webnovel

Terbangun Dari Koma

Naomi berusaha menghindar dari cahaya lampu yang begitu terang dan menusuk matanya, sejak sadar kemarin ia baru bisa menggerak gerakkan jarinya saja. Sedangkan tubuhnya masih terasa lemas seperti tak bisa ia kendalikan.

Ditatapnya sekeliling kamar rumah sakit, ia tak mengerti kenapa ia ada disana. Yang terakhir kali ia ingat adalah saat ia berjalan menyebrang dari reuni sekolahnya. 

"2020?" Pikir Naomi saat melihat kalendar yang tergantung di dinding.

"Bagaimana bisa? Ia masih ingat jelas undangan reuni sekolahnya yang diadakan di tahun 2022. Kenapa ia sekarang berada di tahun 2020" Pikir Naomi lagi.

Ia hanya bisa menunjuk pada kalendar itu,membuat Rio terbangun dari tidurnya. 

"Nao, kamu bangun. Kenapa?" Tanya Rio.

"Ini 2020?" Tanya Naomi yang tiba tiba saja mendapatkan kekuatan untuk bicara.

"Iya Nao, sudah hampir satu tahun kamu koma" Jawab Rio.

"Koma?" Tanya Naomi lagi.

"Tolong jelaskan padaku Ri"' Pinta Naomi.

Rio terdiam sejenak, namun dengan nafas dalam ia kemudian memperbaiki posisi duduknya dan menggenggam tangan Naomi dengan hangat.

"Kamu dengerin aja ya Nao, aku akan jelasin sebisaku" Jelas Rio.

Pria itu mulai bicara, tentang apa yang terjadi malam itu. Malam Dimana mereka Kembali setelah Rio melamar Naomi di bioskop.

Satu tahun lalu.

"Ngomong dong, ngantuk nih" Ucap Rio.

"Dingin ah, ga ada tenaga buat ngomong" Balas Naomi.

"Idih, udah dikasih makan juga tadi. Sia sia aku buang uang"

"sembarangan" Ketus Naomi.

"Ngomong apa dong?" Tanya Naomi.

"Apa aja deh, nyanyi gitu"

Brakkkkkkk!

Tiba tiba motor yang Rio kendarai terjatuh kekanan jalan, membuat ia dan Naomi harus terlempar ke bahu jalan. Butuh waktu lama untuk Rio agar dapat menyadarkan dirinya, dengan pandangan mata yang buram ia bisa melihat bintang bintang dilangit dengan terang. Kepalanya terasa sakit saat ia terbangun, ia melihat motornya sendiri tergeletak dipinggir jalan beberapa meter darinya. Pelan pelan, ingatannya mulai pulih, ia ingat bahwa ia harus menjatuhkan motornya karena ada mobil yang melewat diarah yang berlawanan dari jalur motornya. 

"Naomi, Naomi dimana" Ucapnya panik saat ia ingat bahwa ia tidak sendirian sata terjatuh tadi. 

Samar samar ia dapat melihat Naomi tergeletak tak jauh darinya. Namun darah sudah mengalir dari kepala Naomi, dengan tubuh yang terasa hancur Rio berusaha meraih ponselnya di saku. Dengan tangan yang geemtar ia berusaha menelpon rumah sakit lalu memberitahu posisinya sekarang dan meminta ambulan untuk datang. 

Dengan langkah kaki yang lemah, ia berusaha untuk naik ke bahu jalan dan meminta tolong. Beruntung ada beberapa motor yang lewat dan segera membantunya. Mereka dengan cepat mengangkat tubuh Naomi ke pinggir jalan. Rio tak henti hentinya mengucap Doa agar Naomi selamat. Beberapa orang terus menjawab bahwa Naomi masih bernafas saat Rio bertanya, meski dirinya tak diijinkan untuk mendekati tubuh Naomi lagi. Tak lama, ambulans datang dan membawa Naomi.

Sedangkan Rio, ia dibawa masuk kedalam mobil karena lukanya yang tak parah. Sesampainya dirumah sakit, Rio ditangani cepat dan mengalami beberapa jaitan dikaki serta tangannya. Sedangkan ia sama sekali tak tau keadaan Naomi. Beberapa orang mendatanginya untuk menanyakan kontak keluarga Naomi. Ia langsung turun dari ranjangnya dan menuju UGD, namun ia tak menemukan Naomi disana. Setelah bertanya tanya pada perawat yang ada disana, ia langsung berlari keruang operasi.

