webnovel

Pulang Kerumah Rio

"Kita balik dulu ya Ri, jagain Naomi yang bener" Pamit Hana sembari melambaikan tangannya. Mobil yang dikendarai Iksan menghilang dibelokan.

Rio tersenyum saat melihat Naomi terbaring disofa, ia ingin mengangkat Naomi. Namun Perempuan itu terbangun. Sorot mata Naomi masih terlihat kosong, jelas Perempuan itu masih menahan kebingungannya.

"Bingung ya Nao?" Tanya Rio membuyarkan lamunan Naomi.

Perempuan itu tersenyum, ia menyibakkan selimut dari tubuhnya dan duduk. Kini tubuhnya sudah mulai bertenaga. Meskipun masih terasa Lelah jika Ia bergerak lebih banyak. 

"Ini rumah siapa?" tanya Naomi.

"Rumahku Nao, waktu kamu koma. Mas iksan nawarin aku untuk gabung sama perusahaannya. Gajinya lumayan, dan juga dia nawarin untuk mindahin kamu dari rumah sakit umum ke Bandung. Aku pikir sekalian aku bisa jagain kamu" Jelas Rio.

Naomi mengangguk, ia meraih sebuah kalendar diatas meja. Membolak balikkannya, memastikan bahwa ia tidak keliru.

"Aku sedikit bingung" Ucap Naomi.

Rio tersenyum tipis, ia mendekat pada Naomi lalu memeluknya lembut.

"Dokter bilang, setelah terbangun dari koma yang cukup Panjang. Mungkin kamu akan bingung, akan sedikit kesulitan menggerakkan tubuh, dan sulit membedakan waktu karena waktu berlalu begitu saja saat kamu tertidur. Tapi ga apa apa Nao, aku disini. Kamu ga perlu khawatir" Jelas Rio sembari mengusap usap punggung Naomi.

Naomi terdiam, pikirannya kacau. Ia berusaha mencerna apa yang Rio katakan. Semua mimpi itu terasa jelas, ia masih ingat saat tubuhnya terhantam mobil, atau saat ia merasa hambar bertemu Rio setelah putus, ia ingat ia menangis seharian saat diomeli Kubo, ia juga masih ingat dengan jelas wajah Kubo. 

Meski mungkin menjelaskan semuanya pada Rio, Naomi yakin Rio takkan percaya karena pada kenyataannya ia terbangun ditahun yang berbeda. Alih alih terbangun dirumah sakit Jepang, ia justru terbangun diruang inap. Alih alih Kubo yang ia temukan, ia justru melihat Rio yang panik memanggil dokter.

Kali ini, hanya ada satu pertanyaan dibenaknya "Apakah ini mimpi?"

"awwww!" Teriak Naomi saat berusaha mencubit tangannya sendiri.

"Tapi kali itu juga sakit" Pikir Naomi lagi setelah mengingat ingat.

"Aneh, aneh sekali. Yang mana bagian dari kenyataan?" Lagi lagi pikirannya kacau.

Perempuan itu menyenderkan tubuhnya ke sofa, tanpa menyadari Rio sedang memperhatikannya. Ia membelai rambut Naomi, memandangi wajah seorang Perempuan yang selama ini terbaring dikasur rumah sakit.

"Mau makan apa?" tanya Rio.

"Aku ga lapar" Gumam Naomi yang pikirannya masih berkecamuk.

"Kalau gitu, mau cerita soal mimpi yang kamu alami saat koma?" tanya Rio lagi.

Naomi menggeleng. Ia menarik tangan Rio, memeluknya. 

"Sekarang, aku Cuma mau peluk kamu yang lama. Kayaknya udah lama aku ga peluk kamu begini. Aku kangen" Manja Naomi.

Rio tersenyum, ia meraih selimut Kembali dan berbaring Bersama Naomi diatas sofa. Dari sudut mata Rio, ada air mata. Air mata penuh Syukur.

"Aku bersyukur, mungkin ini rasa Syukur yang ga akan pernah musnah selama aku hidup. Aku berhutang sama Tuhan karena Ia sekali lagi, menitipkan kamu ke aku" Ucap Rio.

"Mungkin, kalau kamu ga pernah bangun aku ga akan pernah bisa maafin diri aku sendiri" Lanjutnya.

"makasih Nao, makasih sudah bertahan" Lirih Rio.

Naomi memejamkan matanya.

"Selama koma, aku mimpi aneh Ri" Naomi mulai bicara.

