webnovel

Reuni

"All i've ever wanted is you, 

If you feel the same i always be near,

I dont need all the riches,

They Dont Compare to you,

All i need is you right here,

I'll be there when you lost in the dark,

Just call me when you need the light...."

Riuh suara tepuk tangan dari semua orang dibawah panggung saat melihat Rio bernyanyi diatas panggung dengan sebuah gitar yang dimainkannya. Wajahnya bersinar dibawah lampu panggung warna warni. Penampilan ini ia sengaja persembahkan untuk rekan rekannya di acara reuni hari ini. Tak terasa sudah tujuh tahun sejak kelulusan mereka. Rio menjadi salah satu alumni yang dinanti nantikan karena ia cukup terkenal, wajahnya cukup tampan untuk dibanggakan sebagai alumnus, terlebih ia juga sudah terbilang cukup sukses. 

Banyak sekali perempuan yang berharap ia akan datang, namun meski Rio datang mereka semua dibuatnya menggigit jari karena ia menggandeng seorang perempuan saat datang ke acara tersebut. Ia bahkan mengenalkan Naya sebagai kekasihnya hari itu. Dan yang lebih mengejutkan adalah, bahwa mereka salah menduga bahwa perempuan itu Naomi. Bahkan tak segan, beberapa rekannya meledek dirinya karena tak membawa Naomi malam itu. 

"Lagu tadi saya persembahkan untuk perempuan yang sedang berdiri didepan panggung ini, perempuan yang sudah menemani saya beberapa tahun terakhir" Ucap Rio.

Semua mata kini tertuju pada Naya, wajah Naya berubah memerah seketika karena ucapan Rio. 

"Saya harap, perempuan itu bersedia untuk naik keatas panggung dan menerima bunga ini dari saya" Lanjut Rio. 

Naya berjalan naik keatas panggung dibantu oleh teman temannya, ia menerima setangkai bunga mawar berwarna merah dari Rio. Banyak yang berteriak menyoraki mereka diatas panggung, membuat wajah Naya semakin memerah karena malu.

"Terima kasih sudah menjadi perempuan yang bersabar dalam menghadapi saya, saya harap kamu bersedia untuk menerima cincin ini dan menikah dengan saya" Lanjut Rio.

Laki laki itu mengeluarkan kotak kecil berisi cincin dari kantong celananya, lalu berlutut didepan Naya. Suara riuh kembali terdengar dari bawah panggung meneriaki Naya agar menerima lamaran Rio. 

Naya mengangguk dengan pelan, membuat semua orang bertepuk tangan. Ia kemudian memakai cincin itu dan memeluk Rio. Wajahnya berseri seri karena bahagia, ada setitik air mata dari sudut matanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Rio. 

"Makasih ri" Bisiknya. 

Rio hanya terdiam, tubuhnya terasa lemas saat Naya memeluknya. Air matanya jatuh seketika saat melihat Naomi berdiri tepat lurus dimana ia berdiri diatas panggung. Naomi disana, dengan ekspresi wajah yang sendu. Meski ia turut bertepuk tangan, dan tersenyum. Namun Rio masih bisa melihat raut wajahnya yang memendam kekecewaan pada dirinya. 

Sesaat ia turun dari panggung, bahkan ia tak bisa menghampiri Naomi langsung karena teman temannya yang menyelamatinya dengan Naya. Dengan gelisah, ia bisa melihat Naomi pergi begitu saja dari tempat itu. Jantungnya berdegup kencang, ia ingin berlari kearah Naomi. Memeluk perempuan itu karena rindu. 

Rio segera pergi dari kerumunan saat ada kesempatan, ia menyusuri lorong lorong sekolah untuk mencari cari Naomi. Sekolah itu masih terlihat sama sejak terakhir kali ia meninggalkan tempat itu, meski ada banyak hiasan yang menempel karena ruangan itu tak kosong malam ini. Setiap ruang kelas diisi oleh berbagai macam hiasan kenangan kenangan para alumnus saat berada disana, bahkan foto foto mereka dipajang sebagai kenang kenangan. Ada beberapa juga yang menjual aksesoris kenang kenagan mereka. 

Langkah Rio berhenti tepat didepan kelasnya dengan Naomi dulu, ia melihat Naomi sedang berdiri memandangi foto foto mereka saat sekolah dulu. Dengan balutan gaun berwarna kuning keemasan membuat perempuan itu terlihat cantik dibawah lampu ruangan. Rambutnya yang diikat membuat lehernya terlihat jelas, ia terlihat sempurna malam itu. Meski sedikit lebih kurus. 

Rio ingin berlari kearahnya, namun ia tak punya keberanian. Seluruh keinginannya punah begitu saja saat ia mengingat apa yang baru saja ia lakukan untuk Naya. Ia mungkin baru saja melukai Naomi, dan ia tak bisa juga melukai hati Naya. Jika saja Naya melihat itu. 

Naomi berbalik dan tak sengaja menatap mata Rio yang berdiri didepan pintu masuk, ia tersenyum manis. Lalu memintanya masuk kedalam sana.

"Liat ini. Kamu masih culun banget waktu itu Ri" Ucap Naomi berusaha mencairkan suasana. 

"Kamu juga sama, liat masih gendut" Ledek Rio. 

"Eh ini, waktu kamu menang lomba matematika kan?" Tanya Naomi.

"Mana? Iya, ini. Wahhh, mereka masih simpan foto foto kita ternyata" Jawab Rio bangga.

