webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · Realista
Classificações insuficientes
279 Chs

Pekerjaan Pra

Ketika sudah sampai di tempat kerja, Pra kagum dan juga bengong melihat mesin-mesin yang besar dan juga banyak truck parkir. Padahal Pra masih sampai di parkiran, tetapi matanya tertuju ke arah mana-mana.

"Praa, sini" kata pak Sul yang telah memakirkan motornya, dan berjalan menuju arah kantor.

Pra mengangguk dan mengikuti dari belakang dan masih saja matanya menuju ke arah kanan dan juga kiri, "Tempat kerja gue sebesar ini? Padahal gue kira dari depan nampak kecil" batin Pra.

Ketika sudah sampai di kantor, pak Sul menyuruh Pra untuk duduk dan menunggu terlebih dahulu.

"Tunggu sini, Praa" tukas pak Sul, dan langsung pergi masuk ke dalam ruangan lagi.

Kali ini Pra berada di ruangan yang ber-ac, "Apakah di tempat yang dingin ini kerjanya? Bakalan betah dan tambah putih nih gue" batin Pra lagi.

Pra seolah-olah selalu berpikir dan membantin tempat kerjanya kali ini, banyak yang Pra pikirkan. Mulai dari, bosnya bagaimana apakah galak atau malah baik, rekan kerjanya bagaimana? Menerima karyawan baru atau malah jahat kepadanya?

Sampai pada akhirnya Pra di kagetkan kembali oleh pak Sul, "Ini Pra kenalin, namanya pak Agung"

Pra berdiri dan menjabat tangannya, "Prasetyo" kata Pra.

"Oalah, tunggu di sini bentar ya. Masih di urus" jawab pak Agung yang merupakan bagian hrd di perusahaan ini.

"Yaudah, saya tinggal dulu ya. Titip ini ya pak Agung" tukas pak Sul dan langsung pergi meninggalkan Pra sendiri. Pra memakluminya, karena pak Sul juga mempunyai tanggung jawab sendiri untuk kerjanya.

Pra menunggu di sana sebentar, tak lama pak Agung keluar dengan membawa selembar kertas, "Ayo ikutin saya"

Pra mengangguk dan mulai mengikuti dari belakang lagi, kali ini berjalan yang cukup jauh. Jalan Pra juga pelan-pelan karena melihat kanan kiri yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Ketika melihat jaraknya yang sudah agak jauh Pra mempercepat langkahnya lagi.

Tanpa Pra sadari ia sudah berada dan masuk ke dalam bagian produksi, suara yang keras dari mesin, membuat Pra kaget dengan hal semacam ini, "Ini beneran mesinnya suaranya kayak gini? Besar juga, lalu gue mau di bawa ke mana?" batin Pra.

Pak Agung masuk ke dalam ruangan lagi yang bertuliskan laboratorium, di sana Pra juga takjub lagi dengan alat-alat kimia yang canggih.

"Tunggu di sini" kata pak Agung yang menyuruh Pra untuk duduk di depan laboratorium.

Pra hanya memberi mengangagguk sebagai jawaban.

Pak Agung masuk ke dalam laboratorium, dan keluar bersama satu orang lagi yang sudah berumur cukup tua dan mulai mengarah di mana Pra berada.

Pak tua itu mengenalkan dirinya ke Pra dengan sedikit senyuman, "Nama saya pak Jito"

"Iya, saya Pra" jawab Pra cuek.

"Ayo masuk ke dalam laboratorium berkenalan dengan yang lain" ajak pak Jito.

Di dalam laboratorium mungkin terdapat sekitar 5 orang yang bekerja, belum termasuk pak Jito sendiri.

pak Jito memperkenalkan satu persatu, "Perkenalkan dia namanya Pra"

Pra hanya cengar cengir di sana, dan ia mempunyai ide untuk menyalami satu persatu agar akrab dengan mereka semua. Untung saja Pra mendapatkan respon yang menyenangkan semua orang tersenyum ke arah Pra.