"Mimpi itu terasa jelas, terkadang mimpi itu mebahagiakan, terkadang sulit, terkadang menyakitkan" 

"Karena terasa jelas, aku tidak bisa membedakan apakah ini nyata atau mimpi. Didalam mimpiku, aku bertemu seseorang. Yang pernah aku temui dimasa lalu" Cerita Naomi.

"Aku pergi ke Jepang, melihat banyak hal yang indah. Melakukan hal hal yang aku sukai. Apakah itu mimpi? Jika memang mimpi. Aku harap aku tak terbangun" 

"Tapi, ada satu masa Dimana hubungan kita juga tidak baik baik saja. Kia bertengkar, dan kemudian berpisah. Sampai aku merasa bersyukur bisa memelukmu disini. Aku bersyukur jika itu mimpi dan tak jadi kenyataan"

Naomi terus bicara Panjang lebar, sampai tak terasa waktu sudah hampir Tengah malam. Saat ponsel Rio bergetar diatas meja, ia menyadari bahwa pria itu sudah tertidur. Naomi meraih ponsel Rio, ia pergi kedapur untuk sekedar mengambil minum dan Kembali duduk di sofa namun menjaga jarak dari Rio agar tak membangunkannya.

Perempuan itu membuka ponsel Rio, ia memcoba mencari nama Kubo di internet dan berhasil menemukannya. Tangan Naomi semakin gemetar saat ia membaca berita tentang Kubo. Semakin lama memegang ponsel dan mencari tau, pikiran Naomi semakin kacau. Semua orang yang ada didalam mimpinya benar benar hidup dan ada didunia nyata.

"Apakah ini mimpi?"

"Kehidupanku yang mana yang kenyataan?"

Pikiran Naomi kacau, ia memukul dirinya sendiri berkali kali dengan tangannya. Jika tak terasa sakit, ia memukulnya lagi. Naomi membolak balikkan kalendar diatas meja. Nafasnya memburu, ia Kembali memutar video tentang Kubo, Takai, dan tempat tempat yang pernah ia kunjungi.

Kini Naomi merasa takut, takut jika ia hidup didalam mimpi dan kebingungan.

Prangg!!

Naomi melempar gelas kaca diatas meja, ia mengambil serpihan kaca itu. Lalu mencoba melukai tangannya sendiri dengan Pecahan kaca tersebut.

"Aku harus mati, aku harus mati agar aku terbangun. Ini adalah mimpi, iya ini adalah mimpi" teriak Naomi sembari gemetar. Matanya fokus pada serpihan kaca yang tajam, meski gemetar ia merasa yakin jika ini hanya mimpi.

"Nao! Naomi! Naomi!" Teriak Rio tanpa Naomi sadari. 

"Naomi! Berhenti!" Teriak Rio lagi dan lagi, ia berusaha menahan tangan Naomi sekuat tenaga. 

Dimata Rio, Naomi terlihat seperti sedang kerasukan. 

Setelah berhasil melempar kaca yang digenggam Naomi. Ia memeluk Naomi erat, namun Perempuan itu hanya diam. Masih belum tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan.

"Lepasin aku Ri, ini adalah mimpi. Aku akan baik baik saja, aku yakin aku baik baik saja. Jika mati sekarang, mungkin aku akan terbangun dari koma ku lagi. Aku akan Kembali ke kehidupanku yang sebenarnya" Jelas Naomi setelah tersadar. Tatapannya masih kosong. 

"Nao, kamu sudah sadar. Ini kehidupan kamu yang nyata" Bujuk Rio.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Tapi gimana kalau kemudian setelah mati disini, aku terbangun Kembali dalam keadaan koma, bagaimana jika itu juga mimpi, Ri aku bingung" Teriak Naomi.

"Ri, aku bingung. Ri, aku takut. Aku takut, Rio! Ini gak nyata, aku ada didalam mimpi. Gimana caranya supaya aku bisa terbangun dari mimpi ini" Teriak Naomi tak berkesudahan. 

Ia berdiri melepaskan diri dari Rio, berlari kearah kamar mandi. Menyalakan air dan menyiram tubuhnya. 

"Aku harus bangun, aku harus Kembali ke kehidupan aku. Kembali ke kenyataanku" Teriak Naomi lagi. Ia terus menyirami tubuhnya dengan air. 

Rio yang mengejar Naomi hanya bisa memeluknya. Dibawah kucuran air, ia memeluk erat Naomil. Berharap Perempuan itu akan sedikit tenang, paling tidak sampai esok pagi sampai ia bisa membawa Naomi kerumah sakit.