"Ini kamu, waktu lagi praktek seni. Cantik" Ucap Rio. 

"Sekarang juga masih cantik kan?" Tanya Naomi. 

Rio menundukkan kepalanya, lalu tersenyum "Ia, cantik"

"Semuanya masih sama, kecuali satu" Ucap Rio pelan.

"Dulu kamu milikku, meski aku nggak bisa teriak ke semua orang bahwa kamu milikku. Tapi sekarang, bahkan aku bukan siapa siapa kamu" Lanjut Rio.

Naomi menghela nafasnya berat, ia tak ingin malam ini mengulang kesedihan perpisahannya dengan Rio. Rasa haru akan bertemu teman temannya yang lama harus lebih besar daripada rasa sedihnya saat ini. Bahkan setelah melihat Rio melamar perempuan lain didepan matanya.

"Kenangan itu akan selalu indah ya Ri, meski keadaannya berbeda. Semua yang telah jadi kenangan, seharusnya tetap menjadi kenangan bukan? Agar terus menjadi indah" Lirih Naomi mencoba tegar.

Rio mengangguk, ia mengambil sebuah cincin dari kantong bajunya. Cincin yang diikat dengan sebuah kalung emas berwarna putih. Ia melepaskan ikatannya, dan memberikannya pada Naomi. Naomi kenal cincin itu, cincin yang sama saat Rio melamarnya saat itu. Cincin yang pernah ia kembalikan pada Rio, namun kini Rio berikan lagi padanya.

"Jangan Nolak, aku mau nyimpen kenangan ini untuk kamu" Ucap Rio

Naomi mengangguk, ia mengambil cincin itu dan menyimpannya didalam dompet.

"Kamu harus bisa bahagiain Naya" Ucap Naomi. 

Dalam nada suaranya bergetar, namun ditahannya dengan sekuat tenaga. 

"Aku harus pulang sekarang, udah malem" Pamit Naomi. 

Rio mengangguk, "Aku anter sampe depan?" 

Mereka berjalan pelan dilorong sekolah, memutar kembali kenangan kenangan antara mereka beberapa tahun yang lalu. Saat cinta masih bersemi diantara mereka. 

Mereka berhenti didepan jalan besar tepat dimana mobil Naomi diparkir disebrang jalan. Seolah berat untuk saling meninggalkan, mereka tetap berdiri dan terdiam dipinggir jalan untuk saling menatap.

"Apa ini akan jadi yang terakhir?" Tanya Rio.

"Mudah mudahan enggak" Jawab Naomi.

Naomi melambaikan tangannya pada Rio, ia berjalan maju lalu menoleh ke kanan dan kekiri untuk melihat jalanan yang ramai. Namun tiba tiba ia berbalik, kembali menghampiri Rio.

"Minggu depan, aku dan keluargaku akan pindah keluar kota" Ucap Naomi.

"Hanya ingin memberitahumu, makasih untuk semuanya Ri. Aku cinta kamu, dan akan selalu cinta kamu" Lanjutnya.

Rio maengangguk, Naomi kemudain melambaikan lagi tangannya dan berusaha untuk menyebrang jalan.

BRUKKKKKKK ! 

Sebuah mobil meghantam tubuh Naomi hingga tubuhnya terlempar jauh. Mobil itu seketika berhenti, dan seorang laki laki paruh baya keluar dari mobil nya untuk memastikan keadaan. Beberapa orang berlari kearah Naomi untuk menolongnya. Riopun ikut berlari untuk menghampiri Naomi, ia menembus kerumunan orang orang lalu memeluk tubuh Naomi yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Gaun keemasannya kini berubah warna menjadi penuh dengan darah, Rio menangis sejadi jadinya. Ia terus berteriak meminta tolong sembari memastikan keadaan Naomi. Ia menekan kepala Naomi agar tidak mengeluarkan darah terus terusan. 

"Enggak, enggak, kamu harus bertahan" Teriak Rio panik.

Tangannya gemetar saat menahan Naomi, ia terus memeluk Naomi meski beberapa orang berusaha melepaskannnya. 

"Bertahanlah, kumohon bertahan" Ucap Rio terus menerus.

"Ahhhhhh" Teriak Naomi

***** 

"Ahhhhh" Teriak Naomi saat tersadar.

Ia merasakan sakit yang amat sakit dikepalanya, sakit yang tak tertahankan. 

"Dok, dokter dia sadar.. Dia sadar... Dia sudah bangun" Teriak Rio saat melihat Naomi tersadar, pria itu berlari keluar ruangan sembari berteriak memanggil para dokter jaga.

Beberapa perawat ikut masuk kedalam ruangan, diikuti beberapa dokter dari setiap unit gawat darurat untuk memastikan keadaan Naomi. 

Tangan Rio gemetar, ia terus meremas tangannya karena gelisah. Bahkan ia tak bisa lupa saat Naomi tiba tiba saja terbangun dan merintih kesakitan setelah koma hampir satu tahun.

Jantungnya berdegup kencang, ia berlari memeluk seorang laki laki paruh baya yang juga sama gelisahnya saat berjalan di lorong rumah sakit.

"Ada apa Ri, Naomi kenapa? Kenapa para Dokter masuk ke ruangannya? Ada apa?" Tanya laki laki itu panik.

"Naomi sadar Yah, Naomi bangun dari komanya. Dia tiba tiba teriak meringis kesakitan, dokter sedang memeriksanya" Jelas Rio.

"Alhamdulillah" Teriak laki laki itu.