolek i sopo le ?" (Cari siapa nak ?"), tanya ayah Beni kepadaku.

"Beni ne wonten ten griya ta pak ?",.  (Beninya ada dirumah pak ?"), sahutku dengan kalimat tanya balik.

     Lalu beliau menjelaskan bahwasanya Beni sedang tak ada dirumah dan sedang ada tugas lapangan di kampusnya. Tak lama kemudian, aku berpamitan dan langsung cabut dari rumahnya.

"Haah.., andai saja ada Beni, mungkin aku bisa tanya-tanya tentang masalah perkuliahan yang cocok untukku di masa depan ", ucapku dalam hati sambil mengawasi jalan menuju rumah.

     Sesampainya di rumah aku, melanjutkan kebiasaan ku ketika terpuruk capek yaitu tidur. Tanpa kusadari aku tertidur sangat cepat dari biasanya dengan TV yang di beri waktu nyala 10 menit untuk menemani kala aku belum atau tidak bisa tidur seperti biasanya.

 

     Suara adzan ashar pun terdengar dari sebuah masjid yang ada di samping jalan dekat ruko kain milik tetanggaku. Aku bergegas bangun dan membasuh muka terlebih dahulu dan melanjutkannya dengan berwudhu. Selepas itu, aku pergi ke masjid untuk shalat berjamaah dilanjutkan dengan doa. Setelah sholat berjamaah dan berdoa, seperti biasa aku ditunjuk menjadi guru ngaji oleh bidang pemakmuran masjid.

     Disana, aku belajar menjadi seorang guru ngaji yang hebat. Walau hanya menjadi guru ngaji anak-anak, tetapi ilmu yang didapat amat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Seperti belajar sabar membimbing anak yang masih gagu dalam membaca iqra, mengajari mereka tata cara wudhu bahkan tak jarang kami praktik ibadah seperti shalat jenazah dan lainnya.

     Setelah mengajar, aku memutuskan untuk merapikan Al-Qur'an yang ada di dalam masjid tersebut. Dan tak sengaja aku bertemu dengan seorang gadis berjilbab biru muda sedang menunggu seseorang di luar masjid.

"Kengeng nopo mbak ?"(Ada apa mbak ?), Tanya ku kepadanya.

     Dia terlihat agak kebingungan dengan bahasa Jawa yang akh ucapkan kala itu, dengan wajah yang sedang menatap ke tanah, akh tahu bahwa ia sama sekali tidak paham bahasa yang aku ucapkan. Lalu, aku memutuskan untuk menerjemahkan bahasaku dan dia menjawab

"Ini, sedang nunggu guru ngaji anak-anak di masjid ini, siapa ya kalau boleh tahu ?". Tanyanya dengan suara lugu.

"Saya guru ngajinya, kenapa ya ?", sahutku kepadanya.

     Tak lama kemudian, dia memberiku sebuah rantang makanan dua susun sambil berkata

"Ini ada makanan dari ibu, sama jangan lupa wadah makannya dikembalikan ya", pintanya kepadaku.

     Aku pun menerimanya dan mengucap terima kasih kepadanya. Lalu, aku memutuskan untuk sedikit berbicara untuk mengisi waktu lapang. Mengenalkan diri satu sama lain, bercerita tentang karir sekolah dan garis keturunan keluarga. Setelah puas berbincang bincang, ia pun beranjak berdiri ingin pergi. Tapi sebelum itu, aku lupa namanya dan memutuskan untuk menanyakan namanya kedua kalinya.

"Nama saya Annisa Ayu Rohmah, panggil saja Annisa".

     Setelah memberi tahuku siapa namanya, ia pun pergi dengan meninggalkan senyum manis tipis kepadaku. Dan tak lama kemudian aku pun pergi dan pulang kerumah untuk membekali diri dengan belajar agar bisa masuk di perguruan tinggi negeri impianku.

     Tak lama kemudian, setelah puas membaca buku adzan magrib tiba. Seperti biasanya, aku bersiap siap untuk melakukan shalat berjamaah. Dengan memakai baju taqwa dan sarung, serta memakai songkok berwarna hitam dengan merk Al Ishlah khas pondok pesantren yang dulu pernah aku huni 6 tahun lamanya. Setelah sembahyang, kegiatan lainnya adalah mengaji. Karena di rumah ada aturan bahwasannya kita dilarang untuk menonton TV sampai selesai shalat isya.

     Ya begitulah, sampai akhirnya setelah shalat isya berjamaah, aku melanjutkan dengan kegiatan membaca buku atau pun belajar latihan soal. Sampai jam 9, baru aku menonton TV dengan acara film film bioskop atau apalah terserah. Aku biasa keluar rumah jam 10, disana aku bisa pergi menikmati secangkir kopi bersama teman sekolah dulu. Mereka adalah rahmat, Umam, dan Zadi tak jarang kami berdiskusi tentang suatu masalah dan pembelajaran bahasa dan agama. Meski belum terlalu pandai, tapi kami saling diskusi dan tak jarang melihat sisi lain yang mana meliputi kehidupan seperti mencari kerja, kuliah, melanjutkan studi ke pondok pesantren tasawuf dan Tahfidzul Qur'an.

     Dan terakhir, kami pulang jam 12 tepat tengah malam dan tak jarang lebih. Setelah itu kami pulang dan melanjutkan kegiatan kami masing-masing. Aku dan Umam tidur, Rahmat mengantarkan ibunya untuk bersiap membuka warung di pasar, sedangkan Zadi memilih untuk berbicara dengan kawan lama lainnya bernama Edo.

     Maklum, anak pondok yang ingin mempererat tali persaudaraan yang ingin kami jalani sampai tua nanti. Dan kegiatan tadi terus diulang ulang, kecuali ngopi. Meski hari ini aku gagal menemui Beni, tapi aku bisa menambah teman dari kawanan manusia bernama Annisa Ayu Rohmah. Nama yang indah.