"Yah, Naomi didalam?" tanya Rio saat ia melihat beberapa orang sedang duduk dengan gelisah didepan ruang operasi.

Laki laki paruh baya itu hanya diam bergeming, mengabaikan pertanyaan Rio. Yang lainpun sama sekali tak merespon pertanyaan Rio. Ia ikut terduduk lemas dilantai rumah sakit setelah tak mendapat jawaban. Ia sendiri bisa menyimpulkan bahwa mungkin keadaan Naomi cukup serius hingga harus mendapatkan operasi. Masih jelas diingatannya saat ia melihat darah mengalir dari kepala Naomi saat itu. 

Setelah hampir sepuluh Jam, dokter keluar dari ruangan operasi. Mereka meminta dua orang keluarga Naomi untuk mengikutinya untuk menjelaskan keadaan Naomi. Rio memaksa untuk ikut, hingga akhirnya masuk kedalam ruangan dokter bersama ibu Naomi yang cukup tegar saat itu. 

"Naomi mengalami luka yang serius dikepalanya, kami telah berusaha untuk mengoperasinya Tapi hasilnya tergantung pada seberapa lama Naomi akan bertahan" Jelas dokter itu pelan pelan.

Rio lemas. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. 

"Kami menyarankan agar Naomi tetap dirawat meski kami tidak tau kapan ia akan tersadar. Kami juga tidak dapat memberi kepastian, kapan ia akan pulih. Namun merawatnya saat ini adalah satu satunya pilihan terbaik dari semua pilihan yang ada" Jelas dokter itu lagi.

*****

Naomi terdiam saat mendengar Rio bercerita. Ia tetap tidak mengerti, ia tidak bisa memahami apakah mungkin kini ia sedang bermimpi. Dengan tenaga dan Gerakan seadanya, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dari Rio. 

"Sekarang kamu ada di Bandung Nao, beberapa bulan setelah kamu koma, mas Iksan dan mba Hana minta kamu untuk dipindah ke Bandung karena alasan biaya dan mba Hana bersedia merawat kamu" Jelas Rio.

"Sekarang, aku juga kerja di Perusahaan mas Iksan untuk bantu bantu. Aku bersyukur kamu bisa sadar, dari semua keputusasaan semua orang, aku bersyukur kamu sadar di waktu yang tepat" Lanjut pria itu.

Ia menangis, mensyukuri semua hal yang begitu tepat karena baru dua hari yang lalu para dokter menyarankan agar berhenti untuk memperjuangkan Naomi yang keadaannya semakin memburuk.

Namun Rio, Hana dan Iksan bersikeras membujuk orang tua Naomi agar mempercayakan semuanya pada mereka. 

"Ri" Terisak Hana setelah membuka pintu ruangan tiba tiba. Ia datang dengan Langkah tergesa gesa, disambut dengan pelukan kuat Rio.

"Mba, naomi udah sadar mba. Akhirnya" Ucap Rio.

Hana melepaskan pelukannya, ia berjalan kearah Naomi yang hanya menatap. Perempuan itu menangis, diikuti Iksan yang juga mengusap air matanya. Mereka bersyukur.

"Terimakasih Tuhan, terima kasih" ucap Hana berkali kali. 

Meski terlalu banyak pertanyaan yang ingin Naomi ajukan, tubuhnya masih terasa lemas. Ia ingin menyimpan tenaganya lebih dulu sebelum mempertanyakan semua ketidak masuk akalan dalam benaknya. 

Berkali kali Hana memijat tubuh Naomi yang tak bertenaga. Ia mengusap air matanya berkali kali. 

"Mba jangan nangis terus, aku sudah ga apa apa" Naomi terbata bata.

"Hikks, gimana aku ga nangis. Tiba tiba aku dapat kabar kamu kecelakaan, setelahnya kamu koma sampai setahun, ka ka kamu ga tau betapa sulitnya mempertahankan kamu supaya tetap dirawat. Aku Bahagia kamu sadar, kamu harus tau kalau ini air mata penuh rasa Syukur" Jelas Hana tak berhenti terisak.

Naomi tertawa kecil, ia juga sedikit bersyukur karena ia tidak kehilangan siapapun saat ini.