Kemudian pak Jito menyuruh Pra untuk duduk, "Duduk dulu, nanti aku jelaskan bagian kamu di sini sebagai apa"

Pra mengangguk dan menunggu pak Jito yang sedang mengambil sesuatu. Dengan melihat laboratorium yang cukup besar ini membuat Pra bangga bisa bekerja di sini, bisa di ceritakan ke Devi.

"Nanti tugas kamu adalah analisa sampel ya, nanti sudah ada yang mengambil sampelnya" kata pak Jito.

"Baik" jawab Pra singkat, dan kemudian ia penasaran sampel apa yang akan di analisa, "Saya bertanya, sampel apa yang akan di analisa? Bisa di jelaskan juga berapa kali analisa dan cara kerjanya?" kata Pra antusias.

Pak Jito mengangguk mengerti dan mulai menjelaskan semuanya satu persatu, dan menyuruh Pra untuk mencobanya sendiri, "Nanti kalo ada yang tidak tahu, bisa kamu tanyakan. Jangan tegang, enjoy aja"

"Sepertinya mudah kalo begini saja" batin Pra yang sombong dengan kemampuannya.

Ketika sedang melihat alat-alat, Pra di kagetkan oleh seseorang yang memanggilnya dan menepuk pundaknya, "Asal dari mana bro? Nama gue Tegar"

"Anu mas, aku dari kota ini aja. Deketnya alun-alun" jawab Pra yang grogi.

"Tenang aja, kerja di sini agak santai kok. Kalo sampelnya datang, baru di analisa" tukas Tegar, dan mengajak Pra untuk duduk lagi, "Sini duduk sini"

Pra duduk dengan orang yang baru saja ia berkenalan, kayaknya orang baik karena dari sikapnya yang ramah dan murah senyum.

"Suara di sini emang kayak gini, mesinnya besar dan keras. Nggak usah kaget" kata Tegar.

"Iya, ini pertama kalinya kerja" jawab Pra.

"Baru lulus dari sekolah ya? Sekolah di mana?"

"SMA 3 mas, kalo boleh tau masnya tinggal di mana?" tanya Pra agar ia juga bisa akrab dengan orang yang namanya Tegar ini karena juga satu ruangan dengannya jadi Pra harus bisa akrab dengan semuanya. Satu persatu, Pra. Perlahan saja.

"Gue di daerah dekat pabrik sini aja, jadi enak berangkat mepet jam kerja"

Pra mengangguk mengerti, "Ini nanti istirahatnya jam 12 ya?" tanya Pra yang polos tak mengerti apa-apa.

"Di sini nggak ada jam istirahat kayak gitu, Pra. Namamu Pra ya"

Pra mengangguk, "Iyaa, Prasetyo. Biasa di panggil Pra"

"Jadi, kalo sampel belum datang seperti saat ini kita bisa istirahat. Gitu jam istirahatnya, jadi bisa agak santai." ucap Tegar yang mencoba menjelaskan sistim kerja di sini, "Nanti pulangnya jam 3, di sini juga sistim shift. Sehabis masuk pagi, minggu depannya masuk malem. Mulai dari jam 11 malam, sampai jam 7 pagi. Nah, sehabis masuk malam nanti masuk sore, mulai jam 3 sampai jam 11. Seminggu-seminggu gitu ganti"

Pra mengerti, karena juga ia sempat di jelaskan oleh Pak Sul. Bukan masalah bagi Pra mau masuk pagi, sore atau malam semua tampak sama saja. Malah ketika masuk malam bisa sambil begadang, tapi ketika masuk pagi tidak bisa begadang. Semua ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

"Makasihh mas" jawab Pra.

Tiba-tiba ada seseorang lagi yang ikut ngobrol, denga enaknya ia langsung duduk di sebelah Pra dan merangkul pundaknya, "Jangan pake baju bagus kayak gini, pake baju biasa aja gak papa. Baju sehari hari yang lu pakai, dan jangan bawa sepatu. Bawa sandal aja biar gampang, kalo pulang baru pake sepatu lagi gak masalah"

Pra mengangguk mengerti, "Iya mas makasih, btw namanya siapa?"

Yang jawab malah Tegar, "Reno namanya, itu orang yang paling kuat di sini."